21

6.9K 1.2K 182
                                    




Chenle turun dari panggung, disambut tepuk tangan oleh pengunjung cafe yang tersisa. Beberapa orang menaruh uang di kasir untuk penampilannya. Chenle hendak pergi ke dapur sebelum matanya menangkap sosok orang yang dikenalnya.

"Jisung..?"

Jisung yang duduk di salah satu meja itu berdiri. "Oh, halo."

"Sedang apa kau disini?"

"Membeli minuman."

"Oh.. kalau begitu, nikmati minumannya." ucap Chenle dan pergi ke dapur. Namun belum sampai sana, Taeyong dan Doyoung menghadangnya.

"Apa? Kenapa?"

"Shiftmu sudah selesai Chenle."

"Apa? Kenapa?"

"Ini sudah jam 11. Pulanglah."

"Huh?" Chenle membelalak kaget dan melihat jam dinding. Memang sudah jam 11 lebih. Ia tak tau kalau ia sudah bermain piano 2 jam lebih. Tidak terasa karena ia begitu menghayati.

"Pulanglah bersama dia." tunjuk Taeyong pada Jisung.

"Kenapa aku harus pulang bersamanya?" Chenle masuk ke ruang ganti untuk mengganti bajunya.

"Karena dia pacarmu?"

"Dia bukan—"

Doyoung mendorong Chenle ke ruang ganti. Chenle awalnya menolak namun karena tenaga Doyoung jauh lebih besar darinya, ia akhirnya mengganti bajunya. Ia keluar beberapa saat sambil membawa tasnya. "Kalau begitu aku pulang dulu."

"Minta antar pacarmu!"

"Sudah kubilang dia bukan—"

"Hei nak! Tolong antar pacarmu pulang!" ucap Doyoung keras pada Jisung. Jisung menoleh dan berdiri.

"Tidak usah!"

"Kau bisa kenapa-napa Chenle. Banyak orang jahat diluar sana. Apalagi kau kan manis siapa tau ada yang mau menculikmu dan melakukan hal tidak senonoh padamu." Taeyong berujar khawatir.

"Aku tidak apa-apa." Chenle melambaikan tangannya. "Jisung duduklah kembali."

"Tidak, aku juga akan pulang kok."

"Oh."

"Tolong antar dia!"

"Taeyong hyung!"

Taeyong melambaikan tangannya pada Chenle. Keduanya pun keluar dari cafe dan mereka dapat merasakan suhu udara yang begitu dingin di luar.

"Kalau begitu aku pulang dulu. Sampai jumpa." Ucap Chenle dan berbalik.

"Tunggu."

Jisung menahan tangan Chenle. Chenle menoleh bingung, "Apa?"

"Aku akan mengantarmu."

"Tidak usah Jisung."

"Diluar bahaya. Aku akan mengantarmu."

"Rumahmu berlawanan kan? Aku tidak ingin merepotkanmu. Tidak perlu khawatir."

"Aku lebih khawatir jika aku meninggalkanmu sendiri di jalanan sepi ini." ucap Jisung. "Kuantar." ucapnya kukuh.

Chenle tidak dapat mengelak dan akhirnya membiarkan Jisung mengantarnya. Jujur dia pun merasa takut setiap kali pulang ke rumah. Pernah ia diganggu oleh sekelompok orang mabuk dan ia nyaris tidak selamat.

Keduanya berjalan tanpa suara. Hanya suara langkah kaki dan desiran angin musim gugur.

"Kau kedinginan?"

abandon.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang