Chenle menatap buku di depannya. Menghiraukan pandangan dari lelaki di depannya. Tangannya sibuk menuliskan poin-poin inti untuk materi makalahnya.Ia menghela nafas,
"Jisung. Kerjakan bagianmu, jangan melihatku terus-terusan."
Jisung berjengit kaget dan menggaruk tengkuknya. "Aku tidak melihatmu."
"K."
Chenle tidak menghiraukannya lagi.
Jisung terdiam. Respon Chenle justru membuatnya semakin canggung. "Aku tadi sudah mencatat beberapa, mungkin kau mau periksa?"
Chenle melihat ke arah buku catatan Jisung dan mengambilnya. Ia membacanya satu persatu, mengeceknya dengan teliti sedangkan Jisung lanjut memandangi Chenle lagi. Chenle mengecek buku itu selama 3 menit sebelum mengembalikannya pada Jisung.
"Kurasa sudah benar. Lanjutkan."
Jisung menaruh bukunya dan menatap Chenle lagi.
"Chenle,"
"Hm."
"Maaf."
Chenle menatap Jisung jengah. "Maaf apalagi?"
"Aku tidak pernah secara resmi meminta maaf padamu karena kau selalu pergi. Aku hanya menyesal atas semuanya."
Diam, tidak ada jawaban. Jisung mendongak, menunggu balasan ucapan dari lelaki di depannya.
"Kau tau permintaan maafmu itu tidak berguna bukan?"
"A..apa?"
"Kau pikir hanya dengan permintaan maafmu aku akan menjadi temanmu lagi? Kau pikir semudah itu?"
"Aku—"
"Aku harus menderita beberapa tahun dan kembali berteman denganmu hanya karena maafmu itu? Menurutku tidak."
"Chenle—biar aku jelaskan lagi."
"Jelaskan apalagi?" tanya Chenle yang kini menatap langsung ke arah Jisung. "Semuanya cukup jelas bagiku."
"Aku tidak bermaksud memblokir nomormu. Atau menutup panggilanmu itu. Aku ada masalah mendesak, Orangtuaku sedang bertengkar hebat sehingga aku tidak ingin diganggu siapapun. Dan sewaktu itu kau meneleponku—"
"Aku tidak pernah meneleponmu setelah 5 tahun." ucap Chenle. "Saat sekolah dasar kau menjauhiku dan aku pun tidak ingin membuatmu terganggu dengan eksistensi bodohku."
"Tapi aku butuh seseorang disisiku saat itu. Aku tidak mempunyai siapa-siapa selain kau. Dan kau meninggalkanku sendirian."
"Le—"
"Orang tuaku kecelakaan saat itu Jisung."
Jisung menatap Chenle yang terlihat begitu terluka. Matanya berkaca-kaca. "Mereka pergi untuk selamanya dan kau, bukannya menghiburku kau malah.."
Chenle mengambil nafas dalam-dalam. Ia menutup matanya, menghalau air matanya yang sewaktu-waktu bisa jatuh.
"Lupakan. Kerja kelompok ini menjadi kacau gara-gara kau. Kita bertemu pada hari Jumat di museum Seoul itu." Chenle membereskan buku-bukunya dan beranjak pergi dari perpustakaan kota.
Jisung segera membereskan bukunya juga dan berlari menyusul Chenle. Ia menarik lengannya dan memaksanya agar berhadapan dengannya.
"Dengar—"
"Apa, kau mau meminta maaf lagi?"
"Aku—"
"Jisung sudahlah." Chenle mengusap wajahnya. "Lebih baik kau pikirkan pekerjaan ini." lanjutnya. "Aku duluan. Sampai ketemu besok."
KAMU SEDANG MEMBACA
abandon.
Fanfictionㅡ 천지 【back then he left me alone, so now it's my turn to leave him】 © 2019, yxriguseul