chap 38

2.1K 190 60
                                    

Yoongi masih nampak kesakitan, tapi tak ada lagi erangan hanya desisan-desisan kecil. Ia hanya mampu bersandar pada kursi dan memejamkan matanya. Menetralkan nafas yang tadinya sedikit memburu dengan membuka sedikit mulutnya.


"YOONGI!! "

.
.
.

Happy reading

"Hay Yoon kau kenapa?" Panik Taehyung yang mendapati sahabatnya itu tengah terpejam dan meringis kesakitan.

"Sudah ku bilang kan Jim untuk segera kembali ke kelas, kau malah asik mengobrol dengan Kang Seulgi. Sekarang lihatlah apa yang terjadi pada Yoongi pun kita tak tahu." Taehyung sedikit kesal pada Jimin dan Jimin hanya menampilkan raut bersalah.

"Kau, cepat katakan apa yang terjadi pada Yoongi." Tunjuk Taehyung pada Haejin yang berdiri di hadapannya. Taehyung tak dapat menahan emosinya lagi, Taehyung sebagai anak tunggal sudah menganggap Yoongi dan Jimin saudara sendiri. Apapun yang terjadi kepada mereka Taehyung tak pernah bisa tenang.

Haejin masih membeku di tempatnya, bayangan bagaimana Yoongi mengerang kesakitan terus berputar di kepalanya, dan tanpa ia sadari satu tetes cairan bening bak kristal itu meluruh dari sudut netra indahnya.

Begitu juga Jimin, pemuda itu sangat merasa bersalah, ia bahkan meruntuki dirinya bodoh karena tak bisa menjaga sahabatnya. Yoongi sendiri tak mau buka suara. Bukan tak mau, tapi tak sanggup lebih tepatnya. Obat yang baru saja ia suntikkan ke dalam tubuhnya sudah bereaksi, memberi efek tenang pada dirinya juga rileks pada otot-ototnya.

"O-oppa ... di-dia tadi ke--" jawab Haejin terbata tapi tak sampai pada penjelasannya kalimatnya terpotong cepat.

"Gwaenchana," jawab Yoongi lirih nyaris seperti bisikan.

"Apanya yang baik-baik saja. Ayo sekarang ku antar kau ke ruang kesehatan." Taehyung sudah hampir membantu Yoongi berdiri tapi sesuatu menghentikannya.

"Tae, kakiku," bisiknya tepat di samping telinga Taehyung saat Taehyung menunduk hendak memapahnya. Taehyung mengerti maksud dari ucapan Yoongi barusan. Sejauh ini yang tahu akan penyakitnya hanya kelurganya, Jimin, Taehyung dan dokter Park atau Namjoon. Meski Haejin sempat menemaninya saat pemeriksaan tempo hari tapi gadis itu sama sekali tak tau akan hasilnya dan Taehyung mengerti jika Yoongi tak ingin keadaannya yang tengah lumpuh seperti ini diketahui oleh Haejin.

"Jim." Taehyung memberikan isyarat pada Jimin melalui lirikan matanya terhadap Haejin.

"U-uh ada apa Tae, ke-kenapa dengan matamu itu?" Taehyung sweatdrop mendengar pertanyaan Jimin. Sahabatnya itu polos atau bodoh sih.

"Park Jimin." Oke, kini suara Taehyung benar-benar dibuat sedalam mungkin, membuat Jimin sedikit merinding mendengarnya. Jimin tersadar akan maksud Taehyung saat Tae melirik Haejin dan pintu kelas bergantian.

"O-oh Haejin, ini sudah hampir jam masuk kelas, ayo ku antar nanti kau terlambat loh." Jimin menarik pelan pergelangan tangan Haejin dan dibawanya keluar kelas.






"Yoon mau ku telponkan Min ahjumma?" Taehyung berlutut menyamakan tingginya dengan Yoongi yang terduduk di kursi. Bisa ia lihat dengan jelas wajah pucat dengan hiasan butiran keringat di dahinya yang tengah mengernyit itu. Taehyung tahu kini Yoongi masih menahan rasa sakitnya.
Yoongi hanya menggeleng samar, tenaganya benar-benar sudah tak bersisa.

"HYUNG!! pekikan itu membuat Yoongi membuka sedikit matanya lalu kembali ia pejamkan.

"Tae hyung  apa yang terjadi pada Yoongi hyung? Jimin hyung bilang Yoongi hyung kambuh lagi." Yang ditanya hanya menggeleng sekali, karena jujur saja ia masih belum mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang sama dengan yang Jungkook lontarkan barusan.

"Hyung,  Hyung mendengarku 'kan? Hyung kita pulang ya, aku kan ijinkan pada kepala sekolah." Jungkook sudah hampir lari meninggalkan Yoongi dan Taehyung tapi tiba-tiba ia merasakan genggaman yang amat lemah pada lengannya.

Jungkook menoleh dan mendapati tatapan sayu dari kakaknya itu, Jungkook tak tahan, tatapan memohon itu tepat sekali menghujam hati Jungkook. Selaput bening sudah menyelimuti bolat mata bulat Jungkook. Tinggal satu kerjapan saja sudah dipastikan selaput bening itu pasti akan pecah.

"Aku mohon." Jungkook telak tak bisa berbuat apa-apa. Dihadapkan dengan seorang Min Yoongi yang tengah memohon, Jungkook kalah tanpa bertarung. Kini Jungkook hanya mengambil posisi duduk di kursi kosong di sebelah Yoongi. Ia bawa tubuh lemas itu untuk masuk ke dalam pelukannya. Yoongi tak menolak, meski ia sedikit was-was jika saja ada seseorang memasuki kelas dan melihat ia yang tengah dipeluk erat oleh adiknya. Tapi Yoongi tak bisa mengelak kalau pelukan Jungkook itu hangat dan begitu menenangkan.












.....

Pukk

Gadis itu menoleh saat tapukan halus ia rasakan pada pundaknya. Bisa ia lihat wajah tampan kakaknya yang mungkin sebentar lagi tak akan bisa ia lihat lagi secara langsung.

"Kau yakin dengan keputusanmu? Jepang itu jauh, kau yakin tak akan merindukan Oppa mu yang tampan ini? AWW ... yakk kenapa kau mencubitku?" protes Seokjin saat tiba-tiba saja adiknya itu mencubit keras pahanya.

"Oppa itu terlalu percaya diri, mana mungkin aku merindukan orang yang begitu menyebalkan seperti Oppa." Jin melengos mendengar jawaban dari adik perempuannya itu sedang Haejin tengah tertawa karena berhasil menggoda kakaknya.

"Maksudku, apa alasanmu ingin tinggal bersama helmoni  dan haraboeji, bukankah dulu kau yang selalu menolak jika papa mengajak kita pindah ke Jepang?" Haejin lantas terdiam, ia memang tak mengatakan kebenarannya pada Seokjin, bahkan tentang perasaannya pada Yoongi.

"Oppa,  jika ada seseorang yang mencintaimu tapi kau mencintai orang lain apa yang akan kau lakukan?" tanya Haejin ragu karena setahunya Seokjin adalah pemuda terpayah tentang perasaan pada lawan jenis.

"Aku? Hmm ...  kurasa akan kupacari dua-duanya, aku kan tampan jadi sepertinya pantas-pantas saja jika aku punya pacar lebih dari satu. Aww. .. Aww yakk Haejin kenapa malah memukuliku. Yakk berhenti kubilang!" pinta Seokjin dengan kedua tangan yang berusaha membentengi bahu lebarnya dari pukulan maut Haejin.

"Rasakan kau tuan yang sok tampan ... Uh.. Uh... Aku bertanya serius malah bercanda. Rasakan huh." Setelahnya Haejin beranjak pergi ke kelasnya  meninggalkan Seokjin yang tersenyum geli.

"Ahh ... sepertinya kau sudah dewasa Haejin. Dongsaeng ku sudah merasakan jatuh cinta. Oh ... apa nanti aku kan lebih dulu mempunyai keponakan dari pada anak? Ah molla." Seokjin menggedikkan bahunya acuh lalu pergu berjalan ke kelasnya.











































































































































'Apa aku tak pantas untuk dicintai? '

















.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc

Maaf ya ini pendeknya pake banget, Ve udah ngantuk soalnya.
Ada yang nungguin gk sih?
Gk ada ya.. Yasudah, Ve selow kok

[ END ] Just Minute ( MinYoongi  X JeonJungkook Brothership)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang