29

6.5K 1.1K 76
                                    




"Bagaimana kencanmu?"

Belum sempat duduk, Haechan sudah menyerbu Chenle dengan pertanyaan itu. Laki-laki blonde itu menaikkan alisnya sebentar sebelum duduk di bangku kantin.

"Baik."

"Baik bagaimana? Kau menikmatinya?"

"Tentu."

"Diajak kemana?" tanya Jaemin sekarang.

"Hanya berjalan-jalan mengelilingi kota."

"Oooh, dia laki-laki yang sederhana."

"Kurasa itu manis." ucap Renjun singkat. "Dan Chenle menyukai tipe yang tidak boros uang yakan?"

Chenle hanya tersenyum tipis sebelum mengaduk minuman yang dibeli oleh Renjun. "Kurasa."

"Lalu?"

"Lalu apa?"

Haechan melihat sekitarnya sebelum mendekat ke arah Chenle. "Bagaimana dengan Jisung?" bisiknya.

"Kenapa dengan dia?"

"Hei, bukankah kau menyukainya?"

Chenle melebarkan matanya dan melihat ke arah Renjun. Apa lelaki itu memberitahu yang lain.

"Bukan aku." ucap Renjun.

Haechan dan Jaemin menoleh lalu melebarkan matanya, "JADI KAU MEMANG—"

Chenle menutup mulut keduanya dan menggelengkan kepalanya. "Ya memang. Diamlah!" bisiknya. Mereka mengangguk dan Chenle melepaskan tangannya.

"Kau benar-benar tidak memberitahu kami."

"Aku juga tidak memberitahu Renjun ge." sanggah Chenle. "Aku hanya terjebak."

"Hei!" Protes Renjun tidak terima.

"Tapi aku sedih kau benar-benar tidak mempercayai kami."

Chenle yang menatap wajah murung keduanya merasa bersalah. "Maafkan aku. Aku masih bingung dan aku jarang sekali memberitahu perasaanku pada orang lain."

"Renjun gege orang yang dekat denganku sejak aku kecil jadi aku memberitahunya. Maaf membuat kalian kecewa."

Jaemin menghela nafas, "Baiklah, tapi lain kali beritahu kami! Karena sedih rasanya kalian tahu hal-hal seperti ini sedangkan kami tidak."

Chenle mengangguk, "Baik."

"Kembali ke topik tadi, jadi bagaimana dengan Jisung?"

"Tidak apa kurasa." ucapnya tenang.

"Dia tidak cemburu atau apa?"

Chenle diam. Pikirannya melayang pada kata-kata Yuta waktu itu. Cemburu? Sedikit aneh tapi jika dipikir, perkataannya masuk akal juga. Ia hanya tidak ingin berharap tinggi.

"Entahlah." ucapnya. "Dia waktu itu mendorongku ke pintu karena aku ingin mewawancarai Justin."

"Wawancara? Justin? Pintu?"

"Oh, ada wawancara untuk klub jurnalistikku dan aku harus mewawancarai anak klub basket. Aku mewawancarainya tapi dia menjawabnya dengan asal-asalan. Jadi aku pergi menemui Justin."

"Ohh..."


Hening.


"Sudah pasti cemburu!" ucap Jaemin.

"Aku setuju tuan Jaemin." Haechan mengangguk.

"Lalu? Dia mendorongmu ke pintu dan melakukan apa?" tanya Renjun.

abandon.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang