Part 42 - Dark Fund

235 36 39
                                    

Happy Reading, chingu 😁

Thanks vote and comment my fanfic,

ONE HEARTBEAT
Part 42

🔅🔅🔅

Yoongi menatapi handphonenya dengan perasaan bingung. Sejak seruan Soeun yang mengajaknya berkelahi ditelepon, ia terus memikirkan alasan Soeun berkata seperti itu. Tidak lama akhirnya ia menyadari Taehyung berkata sesuatu pada Soeun hingga emosi yeoja itu terpancing.

Yoongi menyunggingkan senyum sekaligus menggeleng heran. Ia harus memastikan umur Taehyung dari kartu identitasnya. Selain namja itu memang unik, yang terkadang pernah ia lihat komunikasi satu arah sendirian, juga tidak kuat dengan wine atau caffein. Lemah, abstrak dan kekanakan. Itu gambaran yang ditangkapnya dari sosok Taehyung. Kemana Soeun yang pernah berkata padanya bahwa yeoja itu tidak menyukai semua yang melekat pada Taehyung kecuali hanya kasihan.

Sewaktu Gaeul masih hidup, ia pernah mendengar ayah mertuanya mengeluh atas pilihan Soeun menikah dengan Taehyung. Dimana sosok Taehyung dianggap jauh dari impian Wonbin memiliki menantu. Gaeul kemudian mengingatkan bahwa yang memilih Taehyung adalah Soeun sendiri. Yang menjebak Taehyung dengan pernikahan pertama di masa lalu adalah Soeun. Gaeul tidak sependapat dengan Wonbin saat itu yang pernah berkata seolah pernikahan mereka adalah kesalahan Taehyung.

Yoongi keluar dari kamarnya setelah Jungkook memanggil untuk sarapan pagi. Dipakainya kalung yang pernah diberikannya pada Gaeul serta cincin pernikahan dan jam tangannya. Yoongi melihat kaca besar di luar kamarnya untuk menganggumi penampilannya. Terlihat rapi dengan taxedo hitam yang dikenakan. Ada acara perhelatan perusahaan pamannya yang wajib diikutinya nanti malam.

Yoongi duduk dikursi yang membuatnya selalu mengeluh. Tidak empuk. Keluhan yang membuatnya ingin cepat-cepat beli dorm apartemen dan pindah dari rumah minimalis milik Boram. Jungkook bilang dirinya sombong dengan tidak adanya rasa terima kasih diberi tempat tinggal sementara oleh sepupu adik tirinya itu.

Namun Yoongi mengingatkan ia kalau dirinya bayar sewa kamar yang sebesar ruang toilet di rumahnya dulu. Yoongi menutup hidungnya setelah Boram duduk disampingnya dan menguap. Bau alkohol menyeruak dari rongga mulut yeoja itu.

"Nuna mabuk lagi ya?"

"Aku tidak mabuk." bantah Boram. "Tidak mabuk tapi baunya sampai ke sini." sungut Yoongi sambil mengipasi hidungnya. Boram mendelik tajam lalu merasakan bau tak sedap dari mulutnya. Yeoja itu dengan cepat melesat ke kamar mandi untuk mengosok gigi.

"Hebat. Hyong! bisa buat dia bergerak cepat. Biasanya dia cuek. Dibilang bau jamban pun, dia malah bagi bau mulutnya,"

"Dia hidup sendirian di sini?" Yoongi bertanya sembari ambil nasi ke dalam mangkuknya lalu memilih potongan daging untuk lauknya. "Rumah orang tuanya kan di Jejju. Tapi orang tuanya pengatur jadi Nuna pergi ikut temannya kerja di Thailand. Mau buktikan dia mandiri padahal tidak,"

"Dan orang tuanya tidak menyukai ibuku," kata Jungkook dengan ikut duduk. "Orang tuanya yang paling waras menentang ibuku mengusik keluargamu hyong,"

"Kook, kita tidak perlu bahas itu," Yoongi tidak bosan mengingatkan sambil mengisi nasi ke dalam mangkuk adik tirinya. Jungkook mengulum senyumnya. Semakin sayang pada kakak tirinya itu. Yoongi benar-benar mengganggap dirinya seorang Jungkook dan tidak ada hubungannya dengan Mira.

"Oh ya hyong. Kemarin aku sama Hoseok hyong sudah bayar uang sewa gedung untuk Caffe internetnya. Tinggal pilih-pilih komputer dan CPU yang dipakai. Terus soal kakulasi penghitungan untuk setiap bilik, aku masih belum paham. Bisa bantu hyong?"

"Di laptopku ada beberapa contoh bundel wirausaha. Kau bisa pelajari."

"Oke, thanks hyong,"

Mereka berdua hening saat Boram bergabung untuk makan dan terlihat yeoja berwajah imut itu makan dengan setengah melamun. Yoongi menaruh cabe merah mentah diatas sendok Boram dan yeoja itu memakannya. Tidak ada emosi dan kemarahan membuat Yoongi dan Jungkook saling menatap. Mempertanyakan apa masalah gadis itu hingga terus melamun.

ONE HEARTBEATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang