33. Terusik Kenangan

294 19 0
                                    

Coba kalian baca part ini dengan data on, dan puter playlist di atas⬆
Nggak tau kenapa selama nulis aku dengerin musiknya Adam Levine (lagu lama dan feel banget gitu) , alhasil kebawa deh liriknya aku masukin dipart ini. Jangan lupa vote nya sebelum baca. Dan tinggalin komen usai membaca. Karena komentar kalian aku bisa nulis dengan lebih baik lagi. Thank you.

HAPPY READING🤗

♥♥♥

Salah satu kesalahan besar manusia; tau cara membahagiakan orang lain, namun tidak tau cara membahagiakan diri sendiri.

-Author-

Jam yang dinantikan siswa siswi SMA Nusantara selain jam istirahat dan jam pulang, pula tidak terdapat pada jadwal adalah jam kosong. Tak hanya pelajar Smanra [SMA Nusantara] yang menanti waktu itu, mungkin pelajar di pelosok dunia juga. Dan jam kosonglah yang menciptakan suatu keanekaragaman aktivitas.

Seperti si ambisius yang belajar terus menerus, si kutu buku yang stuck dibangku menghabiskan banyak judul buku, si sosmeders yang mengisi free class nya dengan memenuhi ram, hingga streamingan. Dan jangan lupakan, si travellers yang suka berlayar mengunjungi tempat-tempat di sekolah dan berlabuh di kantin. Salah satu dari tipe-tipe aktivitas free class, pada umumnya adalah nongkrong di kantin, seperti yang dilakukan tiga manusia, yang tak lain Devin, Difa, dan Farez. Tanpa membuang waktu untuk berkeliling sekolah dulu, langkah mereka seolah tancapan gas, dengan tujuan utama, kantin.

Farez si murid somvlak yang kini menyandang sebagai kekasih Radifa Berlin, tak henti-hentinya menyamili kuwaci. Dengan berbagai trik menggigit kulit agar terkupas, membuat Farez seolah begitu menikmati kuwacinya

"Hiiiihhh, Farez, kulitnya dikumpulin dong, engga dibuang kesembarang arah. Jorok tauk!" Kesal Difa yang terganggu oleh kekasihnya saat menikmati mi rebus telur mata sapi.

"Kan nanti dibersihin pak bon, beb. Lagian mereka kan digaji untuk bersihin tempat-tempat di sekolah, termasuk kantin. Iya nggak?" Jawabnya penuh percaya diri sembari menaik turunkan kedua alisnya, yang mendapat balasan putaran bola mata dari Difa.

"Badan kurus bukannya banyakin makan-makanan bergizi, malahan nyamilin kuwaciii," sewot Difa.

"Kuwaci juga bergizi kali beb. Dari pada kamu, mi terosss," ujarnya tak mau kalah, layaknya kucing dan tikus.

"Eh, engga terus ya. Udah seminggu aku engga makan mi. Gak papa makan mi, dari pada kuwaci. Cuma nyangkut ditenggorokan,"

"Yee, kata sape. Nyatanya aku juga boker habis nyamilin kuwaci, meski sembelit sih,"

"FAREZZZ, AKU TUH LAGI MAKANNN,"

"Sorry beb, sorry. Makannya kamu jangan protes terus, kan jadi kelepasan."

"Bodo ah, ngomong sama kamu tuh gak ada abisnya, mancing emosi yang ada." Saut Difa lalu melanjutkan kegiatan makannya yang tertunda.

"Tapi cinta kan? Kan kan kan," Difa sengaja tak bersuara menanggapinya.

"Hey manusia, diem-diem aja," sapa Nesya setibanya di kantin bersama Novan dan Alicya.

"Baru aja mingkem, si Farez ngeselin kalo diajakin omongan,"

"Akur-akur dah kalian, biar langgeng. Gue pesen mi ah, Van mau nggak?" Tawar Nesya pada kekasihnya, yang dibalas dengan anggukan.

Devilicya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang