03

10.5K 1.8K 231
                                    




"Ada apa tadi?!"

Haechan menghampiri Chenle yang kini di kamar mandi. Lelaki itu mendengar suara keras di kantin dan melihat Chenle buru-buru keluar kantin. Renjun dan Jaemin sedang membayar kerugian di kantin sedangkan Haechan datang mengecek kondisi Chenle.

"Chenle!"

"Seseorang menyenggolku. Lalu gelas itu jatuh." ucap Chenle sambil mencuci tangannya. Darahnya cukup banyak juga.

"Siapa? Siapa yang seenaknya menyenggol bayiku yang lemah ini?! Biar kupukul dia!"

"Tidak." ucap Chenle. "Kau tidak bisa."

"Kenapa?" tanya Haechan tidak terima.

"Dia Park Jisung. Tidak mungkin kau bisa menyentuhnya sehelai rambut pun." ucap Chenle lalu mengeringkan tangannya. "Dia orang terkaya disini dan para fansnya akan memburumu."

"Kau benar." ucapnya. "Ck dasar anak sialan!"

Chenle tersenyum kecil. "Sekarang aku akan pergi ke uks. Dimana Renjun gege dan Jaemin hyung?"

"Mereka membayar kerusakan gelas itu."

"Ah, harusnya aku saja." ucap Chenle pelan. "Itu salahku. Aku akan membayarnya nanti."

"Untuk apa!" ucap Haechan keras, mengagetkan Chenle. "Itu bukan salahmu! Seharusnya yang membayar itu si Park Jisung itu! Dia yang menyenggolmu! Kau mintalah ganti rugi padanya."

"Kau gila? Aku tidak mungkin meminta itu padanya!"

"Ayolah! Dia yang bersalah!"

"Tidak. Aku tidak ingin berurusan dengannya apapun alasannya!" Chenle pergi dar kamar mandi tak menghiraukan teriakan Haechan.

Sudah cukup. Chenle sudah bertekad untuk tidak mengenal seorang Park Jisung. Sudah cukup di masa lalu saja. Dia tidak ingin melakukan kontak apapun dengannya.

Chenle masuk ke dalam uks dan mengobati lukanya. Hanya luka biasa tapi jika tidak diobati akan sakit luar biasa. Dia tidak ingin itu terjadi. Lagipula ia harus bekerja dengan baik agar mendapat gaji yang banyak.


BRAK!


Pintu UKS dibuka tiba-tiba sehingga Chenle terlonjak dan nyaris menjatuhkan obat luka. Ia menoleh melihat seseorang digotong ke dalam uks. Sepertinya luka parah. Chenle akan mengobati lukanya secepat mungkin dan pergi dari sini diam-diam.


"Hei, ini mana penjaga uksnya?"

"Aku tidak tau? Hei kau!"


Chenle berjengit dan menoleh takut-takut, "Y..ya."


"Dimana petugas uksnya?"

"Maaf, aku tak tau."

"Ck! Dasar useless! Bagaimana kau tidak tau—"

"Hei jangan memarahinya! Itu bukan salahnya! Sekarang kau pergi saja mencari petugas uksnya!" ucap lelaki yang kini terbaring di ranjang uks.

"Ck, baiklah. Diamlah disini!"

"Bagaimana bisa aku bergerak jika kakiku seperti ini hah?!"

Mendengus, temannya pun pergi keluar uks meninggalkan Chenle berdua dengan lelaki itu.

"Maaf, dia agak temperamen. Aku tidak tau kenapa dia memanggilmu seperti itu." ucapnya minta maaf.

"Tidak apa, aku sudah biasa dipanggil seperti itu." ucap Chenle pelan namun masih dapat didengar keduanya.

"Huh? Memangnya kau—oh.." Lelaki itu menatap wajah Chenle lebih jelas dan langsung mengangguk mengerti. Semua orang tau bahwa Chenle adalah anak tidak berguna yang hanya menyusahkan sekolah ini. Anak menyedihkan yang seharusnya dibuang dari sekolah ini.

"Menurutku kau tidak useless kok." ucapnya.

"Tidak usah berbaik hati padaku." ucap Chenle. Chenle hendak pergi namun melihat lelaki ini begitu kesakitan membuatnya tidak tega.

"Aku bisa mengobati sedikit karena dulu di smp aku mengikuti pmr. Mau kuobati sebentar?"

"Kau bisa?! Tolong! Aku sudah tidak bisa menahan rasa sakitku!" ucapnya sambil mengeluh.

Chenle mengambil obat p3k di atas lemari agak kesusahan namun pada akhirnya ia berhasil. Dengan cepat ia membersihkan lukanya dan mengobatinya dengan cekatan.

"Ini akan sedikit perih."


"WAAAOOOOWWW!"


Chenle menatap lelaki itu datar. "Aku tidak menekannya dengan keras."

"Tapi sakit!"

"Jangan cengeng." ucap Chenle pelan sambil membalut luka di lutut lelaki itu dengan perban. "Memang bagaimana bisa luka seperti ini?"

"Aku jatuh. Saat bermain bola."

"Bola apa?"

Lelaki itu memandang Chenle kaget. "Kau tidak tau aku di tim basket?" tanyanya.

Chenle menggeleng dan menyunggingkan senyum minta maaf. "Maaf, aku tidak pernah menonton basket."

"Tidak apa. Kau tidak harus menonton basket." ucapnya sambil menggaruk tengkuknya.

"Bagaimanapun juga aku jatuh karena tidak sengaja didorong Jisung. Ah si sialan itu." ucapnya kesal.

Chenle terdiam mendengarkan ocehannya. Jisung, gara-gara nama saja ia mengingat kejadian di kantin tadi.

"Dan dia—"

"Sudah selesai. Tunggulah temanmu sampai datang. Kuharap lukamu sembuh. Aku pergi dulu."

"Terima kasih. Namaku—"


Lelaki itu terdiam saat Chenle sudah tidak ada lagi disana. Ia mengerjapkan matanya sebelum menyelesaikan kalimatnya yang menggantung.


"—Justin."




To Be Continued


***

yang gak tau justin 👇

yang gak tau justin 👇

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
abandon.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang