chap 40

2K 184 43
                                    

"JUNGKOOK CEPAT BANGUN."

.
.
.

Happy reading

Jungkook terkejut sampai terjatuh dari atas kasur, ia buru-buru bangkit dan menghampiri ibunya yang tengah histeris di dalam kamar mandi.

"Eomma ad- OMO!" Kaki Jungkook lemas seketika melihat kakaknya tengah terkapar di lantai kamar mandi dengan tubuh yang basah kuyup akibat air yang masih setia mengucur dari shower dan cairan merah  yang sudah sedikit tercampur air itu sudah nyaris memenuhi permukaan lantai.

Yoongi masih mendapatkan kesadarannya terbukti dari matanya yang masih sedikit terbuka dan bibirnya yang bergetar karena menggigil kedinginan.

"Jungkook cepat panggil Lee ahjussi kita ke rumah sakit sekarang!" Jungkook sudah berbalik namun urung melangkah karena telinganya sayup-sayup mendengar panggilan.

"Ja-ngan Kook." Pertahanan Hana sudah runtuh sejak tadi, air mata tak hentinya menuruni pipi mulusnya yang belum berkerut meski diusia  kepala empatnya. Tapi Jungkook tak menggubris. Ia tetap membawa langkah cepatnya menuju keluar rumah di mana Lee ahjussi tengah bersantai di teras pada jam-jam ini.

Baru akan membuka pintu terlebih dulu pintu itu terbuka dari luar, menampakkan seorang pria paruh baya yang masih terlihat gagah di usianya.

"Jungkook, kenapa kau lari-larian seperti itu?" tanya Jungho yang melihat putra bungsunya itu nampak tergesa-gesa.

"Appa Yo-yoongi hyung--" Mendengar nama Yoongi dan melihat gelagat Jungkook, Jungho tak terlalu kolot untuk bisa membaca situasi apa yang tengah terjadi, yang ia tahu pasti sekarang putra keduanya itu tengah tak baik-baik saja.

"Di mana dia?" Tas kantor yang ia tenteng tadi kini sudah teronggok di atas sofa karena ia lempar begitu saja.

"Kamar mandi kamar Yoongi hyung, Appa." Jungho terus menapaki satu per satu anak tangga dengan tak sabaran. Jantungnya benar-benar berpacu, sungguh tak baik bagi orang seusianya.

"Yeobo, apa yang terjadi?" Jungho berjongkok di samping Hana yang tengah terisak dengan kepala Yoongi di pangkuannya.

"A-appa ss-su-dah pu-pulang?" Hana sudah tak sanggup untuk berkata-kata. Pertanyaan yang sedari tadi Jungho tunggu jawabannya pun tak pernah ia dapat.

Dengan segera Jungho mengangkat tubuh Yoongi membawanya untuk direbahkan di atas ranjang. Jungkook sudah kembali namun ia tak berani mendekat, melihat kondisi kakaknya seperti itu membuatnya ketakutan.

"Yoon, kita ke rumah sakit sekarang ya?" Hana sama sekali tak melepas genggaman tangannya pada tangan dingin Yoongi. Yoongi menggeleng samar, ia benar-benar ingin menyerah saja, tubuhnya sudah tak bisa menanggung sakit lebih lama lagi.

"Dd-di-ngiin, pe-peluk." Tanpa menunggu Hana langsung mendekap tubuh dingin itu, bibir Yoongi bahkan sudah membiru, wajahnya sewarna kertas. Benar-benar seperti tak ada lagi darah yang mengalir di sana.

"Ap-pa dd-di-ngiin." Jungho menyusul untuk merengkuh kedua tubuh orang yang ia sayangi.

"Masih dingin?" tanya Jungho yang menggosok-gosokkan telapak tangannya pada telapak tangan Yoongi. Yoongi mengangguk yang artinya ia masih merasa kedinginan.

"J-jung-kook dd-dingiin." Kedua orang dewasa itu menoleh ke arah pintu di mana Jungkook yang tengah berdiri mematung di sana dengan mata yang memerah dan basah. Ia menangis dalam diam, ia masih ketakutan bahkan beberapa saat lalu ia sampai lupa bernafas untuk beberapa detik. Beruntung ia segera sadar dan tak sampai kehabisan nafas.

"Jungkook kemarilah, hyung mu ingin kau peluk." ujar Jungho yang melihat Jungkook tak kunjung mendekat.

Perlahan kaki bergetar itu melangkah. Ia merangkak ke atas ranjang dan menelusupkan kedua tangannya di antara tubuh ibu dan ayahnya.

"S-sudah hangat?" Hanya Jungho yang masih mampu untuk berkata sedang dua yang lain benar-benar membisu. Sebenarnya Jungho pun sudah tak sanggup melihat putranya itu, hanya saja ia ingin terlihat lebih tegar karena bagaimanapun ia seorang ayah yang harus menjadi kekuatan bagi buah hatinya.

Bisa ketignya rasakan anggukan kepala Yoongi, namun sejurus kemudian kalimat yang terlontar dari bibir pucat itu seakan mampu meruntuhkan dunia ketiganya.

"Gg-go-ma-wo seka-rang a-aku bis-sa per-gi tanpa ke-kedi-nginan."

"Yoongi, apa yang kau katakan, Nak ...  hiks kau-- kau tidak hiks akan keman-mana, kau harus di sini bersama Eomma." Kini Hana tak bisa diam lagi, mendengar kalimat tersebut dari mulut Yoongi rasanya sudah cukup untuk membunuh separuh dari dirinya, Hana tak ingin mendengarnya.

Yoongi dengan senyum yang terpatri di wajahnya lantas menggeleng pelan di dada sang ibu.

"Jeong-mal Ss-sa-rang--" Tepat sebelum kalimat itu sepenuhnya usai, tubuh yang berusaha dihangatkan itu sudah berhenti menggigil, menumpu sempurna pada tubuh sang ibu.

Jungho dan Jungkook melepas pelukannya saat dirasa tak ada pergerakan lagi dari Yoongi.

"Yoon-- Yoongi bangun sayang, Yoongi dengarkan Eomma, bangun Nak, jangan tinggalkan Eomma." Hana menepuk pipi yang sudah mendingin itu. Mata kucing yang menjadi favorit Hana kini sudah terpejam sempurna. Semakin lama tepukan itu semakin keras. Jungho mencoba menenangkan istrinya dengan menghentikan gerakan tangan Hana, tapi dengan kasarnya Hana hempaskan tangan besar itu.

"Lepas! anaku belum mati, Yoongi masih hidup,  dia-- dia hanya tidur, tadi dia bilang kalau dia mengantuk. Katakan padaku, KATAKAN PADAKAU KALAU YOONGI HANYA TERTIDUR!" Jungho sudah menjadi pria cenggeng sekarang. Melihat putranya yang menghembuskan nafas terakhirnya tepat di depan mata dan melihat istrinya yang terpukul seperti ini, lelaki gagah mana yang sanggup menahan tangisnya.

"Iklaskan dia Yeobo, biarkan Yoongi beristirahat dengan tenang di sana."

"TIDAK ... AKU TIDAK MAU KEHILANGAN LAGI, AKU SUDAH KEHILANGAN DIA JANGAN UNTUK YOONGI. TIDAK... TIDAAAKKKKK!!"
























End













































































































End yaa buat chapter ini

[ END ] Just Minute ( MinYoongi  X JeonJungkook Brothership)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang