|TS|22. Ambyar

511 23 0
                                    

"Rasa ini tidak mudah tumbuh, namun cepat berkembang dan sulit dihilangkan.

•••

Nama Bella dan Alva kini hangat menjadi perbincangan warga sekolah. Aksi gencar Bella yang mendekati Alva mendapat pujian dan cibiran dari berbagai pihak. Masalahnya masih sama, Bella mendekati, dan Alva menghindari.

Anehnya, tak kunjung mendatangkan rasa kapok bagi Bella. Padahal Alva sudah menolaknya berkali-kali. Dibentak, malah senyum gak jelas, didiamkan juga semakin menjadi-jadi.

Lihat saja, setelah kemarin telah Alva maki, pagi ini Bella kembali muncul dengan senyuman lebar menyebalkannya, mencegat Alva di sisi gerbang. Secepat itu melupakan kejadian kemarin.

Motor Alva memasuki area parkiran, tak mengidahkan kicauan Bella yang mulai memanggil-manggil namanya dari arah belakang.

"Al kok lo gak berhenti, sih? Gue nunggu lo tiga puluh menit di depan gerbang Ya Allah! Malah ngelaju gitu aja!" Bella berbicara dengan nafas yang tersengal, ia baru saja berlari dengan sepeda yang didorong.

"Masalah buat lo?" tanya Alva datar seraya turun dari motor.

Alva tidak mau membuang sia-sia tenaganya untuk debat dengan Bella. Tapi sungguh, hanya melihat wajah gadis itu saja, emosi Alva langsung mendidih rasanya.

"Gue kan mau nebeng sama lo, Al! Jalan dari depan gerbang sampe sini itu capek tau!" Bella memajukkan bibirnya sebal. Nampak menggemaskan, namun itu tak berlaku di mata Alva.

Baginya, Bella tetap menyebalkan dalam bentuk apapun.

"Lo bawa sepeda tapi gak dinaiki. Idiot!" ketus Alva meninggalkan Bella. Ia mengaitkan tas ranselnya dibahu, berjalan dengan sebelah tangan dimasukkan ke dalam saku.

"Oh iya! Kok gak kepikiran, ya?" jangan heran, Bella memang akan berubah bodoh jika menyangkut Alva.

Ia buru-buru berlari untuk menempatkan sepeda biru langitnya tepat di samping motor ninja Alva.

Itu adalah salah satu kebiasaannya. Sebenarnya, sudah berulang kali pak Juned menegur Bella untuk tidak menyimpan sepedanya di parkiran khusus untuk sepeda motor, namun Bella keras kepala. Membungkam pak Juned dengan seribu alasannya. Sampai pak Juned malas untuk berdebat dengan Bella, ujung-ujungnya juga akan kalah.

Setelah menstandarkan sepedanya, Bella dengan gesit mengejar Alva yang sudah cukup jauh darinya.

Bella mengagumi dalam diam pada punggung tegap seseorang di depannya saat ini. Pemandangan yang seringkali membuat Bella khilaf. Ingin sekali Bella melingkarkan tangannya pada pinggang kokoh Alva, tapi pasti dihadiahi sentakan kasar cowok tembok itu.

Bella mengerucutkan bibir. Ia hanya bisa berandai.

Karena kelas mereka satu arah, Alva tidak bisa menahan Bella yang terus mengikutinya. Toh kelasnya bersebelahan. Namun, tiba-tiba Alva membelokkan kaki ke kelas IPS.

Kelas Damian dan Kiara.

Bella penasaran, ia memutuskan akan mengikutinya.

Alva berhenti di depan jendela kelas IPS. Matanya menembus kaca pada dua sosok yang saling duduk berseberangan. Terlihat asik bercanda gurau, tidak menyadari wajah kecut seseorang yang memperhatikannya.

"Kalo bikin sakit hati ngapain diliat?" celetuk Bella, dengan mata ikut mengarah ke objek tersebut.

Lagi, Alva tersenyum kecut. "Mastiin kalo dia baik-baik aja."

"Terus akhirnya lo yang gak baik-baik aja?" Bella memandang Alva tak habis pikir. Dengan kesal Bella berjinjit menutup seluruh pandangan Alva menggunakan telapak tangannya, menyeret Alva pergi dari sana.

THE SKYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang