chap 3

5.3K 411 0
                                    

"Yeobo, hiks yoon-gi hiks harus op-operasi" tangisnya pecah benar-benar tak bisa dibendung lagi, pikirannya kacau bahkan Jungkook yang terisak Sampai suaranya tak keluarpun ia abai.

"sssttt...  Kau tenang, ne. Aku yakin Yoongi kita akan baik-baik saja. "

Flashback off
.
.
.
Happy reading

Yoongi mengerjap pelan,  matanya ia paksa untuk dibiasakan dengan bias-bias cahaya dari penerangan kamarnya. Ya,  dia tertidur setelah lelah menangis dalam pelukan ibunya.

Pandangannya ia bawa mengitari ruangan itu,  nuansa hitam dan abu yang mendominasi. Persis, sama persis dengan kehidupannya yang monoton tanpa ada warna.

"Kenapa appa  melarangku? Aku sadar diri untuk tak masuk tim basket,  tapi tak bisakah aku hanya bermain? Kenapa sejak saat itu appa benar-benar melarangku bermain basket padahal dulu dia yang mengajariku sejak kecil, dia yang selalu menemaniku latihan," lirihnya bersamaan dengan sebutir kristal bening yang jatuh dari sudut matanya.

.....

Krriiingggggg...

Bunyi keras dari alarm  di meja nakas samping tempat tidurnya membuatnya terlonjak kaget. Dilihatnya jam sudah menunjukkan pukul 06.15

"Astaga, aku kesiangan." segera ia bawa lari kaki jenjangnya menuju kamar mandi.
.
.
.
" Eomma,  di mana Yoongi hyung?"  Jungkook edarkan pandangannya dan tidak mendapati adanya kakaknya tersebut.

"Hyung  mu tidak masuk hari ini, dia demam."

"MWO?? " pekik Jungkook, lantas segera ia letakkan kembali roti lapis yang tadi hampir masuk ke dalam mulutnya, kembali menaiki tangga dan berhenti di depan pintu kayu itu. Pintu kamar kakaknya, Yoongi.

Perlahan ia bawa tangannya untuk menyentuh knop pintu itu, ia putar ke bawah dan mendorongnya pelan. Bisa ia lihat seseorang tengah terbaring di sana dengan selimut tebal yang menutupi tubuhnya hingga batas dada dan handuk kecil basah yang menutupi dahinya.

Langkahnya pelan menuju ranjang tersebut, tak ingin mengganggu tidur pulas kakaknya. Ia dudukkan tubuhnya di samping tubuh yang damai dalam tidurnya itu.

"Mian hyung,  mian karna Kookie tak bisa membantumu, padahal ini semua karna Kookie, Kookie nakal sehingga hyung  seperti ini." Ia genggam tangan mungil itu, tak tahan rasanya untuk tidak menangis.

Kakaknya yang bahkan umurnya lebih tua darinya 2 tahun itu terlihat bukan seperti kakaknya,  tapi lebih seperti adiknya. Ia tarik sedikit selimut itu hingga pinggang sang kakak,  ia pandangi lamat-lamat.

Tubuhnya kurus dan dengan tinggi 10cm di bawahnya,  padahal mereka masih dalam masa pertumbuhan tapi hanya Jungkook yang mengalaminya. Yang ia tahu,  tinggi badan kakaknya itu tak pernah naik lagi setelah lulus sekolah menengah pertama.

Jungkook tau betul apa yang terjadi,  meskipun saat itu ia masih kecil tapi kecerdasannya dalam membaca situasi, mendengarkan dan mencernanya sungguh sangat baik.

Flashback on

Wanita beserta suami dan kedua putranya itu pun mengikuti brankar yang di atasnya tergolek lemah salah satu putranya untuk dipindahkan ke ruang rawat.

"Begini tuan dan nyonya, putra anda mengalami benturan yang cukup keras di bagian belakang tubuhnya. Hal itu cukup fatal karena ada beberapa ruas tulangnya yang rusak juga jaringan di sekitarnya. Operasi tadi hanya memperbaiki ruas-ruas tulangnya saja. Putra anda akan sembuh setelah ini,  hanya saja ...." Jeda sebentar untuk menghela nafas sedikit panjang, dokter itu tau akan bagaimana reaksi kedua orang tua tersebut setelah mengetahui kondisi putranya.

"Hanya saja pertumbuhannya nanti akan terganggu juga tubuhnya tidak akan sekuat sebelumnya karena kerusakan jaringan tersebut. Ia akan mudah merasa lelah dan mungkin akan ada efek-efek lain yang bisa saja muncul seiring berjalannya waktu."

Sungguh bagai petir yang menyambar langsung di ulu hatinya. Putranya yang aktif itu akan mengalami masa-masa sulit seperti itu.

Ia juga tak membayangkan putranya yang tak bisa meneruskan mimpinya lagi, menjadi seorang pemain basket nasional. Dokter menyarankan agar Yoongi dijauhkan dari aktivitas yang bisa membuatnya cepat lelah dan itu bermain basket salah satunya

"Hiks ... Yoongi takkan bisa bermain lagi yeobo, bagaimana nanti perasaannya. Kau tahu,  bahkan ia akan mengikuti turnamen bulan depan."

Jungkook mendengarnya, lirihan ibunya tentang kakaknya. Ia takut, ia eratkan pelukannya pada sang kakak sulung. Jungkook mengira itu semua karenanya, karena Jungkook yang nakal yang mengganggu Yoongi hyungnya, Jungkook yang nakal karna menangis di taman dan Jungkook yang nakal karna membiarkan Yoongi hyungnya memeluknya dan berakhir di rumah sakit karna tertimpa tangga.

Flashback of

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc

Pendek ya..?
Iya, orang masih kagok ya gini nulisnya dicicil dikit-dikit kayak kreditan

[ END ] Just Minute ( MinYoongi  X JeonJungkook Brothership)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang