11. Understand

297 47 10
                                    

"Tabib Hong, saya percayakan putraku kepadamu." ucap permainsuri yang segera dibalas dengan hormat dari tabib Hong.

"Terima kasih atas kepercayaan dari Yang Mulia tapi untuk kali ini saya akan memberikan kepada tabib baru ini namanya Jiyeon, keahliannya dari merawat sama seperti saya."

Jiyeon terkejut akan ucapan dari Ayah angkatnya sehingga permainsuri kini menatapnya membuat Jiyeon segera menundukkan kepalanya merasa tidak pantas untuk di tatapi tapi kemudian permainsuri memintanya untuk tidak menundukkan kepalanya lalu memaparkan senyum walau sebernarnya sedang menutupi kekhawatiran dan kesedihan di dalamnya.

"Kalau begitu tabib Jiyeon kuserahkan putraku ke dalam tanganmu," ucap permainsuri dengan lembut lalu kembali mengalihkan pandangannya kepada Ayah angkatnya. "Tabib Hong bisakah kau mengikutiku ke kediamanku?"

"Baiklah Yang Mulia."

Permainsuri dan tabib Hong kini meninggalkan kamar putra mahkota Jimin yang menyisakan dirinya bersama dengan Kasim Kim berdua saja dan putra mahkota Jimin yang sedang tertidur, Kasim Kim menatap dengan tidak senang kearah Jiyeon lalu menghampiri Jiyeon masih menatap kearah putra mahkota Jimin yang tertidur.

"Nona Jiyeon," panggil Kasim Kim yang sudah berada disampingnya membuat Jiyeon menoleh padanya dengan kikuk. "Nyalimu sungguh besar ... lihatlah apa yang sudah kau perbuat kepada Yang Mulia putra mahkota? Ada bagusnya jika dirimu yang menjaga Yang Mulia sebagai penebus kesalahanmu kepada Yang Mulia!"

Jiyeon semakin tertekan dengan ucapan dari Kasim Kim sehingga saat ia memastikan kondisi putra mahkota Jimin sudah tenang dan ia pun kembali ke wisma tabib dimana kamarnya berada dan akan kembali ke kediaman putra mahkota Jimin malam nanti.

---

Ruang belajar Raja Park begitu hening dan tenang hingga datanglah kehadiran Hoseok yang sudah memberi hormat padanya.

"Bagaimana kabar dari bocah itu?" tanya Raja Park kemudian meletakkan gulungan negara yang tiada habisnya itu.

"Balas Yang Mulia, akhir-akhir ini Yang Mulia putra mahkota tidak berhubungan baik dengan nona Jiyeon saat setelah nona Jiyeon mengetahui identitas asli dari Yang Mulia putra mahkota."

Raja Park pun mengangguk pelan, "aku juga sudah melihat wajahnya ... gadis itu ... saat upacara tidak menatapku sama sekali. Hoseok aku ingin kau mencari tahu lebih dalam lagi mengenai gadis bernama Jiyeon itu."

"Baik Yang Mulia," balas Hoseok kemudian bangkit berdiri saat dirinya akan pergi tapi ia kembali membalikkan badannya. "Putra mahkota sedang sakit, apakah Yang Mulia tidak pergi menemuinya?"

Raja Park pun menutup matanya dan tangannya pun beralih mengambil gulungan negaranya yang sudah dimengerti Hoseok akan kesibukkannya yang tidak memiliki banyak waktu dihabiskan dengan putra mahkota Jimin semenjak lelaki itu beranjak dewasa, Hoseok pun undur diri membuat Raja Park kini memikirkan gadis yang bernama Jiyeon tersebut.

---

Malamnya Jiyeon pun mengunjungi kediaman putra mahkota Jimin yang dimana kini sedang diawasi beberapa pengawal yang lihai dengan senjata disisi mereka dan seorang lelaki yang Jiyeon kenal dengan wajahnya.

"Selamat malam nona Jiyeon, silahkan masuk." ucap Hoseok membiarkan Jiyeon masuk kedalam kamar putra mahkota Jimin.

Jiyeon sudah berada di dalam kamar putra mahkota Jimin dan duduk di tepi ranjang miliknya, mengambil kain yang ada pada kening putr amahkota lalu membasahi lagi kain itu dan menempelkan kembali pada kening putra mahkota Jimin, Jiyeon mengeluarkan sebuah lilin aromaterapi dan menyalakannya membiarkan putra mahkota Jimin dapat tertidur dengan rileks dengan adanya bau aromaterapi yang dapat menenangkan pikiran.

Jiyeon memeriksa nadi tangan putra mahkota Jimin dan dapat merasakan tangan milik lelaki yang tertidur itu kasar, saat Jiyeon merasakan nadi milik putra mahkota Jimin sudah bereaksi tenang sehingga ia mencabut salah satu dari lima jarum yang menancap pada kepala putra mahkota Jimin.

Jiyeon menghela nafas pelan lalu memasukkan kembali jarum itu dalam alatnya dan menatap pemilik wajah tampan yang tertidur pulas itu, "kenapa kau memaksakan tubuhmu yang sedang sakit? Apa kau itu dewa?"

Jiyeon mengomel pelan pada lelaki yang sedang tertidur pulas itu tanpa mengetahui apakah lelaki itu mendengarkannya atau tidak, Jiyeon beralih mendudukkan dirinya di bawah ranjang milik putra mahkota Jimin lalu menggunakan kedua tangannya menahan wajahnya menatap lurus melihat kerangka wajah sempurna milik putra mahkota Jimin.

Pikiran Jiyeon pun terputar kembali mengingat perdebatan diantara mereka akhir-akhir ini bahkan ia mengingat sebuah kalimat yang dikatakan lelaki itu kepadanya sontak membuat dirinya mengulas senyum tipis.

" ... ketahuilah aku sudah menyukaimu saat itu."

Jiyeon yang mengulas senyum beberapa detik hingga senyum itu luntur yang membuatnya kembali teringat akan keluarganya mati karena Raja Park yang merupakan Ayah dari putra mahkota Jimin, pikiran Jiyeon pun kalut membuatnya menenggelamkan wajahnya pada lengan tangannya hingga suara rintihan yang samar-samar terdengar.

"Ji ...," suara itu keluar dari mulut putra mahkota Jimin yang membuat Jiyeon mengerut keningnya mencoba mendekati telinganya pada mulut lelaki itu untuk mendengarkan jelas apa yang diucapkannya. "... yeon ...."

"Nona Jiyeon?" panggilan itu sontak membuat Jiyeon membalikkan badannya dengan cepat dan yang memanggilnya ialah lelaki yang berjaga di depan kamar putra mahkota dan yang ia kenali wajahnya itu.

"A-ada apa?" tanya Jiyeon mencoba menahan kegugupannya.

"Hari sudah malam sebaiknya kau kembali besok pagi saja." ucap Hoseok dan Jiyeon segera membereskan barang-barangnya lalu beranjak pergi.

Hoseok mengantar kepergiaan Jiyeon dan mengikuti gadis itu bahkan sudah jauh dari kediaman putra mahkota Jimin, Jiyeon yang tahu siapa yang mengikutinya pun memutar tubuhnya menatap Hoseok.

"Kau tidak perlu mengikutiku, aku bisa pulang ke kamarku dengan sendiri." ucap Jiyeon.

"Yang Mulia mengatakan untuk selalu menjagamu saat nona balik ke kamar atau kemanapun." ucapan Hoseok membuat Jiyeon terdiam dan kemudian pasrah saja.

Jiyeon terus berjalan dengan langkah pelan sambil menikmati indahnya langit malam, "siapa namamu?"

"Hoseok."

"Hmm ... apa kau sudah lama berada disisi lelaki itu?"

"Saat Yang Mulia berumur 10 tahun."

Jawaban singkat dari Hoseok pun sudah dimengerti oleh Jiyeon, "apa kau tahu kenapa lelaki itu terus mengganggu kehidupanku semenjak aku disini?"

"Karena Yang Mulia menyukaimu nona Jiyeon." balas Hoseok yang sontak membuat Jiyeon kembali menghentikan langkahnya.

"Itu ... bohong." ujar Jiyeon pelan tapi masih bisa terdengar oleh Hoseok dan kemudian Hoseok berdiri di hadapan Jiyeon.

"Nona, perasaan Yang Mulia kepadamu itu tulus."

Jiyeon diam saja lalu melangkah pergi begitu saja tanpa membalas ucapan Hoseok sama sekali, tapi Hoseok yakin dengan perkataannya bisa membuat Jiyeon berpikir tentang perasaan putra mahkota Jimin yang sudah ia ikuti begitu lama.

"Pikirkanlah dengan baik nona Jiyeon." ujar Hoseok yang tidak mungkin terdengar oleh Jiyeon yang sudah pergi jauh.

--Bulan memancarkan sinar rembulannya dengan redup di malam hari ini--

.

.

.

TBC

✔Moon, Star and Sun [ BangLyz ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang