Lagi-lagi part panjang. Semoga baca sampai selesai:D
***Bella sudah datang ke sekolah dengan seragam rapi. Rambutnya yang dikepang satu, menambah wajahnya semakin imut. Dengan senyuman seceria matahari pagi yang mampu membuat siapapun meleleh melihatnya.
Bella berjalan dengan tangan erat memegang tali ranselnya, itulah kebiasaannya.
"Stt sttt."
Bella berhenti ketika suara desisan seperti memanggil dirinya, ia menoleh penasaran.
"Rey? Ngapain lo? Pagi-pagi udah jadi petugas WC!" ejeknya mendapati Rey tersenyum konyol, bersandar pada dinding toilet.
Senyuman lima jari yang telah Rey pasang hilang begitu saja mendengar ejekan Bella. "Ck. Enak aja! Noh si Daffa, baru nyampe sekol malah boker."
"Terus Rey ngapain berdiri disitu? Gak pegel?"
"Gini Bella yang imoet, sebagai teman baik yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, gue gak tega ninggalin Daffa, jadi dengan setia gue nungguin dia. Gue kan harus ada dalam suka dan duka. Nah, sekarang Daffa lagi berjuang di dalam sana, jadi gue harus tetep ada di sampingnya."
"Kata-katanya lebay. Bukannya karena lo mau godain cewek-cewek yang lewat?"
"Good! Bella pintar! Ehe, itu alasan utama, sih."
Bella memutar bola mata, namun sedetik kemudian wajahnya berbinar.
"Gue mau nanya dong!""Nanya apa say? Yuk tanya-tanya dulu aja sis," sahutnya menirukan mbak-mbak penjual baju di pasar.
"Lo udah move on dari mantan lo belom?"
Rey tertawa singkat. "Gue menerapkan prinsip mati satu tumbuh seribu. Jadi, kalo gue putus ama cewek yang satu, ya lanjut aja ama cewek kedua. Simple kan? Jadi gak pernah ada tuh gagal move on dalam kamus percintaan Reynold Ardan prasetya," jelas Rey panjang lebar, menaik turunkan alisnya sombong.
Bella mengangguk mengerti.
"Kalo menurut lo, Alva udah move on juga gak dari mantannya?""Em gue gak tau sih. FYI, Alva baru pacaran sekali. Dia itu orangnya setia. So, dia belom ada bakat buat move on keknya. Akhir-akhir ini, dia sering pamer kegalauan ama kita berdua, mau gue hibur malah marah. Njing lah tuh bocah, untung temen."
"Jadi kesimpulannya Alva belom move on?"
Rey mengangguk.
Tubuh Bella jadi lempeng. "Gitu ya? Pantesan Alva gak suka-suka sama gue."
Rey mendadak tak enak, ia tahu Bella sangat mencintai Alva.
"Bel, alur jatuh cinta itu cuma empat. Suka, jadian, putus, lupain. Nah gak semua orang bisa instan ngelupain, ada proses dan waktunya seseorang itu bakal rela dan akhirnya ikhlas ngelepasin."
Ucapan Rey seperti menyengat Bella. "Jadi gue harus sabar dan ikhtiar lebih besar buat bikin Alva suka sama gue?" semangat 45 Bella kembali mengisi jiwa barbarnya.
Rey menjentikkan jari. "Betul zeyeng. Masa udah nyerah ditengah-tengah, tanggung cutie. Udah sono, Alva udah dateng noh!"
Telunjuk Rey mengarah pada Alva yang baru menginjakkan kaki dilantai koridor, melihat itu Bella langsung klepek-klepek di tempat.
"Ah iya! Makasih ya buat nasihatnya, gue mau nyamperin Alva dulu. Dadah!"
Rey membiarkan Bella yang berlari mendekati Alva, kepalanya menggeleng takjub dengan aksi gencar gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SKY
Teen Fiction[UPDATE SETIAP HARI RABU, SABTU, DAN MINGGU] *** Ini Tentang Bella yang mengejar Alva, langitnya. Bella terus berusaha agar menjadi cahaya mentari yang mampu menghangatkan sikap dingin Alva. Berulangkali Alva tolak, tak jua membuat gadis itu genc...