Part 40 : Mimpi

9.9K 421 11
                                    

بِسْـــــــــــــــمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْـــــــــــــــمِ

Mimpi itu bunga tidur, kadang mimpi bisa jadi nyata namun bisa juga hanya menjadi bunga tidur semata. Tapi yakinlah disetiap mimpi pasti ada hal positif yang bisa kita ambil

(Cahya Pertiwi)

🔹🔹🔹

Author POV

Cahya benar-benar terkejut saat tau wajah lelaki itu. Tetapi lelaki itu hanya tersenyum saja.

"Kamu? Kenapa kamu bisa ada disini?! Nggak usah nanyain hal itu lagi padaku! Sekeras apapun kamu membujukku tetap saja aku tidak akan pernah mau!" Ucap Cahya tegas sambil berjalan mundur kebelakang.

"Jangan takut Cahya, aku hanya ingin meminta penjelasan saja darimu. Aku hanya ingin kamu tau bahwa aku sangat merindukan dirimu" ucap lelaki tersebut.

"Kamu adalah masa laluku, bukankah aku sudah bilang padamu bahwa kita sudah tidak pernah saling mengenal lalu kenapa kamu masih saja bersikeras?" Bentak Cahya. Kesabarannya kini sudah habis.

"Aku hanya ingin kita seperti dulu lagi, Cahya. Aku, kamu, Rama, Putri, dan Zevan bersahabat seperti dulu! Kami semua tidak ingin kehilangan banyak dirimu, sudah cukup dulu kamu pergi dari kami tanpa alasan, tapi sekarang ku mohon jangan tinggalkan kami lagi dan kami sangat merindukan dirimu, Cahya. Kami rindu saat-saat dimana kita saling berkumpul, bermain kejar-kejaran, bermain monopoli, dan lainnya. Kami merindukan itu semua Cahya!" Jelas lelaki tersebut.

Air mata Cahya sudah berada di pelupuk matanya, tinggal menunggu saja pasti air matanya itu akan segera tumpah.

"Aku sedang tidak ingin membahas itu Wi! Untuk apa kalian kemari lagi? Apa kalian kemari cuma untuk membahas itu hah? Apa kalian kemari hanya untuk menanyakan alasanku saja hah?! Ananda Alwi!" Ucap Cahya tegas, sambil menekan kan nama Alwi disana. Kini air matanya sudah tumpah. Benar bukan, Cahya tidak bisa menahan air matanya itu?!

Ya, lelaki tersebut adalah Alwi. Alwi lah yang sedang berbicara pada Cahya.

"Ya Cahya, aku hanya ingin meminta penjelasan darimu saja. Aku hanya ingin tau kemana saja kamu selama ini dan kenapa kamu pergi meninggalkan kami tanpa alasan?!" Tanya Alwi.

"Bukan kah aku sudah bilang bahwa aku tidak ingin membahas hal itu! Dan kalian tidak ada hak untuk menanyakannya!" Jawab Cahya tegas.

"Aku mempunyai hak untuk bertanya, Cahya Pertiwi! Aku sahabat mu jadi aku berhak bertanya kemana kamu selama ini!" Ucap Alwi tegas, disitu Alwi tidak bisa menahan tangisnya. Tangis Alwi pecah seketika, baru kali ini seorang Alwi memperlihatkan tangisnya dihadapan seorang wanita selain istrinya.

"Tetapi aku sudah muak menanggap kalian sebagai sahabat! Kalian tidak ada yang peduli padaku!" Balas Cahya tak kalah tegas.

"Kata siapa kami tidak peduli padamu Cahya? Kami semua peduli padamu!" Nada bicara Alwi kembali normal, namun dia masih tidak bisa menahan tangisnya.

"Hiks hiks" Cahya hanya bisa menangis disitu, dia tidak tau harus menjawab apa lagi. Pikirannya sedang kacau hari ini sama seperti suasana hatinya.

"Baiklah Cahya, untuk saat ini aku akan membiarkan dirimu tenang. Tenangkan lah dirimu, nanti bila kamu sudah tenang kita bicarakan baik-baik masalah ini. Aku pamit, assalamu'alaikum" setelah mengucapkan salam Alwi menghilang begitu saja bersama kabut putih yang bercahaya.

"Wa'alaikummussalam" Ucap Cahya, namun dirinya masih tidak bisa menahan tangisnya itu. Dia sadar bahwa dia sudah menyakiti hati sahabatnya untuk yang kedua kalinya.

Kau Calon Imamku <HIATUS>Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang