19. Devin Memories

280 23 10
                                    

HAPPY READING🤗

❤❤❤

Jangan pernah mengambil langkah bahkan lari saat dikuasai amarah. Karena itu akan menciptakan penyesalan sepanjang kesadaran meski setitik ketidaksengajaan.

-Devino Alastar-

(Flashback onn)

"Kenapa papa ngelakuin ini, kak?!" Gertaknya terselimut nada lirih.

Indi hanya bisa menggeleng atas ucapan adiknya, dengan air mata yang terus membanjiri pipinya.
Sedangkan Fradela--mamanya hanya menangis simpuh menahan lara.

Devin kecewa bahkan memberontak mengetahui kebenaran mengenai pahlawan yang selalu ia banggakan pada teman-temannya. Ayahnya--Narindra Alastar, telah mengkhianatinya juga mama dan kakaknya. Yang sering pulang malam seolah kerja tidak mengenal waktu, ternyata memilih menenggak minuman di bar dan tidur bersama jalang. Terbukti bahwa cinta pada anak dan istrinya telah sirna karena buta oleh apa yang ia milki sekarang.

Rindra telah mengecewakan Fradella dan kedua anaknya dengan kebiasaan bejatnya.

Devin menetralkan napasnya yang berpacu karena terbawa emosi.

"Kurang apa sih mama? Kenapa papa tega nyakitin mama. Hati mama terlalu lembut buat disakiti, dan mama terlalu berharga buat diperlakuin kayak gini sama papa." Luap Devin dengan kepalan tangan kanan kirinya.

Devin tidak bisa melihat mamanya yang parau dan kakaknya yang bergeming, dengan tangis tanpa suara. Devin membenci dengan apa yang terjadi padanya. Dalam gelegar hujan deras sore ini, Devin keluar dari rumahnya bersama amarah yang memenuhi kepalanya.

"Devin, kamu mau kemana? Di luar hujan." Peringat Indi, di tengah sesaknya tangis.

Tanpa jawaban bahkan tolehan, Devin melangkah tinggi begitu saja. Bukan berarti egois, Devin tidak tega kalau hatus terus-terusan melihat malaikat hidupnya menangis.

"Kenapa hal ini terjadi dikeluarga gue. Dan kenapa gue baru tau sekarang, yang harusnya hari ini jadi hari senang-senang buat gue." Kesal Devin di bawah guyuran hujan pelataran rumah.

Sejenak memejamkan mata, Devin menengadahkan wajahnya pada langit yang menumpahkan hujan, begitu deras sampai terasa perih menjatuhi wajahnya. Namun perihnya tidak seberapa dengan perih hatinya oleh pengkhianatan orang yang selama ini ia banggakan. Juga,  sebagai penyembunyian air mata kekecewaanya; menangisi manusia bejat yang terkuras perasaannya.

"Aarrrggghhhhh," teriaknya meninju hujan  yang tak memuaskan seperti samsak.

Entah dorongan dari mana, Devin yang sedari tadi menyimpan kunci motor disakunya, melesat meninggalkan rumah bersama amarah dan gas yang ia kendalikan di atas rata-rata.

"DEVINNN," terdengar teriakan mamanya memanggil namanya. Namun amarah lebih menaklukkan Devin, sampai-sampai ia tidak menghiraukan panggilan mamanya dengan kondisi yang tidak baik-baik saja.

Sepanjang derasnya hujan diperjalanan, benak Devin memberontak akan kebohongan yang baru ia ketahui.

Padahal baru semalam ia berbaikan dengan papahnya, tetapi kenapa sekarang bermusuhan lagi bahkan menanamkan kebencian sejak beberapa menit lalu.

Devilicya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang