20. Pondasi Hubungan?

326 63 4
                                    

Happy Reading🤗

♥♥♥

Jadi, pondasi suatu hubungan tu saling pengertian atau saling keterbukaan ni, hm?

-Author-


Setelah Alicya sadar dan mendengar penjelasan dari dokter bahwa Alicya banyak pikiran yang menjadikan ia telat makan dan mag nya kambuh, Devin pun bisa sedikit tenang.

Jihan yang khawatir dengan putrinya segera masuk ruang rawat disusul dengan Fredela dan Novan.
Lain dengan Devin, ia bernapas lega dan keringat yang mengalir dipelipisnya mendadak beku. Bersandar didinding luar ruangan Alicya, tidak bernyali melihat kondisi Alicya didalam ruangan. dengan mengacak rambutnya yang kini terlihat awut-awutan, seakan-merasa bersalah dengan kondisi Alicya sekarang.

Melihat remaja laki-laki seusia putranya, Vina menghampirinya. Ia mengenali laki-laki itu, kejadian lampau yang melukainya terasa meng-goresnya lagi. Namun hal itu ia tepis dengan keikhlasan akan takdir Tuhan.

Ketika Vina mengajak laki-laki itu duduk dibangku sebelahnya,
"Maafin Devin, tante" Devin menundukkan kepalanya tiba-tiba, karena kejadian itu menjadikan sesal yang menghantuinya.
"Dihadapan tante ini pembunuh. Kenapa gak tuntut Dia tante?"

"Devin.. tante tidak pernah menyalahkanmu. Berhentilah meminta maaf dengan tante" Vina mengusap lembut Devin, seakan-akan putranya.

"Hari-hari Devin selalu merasa bersalah tante. Apa yang harus Devin perbuat untuk menebus kesakitan tante?"

"Sudahlah yang berlalu biarkan dimakan waktu, jadikan pelajaran untuk tidak mengulanginya diwaktu mendatang" ujar tante Vina.

"Devin malu tante, Devin malu" Devin memohon maaf dengan menggenggam tangan Vina tulus.

"Lagian tante ingin melihat laki-laki tampan depan tante ini sukses dan bahagia mana mungkin tante menuntutnya" Devin tersenyum tenang.

"Hapus air matamu, memalukan jika Alicya melihatmu"

Devin melengkungkan bibirnya terlihat membaik.

Melihat Vina disini ia tersandar dan bertanya, "Tante Vina keluarga Alicya?"

"Bisa jadi. Alm Putra tante, Ivan bersahabat baik dengan Alicya sejak kecil"

"Sahabat Alicya?"

"Iya. Tante kira Alicya sudah bercerita mengenai Ivan. Tidak apa-apa Vin, tante Jihan mesti senang karena pelindung Alicya sudah hadir"

'Ya Tuhan penyesalan apalagi ini. Ampuni Devin Tuhan' ucap batinnya menangis.

"Sudah-sudah tidak usah berpikir masa lalu, hidupmu ada dimasa kini. Jaga baik-baik Alicya, jadilah lelaki berhati, tidak melulu otot."
"Mari masuk dengan tante"

"Sekali lagi Devin minta maaf, tante. Terimakasih." Devin merangkul Vina ke ruangan Alicya layaknya ibu dan anak.

****

Devin dengan bibirnya yang kelu sejak lima menit lalu, duduk disamping Alicya yang sesekali memijat pelipis dengan mata yang membuka-menutup menahan kepalanya yang sakit.
Banyak hal yang ingin Devin katakan pada Alicya, namun ia tidak bisa mengatakannya seakan akan diantara bibirnya terdapat perekat.

Canggung yang mereka rasakan. Hanya ada mereka berdua dalam ruangan itu, Vina Yang merasa tak enak badan dan Fredela yang mempersiapkan keberangkatan Silvi ke Kanada, pamit untuk pulang terlebih dahulu. Sedangkan Novan mengantar Jihan untuk mengambil kebutuhan Alicya yang beberapa hari kedepan dirawat inap di rumah sakit.

Devilicya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang