chap 42

2.1K 177 41
                                    

"Tapi Yoon- " Hana menghentikan ucapannya saat Jungho menggenggam tangannya erat, isyarat agar Hana tidak melanjutkan kalimatnya. Jungho takut kejadian beberapa saat lalu terulang kembali.
.
.
.

Happy reading

Keesokan harinya Yoongi sudah merengek meminta untuk dipulangkan. Sebenarnya kondisinya sudah cukup stabil tapi Namjoon masih ingin mengobservasinya satu atau dua hari lagi.

Tapi Yoongi tetaplah Yoongi, keras kepala yang tak terbantahkan. Bahkan dia rela menjatuhkan  image swagnya dengan beraegyo di depan Namjoon. Namjoon hanya menghela nafas pasrah, mungkin karena Yoongi sudah bersahabat lama dengan Jimin adiknya sehingga bisa tertular penyakit adiknya yang suka beraegyo di depannya saat meminta sesuatu.

Jadilah siang ini Yoongi sudah bisa bergumul dengan kekasih bantalnya di kamarnya sendiri. Ia bosan sebetulnya, baru beberapa hari masuk sekolah sekarang harus ijin lagi karena sakit.

Detik berganti, menit terlalui dan jam terlewati hanya dengan berbaring di atas kasur, sesekali bangun untuk bermain game di ponselnya tapi belum juga tiga puluh menit pandangannya sudah mengabur, berputar dan tak fokus lagi. Efek penyakitnya memang, terkadang bola matanya bergerak tak sesuai kinerja otaknya.

Jam sudah menunjukkan pukul lima sore. Ia sudah bebersih diri, duduk di sofa ruang keluarga dengan pandangan lurus ke depan, menatap benda persegi yang memperlihatkan acara kesukaannya, pertandingan basket. Mungkin karena terlalu fokus ia jadi tak menyadari kehadiran ibunya. Ia sedikit tersentak kaget saat ibunya berkata sambil meletakkan nampan berisi satu cangkir jahe merah hangat dan satu toples kukis keju kesukaan Yoongi.

"Serius sekali, sih." Ia duduk di samping Yoongi dan mengusap bahunya pelan.

"Eomma."

"Ne?"

"Bolehkan aku bermain basket, sekali saja." Hana membulatkan matanya tak percaya. Apa yang Yoongi bilang barusan? Bermain basket katanya? Tak ingatkah dia akan kondisi tubuhnya sendiri.

"Tidak!" jawab Hana cepat. Bisa ia lihat wajah putranya yang begitu sedih, bahkan matanya sudah mengkilat karena selaput bening yang melapisinya. Hana pegang kedua bahu ringkih itu lalu memutarnya agar berhadapan dengannya.

"Yoongi dengar, Eomma tidak bisa melihatmu kesakitan lagi, Nak. Kau tahu sendiri bagaimana tubuhmu itu. Eomma tak berniat membuatmu sedih tapi apa kau mau melihat Eomma sedih karena mengkhawatirkanmu?" Yoongi menggeleng tapi jauh dalam hatinya ia tetap ingin melakukan hal yang sangat dicintainya sejak kecil itu, mimpinya yang harus lepas begitu saja.

"Maafkan Eomma, Yoon, tapi ini demi kebaikanmu." Hana tarik tubuh itu untuk ia dekap. Ia benar-benar takut jika harus kehilangan Yoongi karena ia tahu bagaimana sakitnya ditinggal seseorang yang disayangi.

.
.
.

Jungkook menyipitkan matanya saat memasuki rumahnya. Apa ia tak salah lihat, itu Yoongi, kakaknya yang kemarin malam baru saja dilarikan ke ruang IGD dan sekarang tengah bersantai menonton TV dengan toples berisi setengah penuh kukis keju di pelukannya?

"Hyung?" Yoongi menoleh, tersenyum samar saat melihat adiknya dengan tampilan yang sedikit kacau. Rambut berantakan, jas almamater yang disampirkan di bahu dan keringat yang membasahi dahi juga pelipisnya itu. Ia senang Jungkook serius dalam menuruti permintaannya untuk masuk ke tim basket.

"Hyung kok sudah pulang, sudah sembuh?" Decihan meluncur dari bibir tipis Yoongi mendengar pertanyaan dari adiknya.

"Apa itu artinya aku harus memindahkan seluruh isi kamarku ke rumah sakit?" Jungkook terdiam, meruntuki mulutnya yang bertanya tanpa berpikir. Kalau Yoongi hanya boleh pulang jika ia sembuh maka selamanya ia harus tinggal di ruang perawatan.

[ END ] Just Minute ( MinYoongi  X JeonJungkook Brothership)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang