Chenle bergegas menuju kantin begitu kelasnya terlambat 15 menit karena sedang ulangan tadi. Ia berlari ke lorong loker karena temannya yang lain menunggunya disana. Astaga, ia sudah bisa mendengar omelan dan keluhan mereka padanya.Dengan kekuatan penuh, akhirnya ia sampai dan berdiri di depan ketiga temannya.
"Maafkan aku." ucapnya dengan nafas tersengal-sengal. "Tadi.. ulangan... dan telat..." ia mengatur nafasnya namun gagal.
"Hei, hei ambil nafas dahulu! Bisa-bisa kau pingsan nanti!" ucap si rambut pink.
"Te..terima kasih Jaemin hyung."
Lelaki yang dipanggil Jaemin itu mengelus punggung Chenle lembut dan menunggu hingga nafasnya kembali teratur. Setelah dirasa degup jantungnya normal, ia menatap ketiga hyungnya dengan pandangan bersalah.
"Maaf membuat kalian menunggu."
"Oh harus! Kami pikir kau sudah meninggalkan kami ke kantin!" ucap Haechan, lelaki dengan kulit eksotis yang menawan. Walaupun sering dibully karena kulitnya cenderung gelap, ia tidak peduli karena menurutnya berbeda itu unik.
"Memang itu mungkin?" tanya Renjun sedikit menyindir. Haechan menyengir lebar dan memberikan tanda peace.
"Baik ayo kita pergi ke kantin!" ajak Jaemin sambil merangkul Haechan.
Chenle berjalan bersama Renjun di belakang mereka. Mengikuti dengan tenang dan mendengarkan argumen kedua lelaki di depannya.
"Tadi ulangan apa?" tanya Renjun dalam bahasa cina.
"Fisika." ucap Chenle sambil menghela nafas pelan. "Aku mengacaukannya. Kurasa hanya 4 nomor yang bisa kujawab. Yang lain hanya kujawab dengan jawaban yang mendekati."
"Kau tidak belajar?"
"Aku tentu belajar! Tapi tidak fokus karena aku harus bekerja juga."
Renjun menatap Chenle iba. "Chenle, kau tau kau bisa tinggal bersamaku. Orang tuaku lebih dari bahagia menerimamu bersama kami."
"Aku akan merepotkan kalian. Lagipu—"
"Tidak tentu saja. Kau sudah membantu kami saat kami terpuruk. Sekarang giliran kami yang membantumu."
"Renjun-ge, aku tidak ap—"
"Kalian bicara apa sih?"
Chenle dan Renjun menatap Haechan dan Jaemin yang kini memandang keduanya penasaran.
"Kalian tidak membicarakan kami di belakang kan?!"
"Tentu tidak!" Chenle mengibaskan tangannya panik. "Hanya membicarakan ujianku yang gagal tadi."
"Oh, ujian apa?"
"Fisika."
"Maaf nak, aku tidak bisa membantumu." Haechan mengacak rambut Chenle lembut lalu merangkulnya mendekat. "Aku juga payah dalam fisika."
"Kau payah dalam segala hal." ejek Renjun.
"Hei jangan mengingatkanku akan hal itu!"
Mereka tertawa bersama dan berjalan masuk ke kantin.
Huang Renjun, Lee Donghyuck, Na Jaemin dan Zhong Chenle. Anak-anak yang sering direndahkan yang lain. Lee Donghyuck dengan kulitnya, Huang Renjun karena dia anak terpintar dalam angkatannya sehingga banyak orang yang iri padanya lalu mulai mengucilkannya, Na Jaemin yang disebut murahan karena mengencani banyak orang dan Zhong Chenle, orang dulu membencinya karena kaya dan bodoh. Menyebutnya memanfaatkan kekayaan saja. Namun sekarang Chenle berubah. Ia menjadi pintar dan juga miskin. Dan para murid pun masih tetap mengejeknya.
"Chenle pesanlah minuman. Aku yang akan memesan makanan." ucap Jaemin. Chenle mengangguk lalu pergi memesan minuman.
Sekolah mereka termasuk sekolah elit yang tidak banyak yang bisa masuk kesana. Hanya kalangan berada dan yang sangat pintar bisa masuk kesana. Chenle bisa saja masuk kesini saat dulu masih kaya. Namun keadaan berbalik, ia masuk kemari karena kepintarannya.
"Bubble tea 4."
Chenle memandang sekitarnya dan mendengar suara teriakan dari jauh. Mungkin tawuran atau apa.
Meskipun elit, disini banyak terjadi pembullyan, tawuran dan perilaku tidak baik lainnya. Para guru tidak bisa melakukan apapun karena tidak ingin nama sekolah mereka tercoreng. Lagipula para murid disini dapat menutup sekolah mereka dengan jentikan jari saja.
Chenle mengambil nampan berisi 4 gelas bubble tea itu dan membawanya dengan hati-hati menuju meja mereka duduk.
Namun sejak kapan hidupnya berjalan mulus?
Seseorang menyenggol tangannya hingga seluruh keseimbangannya goyah dan 4 gelas itu jatuh ke bawah.
PRANG!
Chenle menutup matanya kesal dan langsung berjongkok. Membereskan kekacauan yang ia buat. Sambil membereskan, telinganya menangkap beberapa bisikan menyebalkan.
Chenle lagi?
Ck, anak ini benar-benar sebuah noda bagi sekolah ini. Keluarkan saja dia
Benar benar sebuah kekecewaan. Apa yang orangtuanya pikirkan saat membuatnya?
Kau lupa? Orangtuanya sudah tidak ada.
Oh aku lupa, LOL.
Apa dia melakukan itu untuk menarik perhatian Jisung?
Murahan.
Tukang perhatian.
Chenle langsung menyadari orang yang menyenggolnya adalah Park Jisung. Dan emosinya semakin memuncak. Ia dapat mendengar ucapan maaf lelaki itu dan tangannya yang terulur untuk membantu namun dengan cepat ia tepis.
Ia tidak sudi dibantu oleh orang sepertinya.
Lelaki di depannya terlihat begitu shock selama beberapa detik. Chenle tanpa sengaja melukai jarinya namun siapa peduli? Yang penting ia bisa pergi dari tempat laknat dan menjauh dari orang ini sebisa mungkin.
Chenle berdiri dan langsung pergi tanpa memperdulikan panggilannya.
Dia akan mengacuhkannya, sama seperti lelaki itu mengacuhkannya dulu.
—To Be Continued —
KAMU SEDANG MEMBACA
abandon.
Fanfictionㅡ 천지 【back then he left me alone, so now it's my turn to leave him】 © 2019, yxriguseul