22. Devin's Problem

352 65 4
                                    

Happy Reading🤗

♥♥♥

Dinding putih dengan beberapa foto keluarga yang terlihat bahagia nampak berdebu, lukisan Leonardo da Vinci yang usang serta beberapa perabotan yang ditutup kain putih meninggalka kesan seram.

Silvi yang digiring berjalan masuk keruang tengah dengan tangan bertali dan mulut yang terisolasi hanya bisa memantrakan doa meminta tolong pada Tuhan agar ia diberikan keselamatan dari sosok pria yang ia kenali didepannya ini.

Betapa semakin takutnya Silvi melihat mayat wanita yang baru datang dibawa anak buah pria itu dan dibawa menuju ruangan yang kira-kira itu adalah gudang. Bulu kuduknya menegang, salivanya tertelan dengan nafas yang sejenak berhenti. Apa yang dilakukan pria itu. Tanya nya dalam hati.

Nada ponsel dari saku pria paruh baya itu berbunyi. Ia angkat seketika ekspresinya berubah, membekas emosinya tersulut. Dihantamlah beberapa pajangan keramik dimeja dan pecah jatuh kelantai.

Pria itu menatap Silvi emosi lalu melepas paksa isolasi yang tadi sengaja ia tempelkan dimulut perempuan itu. "Bujuk laki-laki itu untuk bercerai dari Fredela!" Bentak pria itu.

"Anda tidak memiliki hak. Tante Fredela sudah bahagia dengannya." Jawab Silvi melawan ketakutannya.

Pria itu memukul dinding dibaliknya geram akan jawaban yang tidak sesuai dengan keinginannya.

"Beraninya kamu mambantah. Kamu ingin mati!"

"Lebih baik saya mati dari pada harus merelakan tante Fredela untuk laki-laki seperti anda."

'Splasshhh' Hitungan detik memar merah membekas dipipi mulus Silvi.

****

Devin dan Teman-temannya beserta beberapa polisi yang tidak sebanyak tadi baru meninggalkan gedung tua dengan jarak 500m. Tiba-tiba ada mobil yang memberhentikan mereka. Ternyata dari dalam mobil itu keluarlah Sigit, Fredela, dan Indi.

"Devin.." Indi turun dari mobil berlari menghampiri adiknya. Yang dijampiri justru menunjukkan ekspresi bertanya 'kenapa kak Indi disini?' Setau Devin kakaknya sibuk berada diluar kota.

Dilihat, Fredela yang menangis dengan Sigit yang berusaha menenangkan istrinya. Sebelum Devin membuka mulut untuk menanyakan mengapa mereka justru menyusulnya, Indi sudah terlebih dahulu membuka mulut.

"Kakak tau dimana Silvi berada..."
"Dan kakak juga tau siapa dalang dibalik penculikan Silvi." Tambah Indi.

Devin mengangkat sebelah alisnya meminta jawaban.

"Kamu nanti tau. Jangan diem aja Vin, ayo kita kesana sekarang."

Devin kesal pada kakaknya yang suka memberi teka-teki itu. Tapi kesalnya Devin hanya diam dan menuruti perintah kakaknya itu.

"Ikutin mobil saya ya." Sigit memberi rambu-rambu agar mengikuti arah mobilnya berjalan.

****

Mobil Sigit berhenti disamping rumah megah yang terlihat lama tak berpenghuni. Devin bertanya-tanya mengapa Sigit memberhentikan mobilnya disini, sesak didadanya melihat rumah penuh pilu itu. Ia kaku enggan melangkahkan kakinya kesana, namun keadaan yang memaksanya untuk memasuki rumah itu.

Fredela menguatkan hatinya memasuki rumah itu digandeng dengan Sigit suaminya. Indi menarik tangan adiknya agar segera masuk kerumah itu. Namun Devin hanya menatapnya tanpa ekspresi. Mereka berdua harus menerima kenyataan bahwa keadaan tidaklah seperti beberapa tahun yang lalu.

Beberapa teman Devin ikut masuk dibelakang Devin dan beberapa melarikan Vando ke rumah sakit. Dibuka pintu berplitur yang mulai berdebu oleh Sigit. Foto-foto itu masih bersandar dan menempel baik dimeja dan dinding ruang tengah.

Devilicya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang