33. Love

346 42 6
                                    

Jiyeon terbangun dari mimpi buruknya bahkan kini keringat sudah membasahi rambut juga wajah cantiknya, nafasnya yang terus menderu diikuti dadanya yang terus naik turun.

"Mimpi ... hanya mimpi." gumam Jiyeon pelan dan memegangi detak jantungnya yang masih berdetak kencang pada normalnya. "Mimpi buruk ...."

Matanya teralih melihat cahaya pagi sudah menyusup masuk dalam ruangannya, kemarin ia telah banyak menangis hingga ia dapat merasakan matanya yang bengkak dan perih.

Tubuhnya lebih baikan dari kemarin, ia masih memaksakan tubuhnya untuk bergerak seperti biasanya dan berujung menjumpai Hoseok untuk meminta penjelasan atas kematian Mijoo yang mengorbankan nyawanya sendiri demi menebus dosa Ayahnya. Suatu kejadian yang tidak akan pernah Jiyeon lupakan dalam hidupnya setelah kematian keluarganya.

"Ceritakan padaku Hoseok, aku tahu kau mengetahui sesuatu." ucap Jiyeon pelan menahan rasa emosionalnya ketika mengingat kembali kejadian di hari yang memilukan itu.

Hoseok menghela nafas pelan, matanya yang tertutup kini terbuka kembali menatap lurus manik mata Jiyeon yang meminta penjelasan. "Mijoo melakukan ini untuk menebus semua dosa Ayahnya terlebih dosa terbesar Ayahnya menyangkut kematian keluargamu."

Nafas Jiyeon terasa mencekat. "Tapi ... kenapa harus dia yang menanggung semua itu? Tidak bisakah dia membiarkan Ayahnya yang menerima hukuman pantas itu?" tutur Jiyeon lemah yang sudah menitikkan air matanya.

Hoseok menggelengkan kepalanya, "percuma, Mijoo terlalu mencintai Ayahnya dan juga dirimu. Walau kau tidak tahu ... sebenarnya dia sudah menganggapmu sebagai saudara perempuannya sendiri, aku bisa merasakan itu saat terakhir aku berjumpa dengannya dimana dia akan menyerahkan dirinya kepada pihak istana."

Jiyeon tidak bisa berkata-kata lagi, ia kembali mengingat bagaimana awal mereka berjumpa hingga pada akhirnya hubungan pertemanan mereka hancur karena kesalahpahaman.

Jiyeon menghapus air matanya dengan kasar lalu mengubah tatapannya menjadi serius.

"Hoseok, apa Pejabat Lee itu sudah berada dalam kurugan bawah tanah?" tanya Jiyeon membuat Hoseok mengangguk pelan. "Kalau begitu bawa aku kesana, aku ingin menemui bajingan itu."

Hoseok pun menuruti permintaan Jiyeon lalu membawa gadis itu menemui penjahat yang keji dalam dunia ini.

Kaki Jiyeon melangkah pelan dan kini berdiri di hadapan kurungan yang ia tempati sebelumnya hingga kenangan buruk kembali menghantuinya, putra mahkota Jimin yang tidak mempercayainya lalu mengurungnya bahkan kenangan dimana ia terkurung bersama dengan pelayan setianya saat akan di asingkan ke suatu tempat.

Mata Jiyeon menangkap sosok yang kini memeluk dirinya sendiri di sudut kurungan ini, "apa kau senang?" tanya Jiyeon pelan membuat orang itu mengangkat wajahnya perlahan sehingga tatapan mereka saling bertemu. Tatapan yang seketika berubah menjadi tatapan penuh kebencian.

"Kau ... membunuh putriku!" tegasnya membuat Jiyeon kini tak kuasa untuk menahan tawa kecilnya walau setetes bulir bening kembali jatuh dari pelupuk matanya.

"Tuan Lee, apa kau masih tidak mengerti? Karena semua perbuatan jahatmu yang sudah merenggut nyawa putrimu sendiri, Mijoo ... gadis bodoh itu mengorbankan dirinya untuk menebus sebagian dosamu." ucap Jiyeon menatapi Pejabat Lee yang sudah berdiri di hadapannya dan hanya terhalang oleh kayu tebal yang mengurungnya.

"Aku akan membalas dendam! Ingat itu!" tegas Pejabat Lee membuat Jiyeon teringat dengan mimpi yang ia dapat semalam.

Hoseok kini menarik tubuh Jiyeon pergi, Jiyeon sama sekali tidak berbicara setelah keluar dari kurugan bawah tanah itu. Ia ketakutan, apakah mimpi buruknya akan menjadi kenyataan? Atau dirinya hanya terlalu banyak berpikir.

✔Moon, Star and Sun [ BangLyz ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang