chap 55

2.5K 197 73
                                    

Yoongi sudah bersiap untuk memejamkan matanya saat selimut yang Hana tarik sudah menutupi kaki hingga dagunya tapi rencananya gagal karna sebuah suara.

"Aku cemburu."

Plakk

.
.
.

Happy reading

"Jimin, Tae? kalian masih di sini?" Yoongi kembali membuka matanya setelah mendengar satu cicitan dari bibir tebal sahabatnya, siapa lagi kalau buka Park Jimin.

"Ishh ... kau mengganggu istirahatnya Jim," keluh Taehyung sambil kembali mendaratkan geplakan sayang pada lengan atas sahabat bantetnya. Sedang Jimin tak menjawab, sedikit merasa bersalah karena menganggu Yoongi yang hendak beristirahat tapi tak ia sangkal bahwa dirinya cemburu. Dia ingin dinasehati juga ngomong-ngomong oleh sahabatnya itu. Jarang sekali bukan ada bocah yang justru malah berharap dinasehati.

"Kemari Jim, Tae." Taehyung menyikut pelan perut Jimin sebagai isyarat agar ia berjalan terlebih dahulu, Tae tak enak hati pada keluarga Yoongi atas sikap Jimin.

"Gomawo  sudah menjadi sahabat terbaikku. Kalian yang selalu ada untukku, menghiburku ketika aku nyaris putus asa. Tae, terimakasih selama ini sudah menemaniku bermain basket di sekolah dengan sembunyi-sembunyi."  Semua mata keluarga Min minus Yoongi dan Jungkook karena anak itu sudah tahu serentak tertuju pada pemuda pemilik boxy smile itu. Ia tersenyum kikuk menanggapi tatapan yang seolah tengah mengintimidasinya.

"Setidaknya karenamu aku masih bisa merasakannya. Menyentuh sedikit dari bagian mimpiku dan kau Jim, terimakasih karena selalu mendukungku. Aku menyayangi kalian, sangat. Jangan pernah lupakan aku ne." Senyum lembut seorang Min Yoongi menjadi penutup sebelum Hana menyuruhnya untuk kembali beristirahat.

Hana sedikit khawatir melihat nafas Yoongi sedikit memberat, mungkin karena terlalu banyak bicara.












Hari yang ditunggu-tunggu tiba, pagi-pagi sekali  tepatnya pukul setengah enam Yoongi sudah bangun meminta tubuhnya untuk dibersihkan lalu memakai pakaian yang bagus. Hana sedikit heran dibuatnya, jarang sekali dan hampir tak pernah Yoongi ingin didandani rapih oleh ibunya.

Celana jeans tanpa robekan di bagian lutut seperti biasanya dan kemeja yang ia kancing rapih membuat penampilannya sungguh tak nampak seperti Min Yoongi biasanya, juga sweater yang Hana pakaikan secara paksa agar membuat tubuhnya tetap hangat itu sangat cocok dan pas di tubuh Yoongi.

"Kanapa sih Yoon pagi-pagi begini sudah minta didandani seperti ini hum?" tanya Hana sambil mengancingkan kemeja Yoongi.

"Apa Eomma lupa? Aku akan memberi semangat pada Kookie tentu saja, aku 'kan sudah berjanji," tukasnya.

"Iya Eomma tahu ... tapi pertandingannya dimulai pukul sepuluh nanti dan sekarang masih jam setengah tujuh." Tangan Hana beralih menyisir rambut Yoongi yang baru saja ia keramasi beberapa menit yang lalu. Sebenarnya ada perawat yang bertugas membersihkan tubuh Yoongi, tapi hari ini Hana ingin sekali memandikan dan mencuci rambut putranya itu.

"Emm ... aku semalam bermimpi,  ada Eomma ... Ehh ... sepertinya bukan, helmoni,  iya aku bermimpi tentang helmoni." Hana mengangkat satu alisnya, kenapa ibunya yang  sudah lama meninggal itu datang dalam mimpi Yoongi.

"Beliau cantik sekali Eomma,  persis seperti Eomma sekarang. Helmoni memakai gaun putih yang cantik, rambutnya hitam tidak putih, pipinya bersemu merah dan wajahnya bersinar Eomma, benar-benar cantik." Seketika tubuh Hana menegang. Tidak, apa yang tengah Hana pikirkan sekarang tak boleh terjadi, setidaknya untuk waktu yang dekat, Hana belum sanggup.

"Helmoni mengajakku ikut pulang bersama--"

"Cukup Yoongi!" Hana tak sanggup lagi jika mendengar kelanjutan cerita yang putranya utarakan dengan sangat antusias.

Detik setelahnya, tubuh yang sudah berbalut pakaian rapih dan wangi itupun ia peluk dengan sangat erat seakan bisa hilang jika ia longgarkan sedikit saja. Jika berduaan dengan Yoongi seperti ini hatinya makin terasa sakit karena Yoongi yang tak henti-hentinya bersikap aneh, Jungkook harus ke sekolah pagi-pagi untuk melakukan persiapan, Jungho pergi ke kantor untuk meminta ijin pada atasannya untuk tak masuk hari ini karena harus mengantar Yoongi ke pertandingan basket tersebut.














Perdebatan panjang antara dokter dan pasien itu memenuhi satu ruangan dengan empat orang di dalamnya. Yoongi si pasien keras kepala itu tetap bersikeras untuk melepas infusnya selama ia pergi ke gelanggang olahraga tempat pertandingan basket itu berlangsung sedang Namjoon si dokter muda sudah barang tentu tak mengijinkannya, tubuh pasiennya masih lemah tak mungkin ia mengambil resiko melepasnya begitu saja tanpa infus yang notabene sumber energinya itu.

"Ayolah Hyung, sudah keren begini masa kau suruh menenteng infus kemana-mana, aku tak mau terlihat sakit di tengah-tengah mereka."

"Tapi kau memang sakit Min Yoongi." Di samping dua pemuda dengan usia tak jauh beda itu berdebat, dua orang yang lebih tua hanya mengatupkan bibirnya masing-masing, Hana dan Jungho sudah lelah membujuk putranya, biarlah kali ini dokter muda itu yang berjuang memecah kerasnya kepala batu sang pasien.

"Kau membutku frustasi Yoon." Tanpa babibu lagi, Namjoon meraih tangan berinfus Yoongi dan mulai melepas plaster perekatnya. Yoongi yang merasa dirinya menang lantas tersenyum lebar menampakkan senyum gusi dan gigi-gigi kecilnya.

"Tapi aku akan memberikan suntikan Thiamin terlebih dulu padamu, obat ini akan membuatmu merasa segar dan bertenaga tapi obat ini hanya akan bertahan selama dua jam, lebih dari itu kau akan merasa lebih lemas dari kondisimu yang sebenarnya. Kau harus kembali ke rumah sakit sebelum batas waktu itu," jelas Namjoon seraya menyiapkan alat suntik dan obat yang ia butuhkan.

Tak butuh waktu lama kini jarum itu sudah menancap pada lengan Yoongi, ia tak merasakannya karena siku hingga telapak tangannya mati rasa.























Tempat yang ramai, Yoongi tahu itu dari hingar bingar suara puluhan bahkan ratusan orang yang berbeda yang meneriakkan nama-nama para pemain basket yang akan bertanding.

Yoongi mengambil posisi paling depan. Jungho sengaja memilihnya agar suara Yoongi dapat sampai pada Jungkook saat ia berteriak menyemangati adiknya itu. Yoongi tak sabar, meskipun ia tak bisa melihat dengan jelas, tapi dengan mendengar para penonton yang meneriakkan nama sang adik saja sudah sangat membuatnya merasa bangga, selangkah lagi ia harap mimpinya benar-benar terwujud meski itu dari tangan adiknya.

"Hyungie." Suara itu menyadarkannya dari lamunannya, tangannya yang digenggam erat itu, sayang sekali Yoongi tak bisa merasakan. Tapi samar-samar Yoongi bisa menangkap bayangan kepala berada di hadapannya karena memang Jungkook tengah berlutut menyamakan posisinya dengan sang kakak.

"Hyung, doakan aku supaya aku bisa membawa tim basket kita untuk menang, aku akan memenuhi janjiku Hyung. Hyung hanya perlu percaya dan terus teriakkan nama ku, ne?"  Genggamannya semakin dipererat, ia tumpukan kepalanya pada paha sang kakak.

"Kookie sayang Hyung, tunggu Kookie, akan Kookie bawakan medalinya untuk Hyung."  Bertepatan dengan kata terakhir yang ia ucapkan, teriakan dari sang pelatih membuatnya terpaksa untuk mengangkat kembali kepalanya. Beranjak dari sana karena harus mengikuti briefing dari sang pelatih dan mencuri kecupan dari pipi mulus Yoongi.







"Dasar bocah."




































.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc or hiatus??

Karna gatau lanjutannya astaga...

[ END ] Just Minute ( MinYoongi  X JeonJungkook Brothership)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang