Jisoo menatap kosong kearah buku yang ada pada tangannya hingga Hyun yang sedari tadi memanggil namanya tidak menjawab pun menyadarkannya, "tuan Jisoo, ada pasien yang mengalami memar yang besar karena lilitan ular lagi."
Jisoo pun baru sadar dan segera merawat pasiennya itu, saat selesai dan pasiennya pergi setelah menerima perawatan Hyun pun menghampirinya.
"Tuan Jisoo, apa dirimu sedang tidak enak badan? Atau ada yang salah dengan dirimu?" ucap Hyun sambil menumbuk obat racikan yang ada di tangannya.
Jisoo menghela nafasnya panjang, "tidak perlu kau mencampuri urusanku Hyun teruskan pekerjaanmu."
"Pasti masalah Jiyeon." Tebak Hyun tepat pada titiknya.
Jisoo menutup matanya lalu menghampiri Hyun, tangannya terangkat mendekati Hyun dan Hyun segera melindungi dirinya yang mungkin akan di pukul oleh Jisoo, "lihat racikan obatmu ini gagal, tumbukkannya tidak halus, ulangi dari awal dan ini dibuang. Aku akan ke kamar, kalau ada pasien yang sakit berat panggil aku."
Jisoo sudah meninggalkan Hyun sendirian meracik obat, Hyun pun menghela nafas lega karena tidak dipukul oleh tuannya tapi kemudian melakukan pekerjaannya sesuai perintah Jisoo dengan membuat ulang racikan obatnya dari awal.
Jisoo yang sudah berada dalam kamarnya memilih untuk menyalakan lilin aromaterapinya dan duduk di dekat jendela membaca bukunya, suara burung-burung membuat pikirannya teralih dengan kejadian sore saat dirinya pergi mengunjungi Jiyeon yang akan memberi selamat padanya.
Jisoo melihat gerbang istana yang besar dan kemudian melangkahkan kakinya melewati gerbang istana lalu mencari keberadaan Ayahnya yang sudah menunggu kehadiran dirinya.
"Jisoo-ya."
Jisoo melihat kearah pohon yang besar dan menemukan Ayahnya yang sedang berdiri dibawah pohon rindang tersebut, segera Jisoo menghampirinya.
"Kenapa Ayah disini?" tanya Jisoo malas.
"Aku tahu kau pasti akan datang jadi aku menunggu kehadiranmu." balas Ayahnya.
Jisoo pun sedikit menahan malunya yang sempat bersikeras mengatakan tidak ingin mengunjungi Jiyeon dan memasuki kerajaan ini, "dimana Jiyeon?"
"Aku melihatnya menuju taman belakang istana dimana dulu saat kau kecil pernah berma-"
"Baiklah aku mengerti." potong Jisoo dan pergi begitu saja meninggalkan Ayahnya.
Jisoo pun menuju taman belakang istana yang ia ketahui tempat tersebut sembari melihat wadah makanan dalam genggamannya yang sudah dimasak oleh Ibunya dan akan diberikan kepada Jiyeon, matanya pun melihat sekeliling tempat di istana ini.
"Lepaskan aku! Lepaskan!"
"Dengar! Dengarkanlah dengan baik detak jantungku!"
Jisoo menghentikan langkah kakinya melihat Jiyeon yang mencoba melepaskan dirinya dari seorang laki-laki yang ia kenali adalah putra mahkota di kerajaan ini, Jisoo mengeratkan genggamannya pada wadah berisi makanan dengan menahan emosinya.
"Jiyeon?"
Kedua orang itu berhenti dan pandangan mereka kini teralih kepada dirinya, Jisoo melangkah dengan mantap mendekati mereka dan meraih tangan Jiyeon dengan sekali tarik terlepas dari dekapan lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔Moon, Star and Sun [ BangLyz ]
Fiksi Penggemar[ Park Jimin × Kim Jiyeon ] Takdir yang ditentukan oleh sang Maha Kuasa tak akan mampu kita ubah dengan keinginan kita sendiri bahkan melarikan diri dari takdir tersebut, pada akhirnya kita akan kembali pada takdir kita yang telah ditentukan. Inilah...