15

7.8K 1.4K 102
                                    


"Sudah kubilang."

Chenle menatap Jisung yang kini tersenyum bersalah padanya. "Kau malah tidur saat kita menonton. Apa maksudmu?"

"Aku hanya sangat mengantuk." Jisung menggaruk tengkuknya.

"Hah.. terserah, akan kukerjakan nanti." Chenle mengacak rambutnya dan berjalan meninggalkan Jisung. 

"Hei Chenle!"

Chenle berbalik. 

"Mau menonton lagi denganku?" 

"Aku tidak ingin menonton film sejarah itu lagi. Meskipun itu cukup menarik, tapi aku tidak ingin menontonnya lagi."

"Bukan film sejarah."

Chenle menaikkan alisnya. Menatap yang tinggi bingung. "Lalu apa?" 

"Hanya menonton film bersama. Tebusan karena aku mengganggumu selama kita menonton hari Sabtu." 

"Astaga," Chenle tertawa pelan. "Kau tidak perlu melakukannya. Itu bukan hal yang patut dibayar."

"Baiklah." Jisung mengangguk. "Tetapi aku tetap ingin mengajakmu menonton." 

"Jisung—" 

"Beritau jadwal kosongmu oke?" 

"Jis—"

Jisung terburu pergi tanpa membiarkan Chenle menyelesaikan kalimatnya. Lelaki itu mengusap wajahnya dan berjalan ke kelasnya. Dari jauh ia dapat melihat Jeongin dengan salah satu kakak kelasnya. Dan dari situ juga ia baru ingat tugas wawancaranya.

"Astaga! Aku lupa menanyai Jisung!" 

Chenle berbalik dan Jisung sudah tidak ada. Mungkin lain kali. 



***



Justin menghampiri Chenle yang duduk tenang di bangku penonton. Ia tersenyum sambil duduk di sebelah lelaki itu. "Hai? Sendirian?"

"Seperti yang kau lihat."

"Dingin sekali." canda Justin. Ia lalu memberi Chenle susu kotak. "Kudengar kau menyukai ini."

"Ah, ya.. terima kasih.." Chenle mengambilnya kikuk. Tadi Jisung sudah memberinya susu kotak. Ingin ia tolak tapi itu pasti akan melukai hati Justin.


"Kau dekat dengan Jisung ya?"


Chenle nyaris tersedak. Ia menatap Justin, "Apa urusanmu?"

"Hm, aku ingin tau saja." 

"Biasa saja."

"Oh ya? Kudengar kau menonton dengannya." 

Mengerutkan alisnya, Chenle menoleh kaget. "Bagaimana kau tau?" 

Justin tersenyum, "Semua orang tau. Semua yang berkaitan dengan Jisung seluruh orang tau." 

"Ini buruk.."

"Hei tenanglah. Jika mereka mengganggumu, kau mempunyai aku." 

"Itu tidak membantu."

"Rude." Justin mengerucutkan bibirnya. "Tapi tenang saja, aku siap membantumu. Sungguh." 

"Terima kasih." 

"Apapun untukmu." 

Chenle menatap Justin bingung. Sungguh. Kenapa ia benar-benar membuatnya bingung? Kata-katanya sangat aneh. "O..ke?" ia berdeham pelan. "Kenapa kau ingin melindungiku?"

abandon.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang