Bagian 12

10.7K 651 12
                                    

Happy reading:)

Sekitar pukul setengah tujuh, key duduk berdiam diri di salah satu cafe yang sering ia kunjungi. Ia sedang menunggu bang Haris nya itu yang sedang dalam perjalanan.

Key juga tak tahu, tiba tiba saja keresahan dengan sedikit keraguan merasuki hatinya. Masalah dengan orang tuanya yang begitu gila materi membuatnya ingin sekali mencurahkan isi hatinya kepada Haris.

Iya, Haris. Pertemuan singkat di waktu hati Keyla sedang sehancur hancurnya dulu, membuat mereka menjadi lebih dekat dan selalu memahami satu sama lain.

"Key!"

Seorang laki laki bertubuh tegap dan juga gagah itu sedang berusaha untuk segera sampai di meja cafe tujuannya. Iya, dia Haris.

Dengan wajah yang tercetak tengah khawatir itu, Haris sedikit berlari untuk menghampiri Keyla dan memanggil namanya.

Saat Haris menerima pesan dari Keyla beberapa saat lalu, ia berusaha dengan cepat agar sampai di cafe tersebut.

Haris khawatir. Ia sudah menganggap Key sebagai adeknya sendiri. Jadi ia sangat cemas dengan isi pesan Keyla yang tak seperti biasanya. Singkat, tapi menunjukkan arti keresahan.

"Bang Haris."

Setelah Haris sampai di meja yang key pesan, ia langsung membawa key ke dalam pelukannya. Ia sungguh tak peduli dengan pengunjung yang mulai melihatnya.

"Lo ga papa kan key? Kalau ada masalah, cerita sama gue."

Haris mulai melepaskan pelukannya dan mulai memperhatikan raut gadis yang ada di depannya ini. Tercetak jelas raut yang sedang bersedih.

"Gue ga kuat bang."

Haris mulai mengajak keyla untuk duduk. Begitupun dengan dirinya yang mulai duduk di sebelah key.

"Ga kuat kenapa? Cerita sama gue."

Key nampak mulai ragu untuk melihat manik mata Haris. Ia mulai menundukkan wajahnya.

"Kenapa bokap nyokap harus gila materi? Gue ga sanggup kalau terus terusan kayak gini."

Haris mengangkat dagu keyla dan mengarahkan ke wajahnya. Haris melihat jelas, raut Keyla yang sedang kecewa itu.

"Bokap nyokap itu sayang sama lo. Mereka bela belain cari duit sampe jarang pulang itu pengen menuhi kebutuhan elo dan bahagiain elo key." Jawab Haris menyakinkan.

"Kebahagian gue itu bukan uang bang. Percuma punya uang banyak tapi gue ngerasa hidup sendiri. Mereka seolah olah nganggep gue sebagai boneka. Seolah olah dengan uang gue bisa beli apapun yang gue suka. Gue manusia. Gue juga punya perasaan. Gue butuh kasih sayang dari mereka. Bukan hanya uang, uang, dan uang."

Keyla mulai mengeluarkan cairan bening di pelupuk matanya.

"Iya, dulu waktu kali pertama gue hobi balapan gue seneng, bokap nyokap ga bakalan tau karna sibuk kerja. Tapi makin kesini, gue sadar kalau kebahagiaan gue bukan dengan kebebasan kayak gini."

Key mulai menangis. Dan dengan cepat Haris menarik Keyla ke dalam pelukannya lagi.

"Udah jangan sedih. Gue selalu ada buat elo key. Elo ga sendiri."

"Gue tawuran, sering bolos, nakal, sampe dikeluarin dari sekolah juga buat nyari perhatian buat mereka. Sekalipun dengan memarahi gue.  Tapi apa bang? Mereka tetep aja ga peduli sama gue. Hiks..hiks..."

Haris menenangkan Keyla yang sedang menangis itu.

"Udah jangan nangis. Kalaupun bokap nyokap enggak peduli sama elo. Elo masih ada gue, ayah, bunda, sama kak Melati yang masih peduli sama elo. Elo tau kan mereka juga sayang sama elo. Mereka juga nggagep elo kayak keluarga sendiri. Jadi ga usah sedih. Ga usah tawuran sama bolos lagi. Buat prestasi di sekolah. Pasti orang yang ada di sekitar elo semua bangga."

Keyla melepaskan pelukannya dengan Haris dan mulai membersihkan sisa air matanya itu.

"Makasih bang. Elo selalu ada buat gue. Gue ga tau kalau ga ada elo."

Haris tersenyum. Akhirnya, key tak bersedih lagi.

"Iya. Ya udah mendingan ke rumah yuk. Pasti ayah bunda kangen sama elo. Apalagi kak Melati yang udah nyuruh gue buat bawa elo ke rumah."

Keyla tersenyum. Ia sangat bersyukur dengan pertemuannya dengan Haris yang tak sengaja satu tahun yang lalu. Apalagi dengan keluarganya yang mau menerimanya. Key tak tahu jika ia tak pernah bertemu dengan Haris. Mungkin saat ini key sudah tak ada lagi di dunia ini.

"Ayok bang. Gue juga kangen sama ayah, bunda, sama kak Melati."

*****

"Assalamualaikum?"

Keyla menyuarakan diri saat tiba di depan pintu rumah keluarga Haris. Dan itupun tak luput dari tangan Haris yang berusaha mengetuk pintu rumahnya.

"Wa'alikumsalam."

Suara sedikit teriakan dari dalam itu, membuat Keyla dan Haris mengeluarkan nafas lega.  Mereka kira, ayah bunda dan juga kak Melati nya itu sedang tak ada di rumah.

Bisa saja Haris langsung mengajak Keyla untuk masuk ke rumah, jika ayah bunda dan juga kakaknya tak di rumah. Tetapi, masalahnya pintu utama rumah itu terkunci. Jadi apa boleh buat selain tetap stay mengetuk pintu dan menunggu di teras sampai ada orang yang menjawabnya.

Ceklek

"Waahh ada key ya. Sini masuk sayang."

Melihat kedatangan Keyla, membuat bunda Haris yang sering di panggil Nias itu memancarkan senyuman manis. Langsung saja ia menarik Keyla supaya cepat masuk ke dalam. Meninggalkan Haris dengan sedikit melongo.

Anaknya ini yang mana sih?

Haris yang tak ingin berdiri sendiri di  teras rumah seperti orang bingung. Akhirnya mau tak mau Haris langsung mengikuti dua perempuan itu dari belakang, untuk masuk ke dalam rumah.

"Oya Bun, kenapa pintu di kunci? Biasanya juga ga di kunci." Haris mulai bertanya tentang pintu rumah yang di kuncinya itu, di sela sela ia memasuki rumah.

"Iya, soalnya ayah, bunda, sama kakakmu lagi nyantai di taman belakang. Takutnya ada maling masuk, makanya pintunya di kunci. Kan lagi rawan kan tentang perampokan rumah?"

"Iya sih Bun. Terus bunda kok bisa denger, kalau pintu ada yang ngetuk?"

"Ohh, tadi itu bunda lagi mau ambil kue di dapur. Terus tau tau ada yang ngetuk pintu. Bunda kira siapa, eh malah anak kesayangan bunda yang datang." Jawab bunda dengan mengusap lembut rambut Keyla. Begitupun dengan Keyla yang merasakan hangat ketika sang bunda mengusap lembut rambutnya.

"Yaudah sana kamu samperin ayah sama kakakmu, bunda sama Keyla mau nyiapin kue dulu. Kamu mau bantu bunda kan key?"

"Mau dong bun. Hehe" key tersenyum unjuk gigi.

"Iya bunda cantikk." Jawab Haris dan mulai melangkahkan kakinya menuju taman belakang.

"Dasar kamu."

Key yang melihat interaksi antara anak dan ibunya itu merasakan senang dan juga iri. Jika saja papa dan mamanya seperti bunda dan ayah, pasti ia akan bahagia setiap waktu. Tapi..., Ah sudahlah. Key tak mau bersedih untuk kesekian kalinya. Sudah waktunya key untuk berfikir  lebih dewasa lagi. Apalagi saat ia sudah berada di keluarga yang bahagia  ini. Pasti kini ia akan jauh lebih baik lagi.

*****

Oke, terima kasih buat vote nya ya:)

Maapkeun saya untuk cp 12 ini jangka waktunya lama.  Apalagi sekali up eh sedikit  ceritanya. Ok dengan alasan yang sama seperti author lain kebanyakan. Yaitu, sibuk tugas. Yah, biasalah anak sekul. Apalagi saya baru saja selesai untuk 'kunjungan industri'. Tugas laporan belum selesai gaes. Jadi, buat pembaca setia cerita saya yang alurnya masih 'ngalor ngidul' ini, sekali lagi maapkeun saya😂

Jangan lupa banyakin vote, dan ayo dong komen. Hehehe:)

See you💕

Cewek tomboy gue! [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang