07. Distance

367 51 16
                                    

Jiyeon terbangun dari tidurnya dan ia mendapati hari sudah terang dengan suara kicauan burung yang saling bersahut-sahutan, Jiyeon merasakan sakit pada matanya karena telah menangis semalaman hingga pada akhirnya ia pun segera mandi dan bersiap-siap memulai harinya sebagai tabib istana.

Jiyeon menuju tempat pelatihan para tabib-tabib baru dan lama untuk meracik obat-obatan, mendapatkan pembelajaran lebih mengenai tumbuhan atau cara pengobatan alami dan saat ditengah jalan dirinya berjumpa dengan Namyeon yang juga baru saja sampai bersamaan dengannya.

"Pagi Jiyeon, kenapa dengan matamu?" tanya Namyeon memicingkan matanya melihat lebih jelas mata bengkak milik Jiyeon.

Jiyeon pun memalingkan wajahnya dan berjalan mendahuluinya, "aku baik-baik saja Namyeon, aku hanya kurang tidur saja."

"Jangan katakan padaku kau mempelajari buku tebal yang diberikan oleh tabib Song kemarin." Tebak Namyeon.

Keduanya sibuk mengikuti pembelajaran hingga sore adalah waktunya mereka kembali ke kamar untuk istirahat, saat Jiyeon dan Namyeon berjalan bersama menuju kearah kamar mereka justru berpapasan dengan putra mahkota Jimin dengan Pangeran Jungkook yang sibuk berbincang-bincang.

"Hormat kepada Yang Mulia putra mahkota dan pangeran." Ucap Namyeon memberikan hormat kepada kedua lelaki itu dengan sopan dan kemudian ia melirik Jiyeon untuk memberikan hormat juga.

Jiyeon tanpa menatap kedua lelaki itu lalu membungkukkan badannya memberi hormat, "hormat kepada Yang Mulia putra mahkota dan pangeran."

Pangeran Jungkook pun melihat kearah kakaknya yang tengah memperhatikan gadis itu dengan tatapan sedih lalu ia pun menghampirinya, "kalian adalah tabib istana yang baru bukan? Kenapa tidak duduk bersama kami untuk menikmati teh?"

"U-uhm i-itu ...." Namyeon dengan gugup ingin menerima tawaran tersebut atau tidak.

"Terima kasih pangeran tapi kami harus kembali ke kamar untuk belajar lebih banyak tentang meracik obat-obatan, maafkan kami pangeran. Kami undur diri." Potong Jiyeon dengan tegas lalu pergi yang kemudian diikuti oleh Namyeon pada akhirnya.

Pangeran Jungkook pun menaikkan kedua alisnya keatas dengan sikap yang tidak pernah ia dapati oleh para pelayannya kemudian pandangannya justru teralih ke kakaknya yang duduk di sampingnya.

"Ada apa dengan kalian berdua? Aku dengar dari pelayan hyung jika kau sudah gila karena gadis itu?" ucap pangeran Jungkook dengan nada mengejeknya.

Putra mahkota Jimin pun mengepalkan tangannya, "dasar pelayan yang banyak mulut."

Pangeran Jungkook bangkit dari duduknya dan mengitari area duduk mereka, "apa dia menjauhimu karena identitas aslimu ketahuan saat upacara penerimaan tabib istana baru?"

"Diamlah Jungkook, tidak perlu kau mencampuri urusanku."

"Aku ingin menyadarkanmu hyung! Karena ini pertama kalinya kau jatuh cinta maka ka-"

"Memangnya sejak kapan kau pernah jatuh cinta?" potong putra mahkota Jimin mengoloknya dan pangeran Jungkook hampir termakan umpan miliknya tapi kemudian terkekeh.

"Hyung tidak tahu? Ibu suri sedang menjodohkanku dengan anak panglima jenderal Jung, tentu saja diriku mengerti mengenai percintaan."

Putra mahkota Jimin pun berdesis malas dan meminum teh yang ada di cangkirnya dengan tenang hingga pangeran Jungkook kembali duduk di sampingnya dengan semangat melanjutkan pembicaraannya.

"Hyung dekati saja gadis itu, buktikan jika hyung memiliki perasaan padanya lagipula ... aku lihat sepertinya dia juga menyukaimu." Ucap pangeran Jungkook dengan tebakan dan seketika minuman yang baru saja akan ditelan putra mahkota Jimin pun menyembur keluar dari mulutnya mengenai wajah dan pakaian pangeran Jungkook.

✔Moon, Star and Sun [ BangLyz ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang