--Gelapnya malam diterangi dengan sinar rembulan yang menyinari, sinar yang disalurkan oleh sang Matahari yang berbeda langit dengan sang Bulan—
Jiyeon keluar dari kamarnya dan memperlihatkan dirinya dengan pakaian yang sengaja dibuatkan oleh Ibu Jisoo sebagai hadiah penyemangat untuknya yang akan menempuh ujian pertamanya hari ini di istana.
"Indah sekali Jiyeon, kau sangat cocok mengenakannya. Jangan kalah dengan orang-orang lain Jiyeon, Bunda yakin dirimu bisa." Ujar Ibunda Jisoo semangat membuat Jiyeon malu harus bagaimana menanggapinya.
"Bunda, Jiyeon akan mengikuti ujian tabib istana bukan untuk mendaftarkan dirinya sebagai calon putri mahkota jadi ia tidak membutuhkan pakaian semewah itu." Kritik Jisoo sebagai alasan.
"Diam saja dirimu Jisoo, kau tidak tahu apa-apa." Balas sang Bunda pada anaknya sendiri.
"Sebenanya ada benarnya juga apa yang dikatakan oleh Tuan Jisoo, tidak mungkin aku akan mengenakan pakaian mewah ini untuk mengikuti ujian jadi aku akan mengganti dengan pakaian yang lebih sederhana. Setelah itu aku akan pergi berangkat bersama Ayah ke istana." Ujar Jiyeon dan akan masuk kembali ke kamarnya tapi di tahan oleh Ibunda Jisoo.
"Bunda masih memiliki sebuah pakaian yang dapat kau kenakan untuk ujian hari ini, jadi kau pakai yang ini saja." Tutur Ibunda Jisoo dan memberikan sebuah pakaian lainnya sehingga Jiyeon menerimanya dan masuk ke dalam kamarnya untuk berganti.
Kini tersisa Ibu dan Anak yang masih berada pada tempat mereka masing-masing dan tidak bergeming, hingga akhirnya Ibunya menghadapkan badannya tepat di depan anaknya.
"Apa kau masih tidak merelakannya Jisoo?" Tanya sang Ibu seketika suasana di antara mereka menjadi serius.
Jisoo tampak tidak merespon hingga Ibunya kembali memanggilnya namanya, "ya. Aku tidak bisa merelakannya ke tempat yang dimana berbagai macam hal kejahatan terjadi itu. Ibu sendiri tahu seperti apa istana itu, tidak ada suatu hal yang baik terjadi di sana."
Sang Ibu pun mengulum senyum mendengar jawaban dari anaknya itu sehingga Ibunya sudah tahu pasti apa isi hati Jisoo selama ini, "tapi apa kau akan terus mengekang apa yang menjadi keinginan yang dia mau Jisoo?"
"Tentu saja tidak ... tapi-"
"Itu jawabannya Jisoo. Kau tidak bisa mengekangnya dan kau juga tahu bagaimana keras kepala anak itu yang sama dengan sikapmu, kau harus merelakannya dan mendukungnya Jisoo. Dengarkan Ibundamu Jisoo."
Jisoo terdiam hingga kemudian Jiyeon kembali muncul dengan mengenakan pakaian sangat sesuai dengan lekuk badannya dengan warna gelapnya yang tak terlalu mencolok, sesaat membuat Jisoo terpana melihat penampilannya apalagi Jiyeon mengikat rambutnya dengan kuncir kuda sehingga penampilannya kini seperti seorang pendekar wanita yang hebat.
"Jiyeon selalu cocok memakai apapun, nah sekarang ayo kita bertemu dengan Ayah mungkin dia sudah menunggu di depan." Tutur Ibunda dan meninggalkan mereka berdua dulu, memberi ruang untuk mereka berbicara berdua.
Saat Jiyeon akan mengikuti Bunda, Jisoo pun menahan tangan Jiyeon membuat mata mereka berdua kini saling bertemu pandang.
Deg
Jisoo mencoba untuk menetralkan dirinya untuk tidak bersikap aneh apalagi detak jantungnya yang tidak terkontrol ini, "sebenarnya aku tidak ingin dirimu ke sana, Jiyeon."
KAMU SEDANG MEMBACA
✔Moon, Star and Sun [ BangLyz ]
Fanfiction[ Park Jimin × Kim Jiyeon ] Takdir yang ditentukan oleh sang Maha Kuasa tak akan mampu kita ubah dengan keinginan kita sendiri bahkan melarikan diri dari takdir tersebut, pada akhirnya kita akan kembali pada takdir kita yang telah ditentukan. Inilah...