Jiyeon membuka pelan matanya dan menyesuaikan pandangan kaburnya hingga semua yang ditangkap pada matanya pun jelas, ia mengedipkan matanya berkali-kali hingga ia menyadari sesuatu yang aneh dari yang ditangkap oleh matanya.
Dirinya mencoba untuk bangun dari posisi tidurnya hingga saat ia berusaha untuk bangun pun terhenti seketika saat ia merasakan perih yang amat menyakitkan pada bahu bagian kirinya sehingga ia pun baring kembali.
Jiyeon mendengarkan langkah kaki yang mendekat dan duduk di samping kasurnya, "kau sudah bangun?" suara lembut dari putra mahkota Jimin pun menyapanya membuat Jiyeon seketika membelalakan matanya.
"Ini dimana?" tanya Jiyeon mencoba untuk bangun kembali tapi dengan lembut putra mahkota Jimin menahannya lalu membaringkannya lagi membuat Jiyeon bingung.
"Istirahatlah, lukamu masih belum sembuh total dan jangan terlalu banyak bergerak. Ini perintahku," ucap putra mahkota Jimin membuat Jiyeon justru menatapnya kesal tapi tangan putra mahkota Jimin kini mengelus wajah lembut membuat Jiyeon terdiam. "Syukurlah kau sudah terbangun."
Jiyeon mengurungkan niatnya untuk memprotes putra mahkota Jimin yang dengan seenak dan sesuka hatinya memerintahkan sesuatu yang diinginkannya, "aku dimana Yang Mulia? Apa yang sudah terjadi?"
"Ini di istana, kita berhasil menyelesaikan permasalakan di pedesaan Hyunmun, biang masalah dibalik sengsara pedesaan Hyunmun sudah dihukum mati." jelas putra mahkota Jimin.
"Siapa orang itu?" tanya Jiyeon penasaran.
"Pejabat Byun Jaekyun."
"Ceritakan padaku apa yang sudah terjadi Yang Mulia." tutur Jiyeon dengan nada memohon hingga putra mahkota Jimin pun menghela nafasnya pelan hingga ia mengambil sesuatu yang tidak diketahui Jiyeon dan ia memegang sebuah mangkok yang mencuatkan wangi yang menggoda.
Putra mahkota Jimin membantu Jiyeon untuk mengubah posisinya dengan duduk hingga ia dapat menyuapi gadisnya itu, "aku akan menceritakannya padamu jika kau makan ini."
Jiyeon, gadis itu pun menganggukkan kepalanya pelan sehingga putra mahkota Jimin dapat mulai menyuapinya dan menceritakan seluruh kronologi yang telah terjadi setelahnya.
FLASHBACK
Putra mahkota Jimin mengacungkan pedangnya yang ada pada tangannya dihadapan para bedebah yang sudah membuatnya marah hingga kemunculan Pejabat Byun mengalihkan perhatiannya.
"Yang Mulia, anda sungguh berani sekali. Hamba mengira anda sudah terluka dan akan mati tapi tenyata keputusan langit berkata lain ternyata." ucap Pejabat Byun dengan nada ketus membuat putra mahkota Jimin mengeraskan rahang giginya.
"Apa maksud ucapanmu itu Tuan Byun ...." berang putra mahkota Jimin dan tawa kecil terdengar.
"Gadis itu, gadis bodoh yang sudah menolongmu itu tidak akan bertahan lama lagi nya-"
"APA KAU BILANG?!" sahut putra mahkota Jimin yang kini sudah berdiri tepat di hadapan Pejabat Byun dan pedan itu sudah menekan area leher miliknya hingga darah segar mengalir.
Pejabat Byun tersenyum remeh, "kau sudah digoda oleh gadis rendahan itu Yang Mulia, sikap seorang Yang Mulia seharusnya lebih berwibawa tapi kemana perginya wibawamu itu?"
"Tutup mulutmu! Katakan padaku! Apa kau mencaruh racun pada panah yang seharusnya mengenaiku?" tanya putra mahkota Jimin menatap tajam pada manik mata Pejabat Byun.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔Moon, Star and Sun [ BangLyz ]
Fiksi Penggemar[ Park Jimin × Kim Jiyeon ] Takdir yang ditentukan oleh sang Maha Kuasa tak akan mampu kita ubah dengan keinginan kita sendiri bahkan melarikan diri dari takdir tersebut, pada akhirnya kita akan kembali pada takdir kita yang telah ditentukan. Inilah...