25

7K 1.2K 160
                                    




Chenle memainkan kakinya dan duduk di bangku penonton gugup. Ia membuka notesnya dan membaca pertanyaan yang sudah ia siapkan untuk wawancara. Ya, ini hanya wawancara biasa, dengan Jisung juga. Tidak masalah.





"Hey Chenle!"


Chenle mendongak melihat Justin yang kini berkeringat sedang berdiri di bawah. "Hai Justin."

Justin tersenyum lebar, "Kau kangen padaku ya? Makanya sering pergi kesini?"

"Tidak."

"Oh hatiku terluka!" Justin memegang dadanya. "Baiklah akan kubuat kau takluk dengan pesonaku!"

"Kau tidak punya pesona."

"ASTAGA!" Justin membelalak. Tangannya ia taruh di mulutnya yang menganga, "Chenle.. tak kusangka kau... sejahat ini..."

"Lebay."

"Chenle oh Chenle! Kau menyakitiku!" Justin berpura-pura menangis.

"Hei hei! Jangan begitu, orang-orang akan berpikir aku menyakitimu atau apapun."

"Kau memang menyakiti hatiku!"

Chenle tersenyum kecil dan menggelengkan kepalanya. Justin sendiri ikut tersenyum manis saat melihat senyuman kecil itu. Baginya Chenle sangat manis, dan ia ingin sekali memilikinya. Meskipun Chenle menyukai yang lain.

"Hei Chenle."

Justin memanggilnya sambil berjalan naik ke atas bangku penonton.

"Ya?"

Justin duduk di samping Chenle dan menatap wajah lelaki itu dari dekat. Wajahnya sangat mulus seperti kulit bayi dan putih pucat. Pipinya berwarna pink samar karena udara yang dingin.

"Kau kedinginan?"

"Oh sedikit kenapa?"

Justin meniupkan nafasnya ke tangannya dan menggosok-gosokkan kedua tangannya, lalu ia menempelkannya pada pipi gembul Chenle.

"Just—"

"Pipimu merah sekali, aku kasihan melihatnya."

Justin menatap mata Chenle yang memandangnya dengan pandangan polos. Ia beralih ke bawah, ke bibirnya yang berwarna sangat merah itu. Kontras dengan kulitnya yang pucat. Sungguh ia ingin mencium bibir ranumnya itu.

"Chenle, apa aku boleh—"





"Chenle!"





Chenle dan Justin menoleh melihat Jisung yang kini menatap keduanya garang. Lelaki itu menggertakkan giginya saat melihat tangan Justin ada di pipi Chenle.


Chenle menyingkirkan tangan Justin dari wajahnya dan pergi ke bawah menghampiri Jisung. "Justin, duluan!"

"O..oke."

Chenle menghampiri Jisung tergesa-gesa. Ia menatap lelaki yang lebih tinggi itu, "Apa kau siap?"

Jisung diam saja dan berbalik meninggalkan Chenle yang kebingungan. Chenle sendiri mengira Jisung sedang badmood atau apa jadi ia hanya mengikutinya dalam diam.

"Kita wawancara di—"

"Ruang kelas."

Chenle mengerjapkan matanya. "Ruang kelas? Kenapa tidak—"

"Kubilang ruang kelas." ucap Jisung datar. Ada nada suara dalam ucapan lelaki itu yang membuat Chenle langsung menyetujuinya. Sepertinya ia benar-benar memiliki hari yang buruk sekarang.





abandon.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang