|TS|10. Berbeda

554 48 9
                                    

"Hidup ini terlalu singkat untuk dihabiskan dengan orang yang salah, maka aku putuskan kaulah orang yang tepat."
                         
                                      -Bella Alvira Faresta

Langkah Alva berjalan gontai dibelakang kedua perempuan yang sedang cekikikan sambil menunjuk beberapa busana yang terpampang di kanan kiri butik.

Ternyata inilah tujuan Mamanya mengantar pulang dan pergi ke sekolah. Rupanya ingin menjebaknya bersama Bella.

Jujur, Alva lebih baik mengerjakan 100 soal fisika dibandingkan ikut mengantar wanita belanja yang rasanya tidak pernah ada kata selesai. Sudah hampir dua jam mereka mengitari mall dan membeli banyak barang, tapi sepertinya belum cukup juga. Alva yang tadi dipaksa mamanya untuk ikut jalan-jalan bersama mereka mana bisa menolak, ia pasrah ikut dan dijadikan sebagai 'tukang pembawa belanjaan'.

Ditambah lagi dengan mata-mata dan bisik-bisik pengunjung mall yang menyorot Alva jelalatan. Membuatnya jadi keki sendiri.

"Alva, kita mampir ke restoran dulu buat makan sore, ya. Mama sama Bella udah capek nih keliling-keliling. "

Lagi, Alva mengangguk patuh. Sedikit iri pada Bella yang sudah mengambil alih hati mamanya, hingga nasib Alva seperti anak buangan sekarang.

Mereka memasuki sebuah restoran bernuansa alam. Kursi-kursi banyak terbuat dari kayu yang kokoh dan nampak mengkilap. Alunan musik jazz menyambut kedatangan mereka, menuntun langkah menuju kursi bagian tengah. Bu Yulia melambaikan tangan, memanggil seorang pelayan untuk memesan makanan.

"Ayo kita ambil foto. Nanti tante posting di ig. Captionnya ngedate bareng calon mantu. Hihi," ajak Bu Yulia setelah menyebutkan makanan yang dipesan.

Dikursinya, Alva melipat kedua tangannya di depan dada. Tak memungkiri kebiasaan mamanya yang aktif di media sosial, hingga di manapun berada menyempatkan waktu untuk mengambil gambar.

Bu Yulia mengarahkan kamera depan, di sebelahnya Bella sudah siap dengan dua jari yang membentuk huruf 'V'. Alva terpaku menatap Bella. Sedari tadi tidak ada perbincangan diantara mereka.

Mata Bella hanya menatap sejenak lalu menunduk lagi. Biasanya Bella akan bersikap agresif dan menunjukkan kegilaannya. Tapi ini berbeda, terlihat pendiam. Alva jadi merindukan moment debat bersama Bella.

"Alva, ayo dong ikut," suruhan mamanya membuyarkan lamunan Alva. Alva mencondongkan tubuhnya ke dekat Bella. Hingga Bella harus menahan napas, ritme jantungnya pun bertalu lebih kencang, Bella memejamkan mata. Ia harus bisa menahan diri. 

"Hal utama ketika kencan bersama doi dan calon mertua, jangan bersikap berlebih. Lo harus jadi cewek kalem dan jangan ajak Alva ngomong duluan. Lo harus jual mahal, apalagi di depan Tante Yulia. " itulah pesan Nayla tadi ketika dijalan pulang menuju gerbang sekolah, oleh karena itu Bella menjadi orang berbeda untuk saat ini.

Dalam hitungan ketiga hasil jepretan didapat dengan gaya yang bervariasi. Mamanya yang senyum menunjukkan gigi, Bella yang tersenyum manis, dan Alva yang bibirnya hanya membentuk sebuah garis. Tidak ada ekspresi sama sekali.

Alva duduk kembali ke tempatnya ketika pelayan satu persatu menyajikan makanan. Mata Bella membelalak penuh minat dihidangkan makanan enak yang ia yakini pasti harganya sangat mahal. Otaknya sudah berteriak untuk melahap ludas makanan itu, tapi pintu hatinya seketika terketuk oleh suara Nayla tadi.

"Lo harus jadi cewek kalem. "

Oleh karenanya dengan penuh hati-hati Bella mengambil sendok dan garpu. Lalu menyuapkan makanan ke mulutnya dengan gaya bak seorang puteri. Dan aktifitas Bella itu tak luput dari penglihatan tajam Alva.

THE SKYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang