Part 3 : Hijrah Mereka

21K 818 6
                                    

بِسْـــــــــــــــمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْـــــــــــــــمِ

Hijrah itu mudah
Istiqomahnya yang susah

(Anonim)

🔹🔹🔹

"Hehehe, iya afwan aku lupa" aku hanya tertawa pelan, "oh iya Aisyah doain semoga hijrah Puji selalu Istiqomah ya dan selalu berada dalam lindungan Allah,"

"Aamiin, syukron doa nya. Kamu memang sahabat terbaik aku deh," Puji tersenyum kecil dibalik cadarnya, "bantuin aku hijrah sampai ke level Istiqomah ya, tuntun aku ke jalan yang benar, kalo aku salah tolong nasihati aku ya dan nggak usah malu,"

"Iya tenang aja aku akan selalu ada untuk kamu, dan sebagai sahabat aku akan selalu menuntun kamu ke jalan yang benar, dan untuk apa aku malu menasihati kamu? Memang kalau ada seseorang yang salah kita harus malu apa beri tau yang benar? Nggak kan? Dan sudah jadi tugas kita sebagai muslim untuk saling menasihati satu sama lain," jelasku panjang lebar.

"Kamu ini memang sahabat aku yang paling baik deh Syah, aku cinta kamu karena Allah. Anna Uhibukki Fillah saudariku," Puji langsung memelukku erat dan aku membalas pelukannya.

"Hei Puji sekarang lo udah jadi teroris juga ya, hahaha" kata seorang wanita yang tak lain adalah Dara.

Aku dan Puji langsung melepaskan pelukan kami.

"Kamu apa apaan sih Dar? Islam bukan teroris ya, dan cadar tidak ada kaitannya dengan teroris," bentak Puji kesal.

"Buktinya waktu pengeboman di gereja kemaren yang ngebomnya orang bercadar, ya berarti orang bercadar itu teroris lah," kata Dara sambil tersenyum sinis.

"Jangan sama samain cadar dengan teroris, cadar yang kami pakai ini Sunnah. Dan orang yang ngebom itu mereka menyalah gunakan cadar untuk membuat fitnah, padahal cadar tidak ada kaitannya dengan teroris. Jadi jangan samakan cadar dengan teroris. Kalau semua wanita bercadar dianggap sebagai teroris, apakah semua wanita yang mengumbar auratnya mau disebut sebagai pelacur?" Jelas Puji tidak mau kalah sambil menekankan kata pelacur.

"Jangan asal bicara kamu, nggak semua orang nggak berjilbab disebut pelacur, buktinya aku bukan pelacur kan?" Ujar Dara kesal.

"Kalo kamu orang yang suka ngumbar auratnya nggak mau disamakan sebagai pelacur, maka jangan samakan orang yang bercadar dengan teroris. Itulah kalo kamu nggak mau dibilang kek gitu, makanya jaga ucapan kamu," jelas Puji kesal, dia tidak bisa lagi menahan emosinya.

"Udah sabar, jangan kebawa emosi dulu. Lebih baik istighfar," saranku pada Puji sambil menenangkan nya.

"Iyaa syukron Syah," jawabnya singkat.

Tidak lama kemudian guru masuk ke ruang kelas kami. Lalu kami melanjutkan pelajaran.

Setelah guru keluar, aku dan Puji memilih ke kantin karena Puji sudah kelaparan.

"Syah aku laper nih, kantin yukk," ajak Puji.

"Yaudah iya, kasian nih sahabat Aisyah udah kelaparan. Cacing nya udah nyanyi tuh didalam perut," ujarku sambil terkekeh dan puji pun juga ikut terkekeh mendengar ucapan ku.

Aku dan Puji pun langsung berjalan menuju kantin. Setiba di kantin tiba tiba Puji menyenggol lengan ku sambil sesekali memanggil ku.

"Syah, Syah, Syah" panggil nya dengan suara pelan.

Kau Calon Imamku <HIATUS>Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang