chap 5

4.4K 380 4
                                    

Ting Tong.. Ting Tong

"Ahh..Biar aku saja hyung yang buka. "
.
.
.

Happy reading

"Ahh ... Tae hyung dan Jimin hyung rupanya, ayo masuk."

Keduanya pun mengekor pada adik sahabatnya itu. Mereka langsung meringsek duduk di sofa seberang Yoongi. Memindai penampakan seorang di depan mereka.

"Kau benar-benar sakit, wajahmu pucat sekali," celetuk Jimin.


"Kulitku memang seperti ini kalau kau lupa," jawabnya sembari mengambil satu potong buah apel yang sudah dipotong kotak-kotak yang ada di atas meja dan memasukannya ke dalam mulutnya.

"Hyung  masuk dulu, ada tugas yang harus dikerjakan, " pamit Geumjae pada adik-adiknya kecuali Jungkook yang sedang berada di dapur untuk membuatkan minum, mengusak sebentar rambut Yoongi dan melenggang naik ke tangga dan masuk ke kamarnya.

"Aku iri padamu Yoon. Kau punya hyung juga dongsaeng yang baik, pasti kau tak merasa kesepian, mereka terlihat sangat menyayangimu,  juga meskipun appa mu pegawai kantor tapi dia tidak sering keluar kota seperti appa ku dan lagi eomma mu yang meskipun memiliki restoran sendiri tapi dia lebih sering di rumah bukan?"

Sudah beberapa kali Taehyung datang ke rumah Yoongi dan sebanyak itu pula ia mengungkapkan hal serupa. Karena Taehyung memang benar-benar iri dengan keluarga sahabatnya itu.

Ia yang seorang anak tunggal juga ayahnya yang seorang direktur di sebuah perusahaan yang kerap kali melakukan perjalanan bisnisnya ke luar kota yang sangat jarang sekali mempunyai waktu lebih dengannya. Ibunya seorang dosen yang waktunya tak hanya tersita saat mengajar di kampus, ia juga menyita waktu bersama keluarganya untuk melakukan tugas-tugas kampus lainnya yang dibawanya ke rumah.

"Tapi setidaknya kau takkan kehilangan mimpimu." Taehyung mengernyit,  saling tukar pandang dengan Jimin dengan pandangan yang menyiratkan 'apa maksudnya'.

"Sudahlah. Kau kesini untuk menjengukku bukan?  Lalu mana buah tangannya?" Jimin dan Taehyung tepuk kening bersamaan.

"Astaga, karena buru-buru dan sangat mengkhawatirkanmu tadi aku jadi lupa membawanya."

"Ckalasanmu klise sekali," cicitanya hanya dibalas cengiran kuda oleh keduanya.

Tanpa diketahui, seorang yang sedang berdiri dengan nampan berisi empat gelas jus jeruk berdiri mematung jauh di belakangnya itu terdiam. Lagi, perasaan bersalah itu muncul. Ia eratkan pegangannya pada nampan itu, menghela nafas sejenak lalu melanjutkan langkahnya.

"Minuman datang." Ditaruhnya nampan itu di atas meja lalu duduk bersebelahan dengan lelaki pucat yang notabene kakaknya.

"Hyung benar sudah sembuh?"

"Hmm ...." Hanya gumaman kecil yang ia terima lalu mengangguk kecil setelahnya.

Keempat lelaki itu menikmati waktu menonton TV bersama, ramai dengan gelak tawa ketiganya. Ya,  hanya tiga karena salah satu di antaranya hanya diam dan sesekali menjawab jika ditanya dan terus memungut potongan apel tadi hingga habis.
.
.

"Terimakasih Tae hyung dan Jimin hyung sudah menjenguk Yoongi hyung." Jungkook lambaikan tangannya pada kedua lelaki yang telah menjauh dari pekarangan rumahnya itu.

Yoongi tak ikut mengantar kedua sahabatnya ke depan karna mendadak pusing katanya dan sekarang tengah tidur di kamarnya,  mungkin?


.....


Sudah jam 5 sore,  dimana para pegawai kantor biasanya sudah pulang di jam ini. Begitu juga dengan si ayah Min.

Kedatangannya disambut hangat oleh sang istri. Diambilnya tas dari tangan sang suami dan diletakkan diatas meja, diraihnya dasi yang melingkar pada kerah kemeja suaminya lalu dilonggarkan.

"Bagaimana keadaan Yoongi?" Nyatanya ia peduli. Bukan, bukannya selama ini ia tak perduli bahkan karna ia sangat perduli dengan putranya itu sampai ia melakukan hal yang membuat putranya malah menjauh darinya.

"Sudah baikan, tadi aku pulang jam 4 dari restoran. Jungkook bilang Jimin dan Taehyung habis menjenguk." Jungho mengangguk kecil lalu menerima gelas berisi air darinya dan  menenggaknya hingga tandas.

"Ayo ke kamar, aku ingin membicarakan sesuatu," Dituntunnya sang suami menuju kamar yang berada di lantai satu.

.
.
.

"Aku kasihan pada Yoongi Yeobo, dia sudah menuruti kita untuk tidak masuk ke dalam tim basket lagi, tapi apa kita tidak keterlaluan kalau kita melarangnya untuk sekedar bermain? Aku yakin itu tidak akan mengganggu kesehatannya kalau hanya bermain sedikit."

"Kau tahu bukan kalau basket adalah mimpi terbesarnya? Kalau kita membiarkan dia bermain walau sedikit itu akan membngkitkan rasa inginnya kembali pada dunia itu."

Min Jungho memang orang yang keras, apapun yang ia inginkan atau perintahkan harus selalu dipatuhi terlebih lagi jika itu untuk kebikan keluarganya.

"Apa kau juga tak ingat berapa kali dia pingsan saat memaksakan dirinya bermain saat sekolah menengah pertama?" Min Hana hanya bisa meremat ujung bajunya, matanya sudah berkaca-kaca mengingat hal itu.

"Aku sudah susah menjaganya, aku mengorbankan perasaanku melihatnya terluka karena tak bisa melanjutkan mimpinya dan karena caraku melarangnya yang seperti itu. Jika dengan cara keras saja ia masih mau melawan, bagaimana dengan cara halus."

Entah mengapa Hana merasa suaminya jadi banyak bicara kali ini, tidak seperti biasanya.

"Aku percaya padamu, tapi tolong jangan terlalu keras padanya, aku juga akan berusaha bicara padanya nanti." Jungho tersenyum, istrinya memang selalu mengerti dan mendukungnya dalam keadaan apapun.

Dibukanya lebar-lebar kedua lengannya untuk menyambut istrinya masuk kedalam pelukannya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc

Hmm..  Gk ada yang minat ya kayanya
Tapi gapapa, aku lanjut kok kali nanti berubah pikiran.
Ayayayyy....

[ END ] Just Minute ( MinYoongi  X JeonJungkook Brothership)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang