Part 7

3.3K 279 2
                                    

Aku muak dengan tatapan semua orang. Well, kurasa Seulgi benar-benar melakukan tugasnya dengan baik. Rasanya aku ingin pindah saja dari sekolah ini. Aku meminum bubble drink yang baru saja kubeli di kantin. Bukannya sengaja aku berjalan-jalan tidak jelas di koridor, aku hanya sedang mencari tempat yang cocok.

"Kau Kim Haneul, kan?" Oh, apalagi ini. Ya Tuhan, aku lelah ㅠ_ㅠ

Di depanku sudah ada seorang gadis dengan kedua tangannya yang sengaja dia lipat di depan dada.

"Apa?" tanyaku malas. Dia berdecih, melihat penampilanku dari atas hingga bawah.

"Kau yang berkencan dengan Taeyong itu kan?"

Aku memutar kedua bola mataku. Lagi-lagi soal ini.

"Dengar, ya." Aku membaca name tag miliknya. "Im Nayeon-ssi, dengarkan aku. Aku tidak pernah berkencan dengan Taeyong. Kau bisa tanya sendiri padanya. Kami bahkan tidak dekat, astaga."

Aku berjalan melewatinya sembari memijit pelipisku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aku berjalan melewatinya sembari memijit pelipisku. Apa aku boleh pulang ke rumah?

"Hei, hei. Aku belum selesai bicara denganmu!" Ia mengejarku dan menarik salah satu bahuku, membuatku mau tidak mau menoleh padanya.

"Apalagi?"

"Kau tahu kan berita ini dibuat oleh tim jurnalis. Bukankah sebaiknya—"

"Sudah kulakukan, Nayeon-ssi."

Ia nampak terkejut. "Apa?"

"Kau memintaku mendatangi ketua tim jurnalis kan? Kang Seulgi? Aku sudah menemuinya tadi." Aku kembali melanjutkan langkahku.

"Kim Haneul!"

"Aish.. jika kalian berdua memang menyukai Taeyong dan kalian memang bersaing, jangan libatkan aku. Aku sama sekali tidak tertarik," ucapku tanpa menghentikan langkah. Sebenarnya sekolah macam apa ini? Apa mereka semua itu artis? Memangnya kenapa kalau aku benar-benar berkencan dengan Taeyong Sunbae? Toh itu wajar, kan? Yang tidak wajar itu jika Taeyong berkencan dengan Hanbin Oppa. Ewh.

Aku pun melangkahkan kakiku menuju rooftop. Aku merasa nyaman berada di sana, mungkin karena di sana sepi. Pantas saja Baejin betah.

Aku membuka pintu rooftop dan melihat seseorang di depan sana. Bersandar pada pembatas dengan earphone yang terpasang di kedua sisi telinganya. Aku tersenyum miring dan berjalan mendekatinya. Sedikit berjinjit agar tidak ketahuan meskipun aku tahu kalau ia sedang mendengarkan musik.

"Ada apa?"

Aku terlonjak. Kenap dia bisa menyadari kedatanganku? "Kau.."

"Mau apa kau kemari?" Kini ia melepas earphone miliknya, dan sedikit menolehkan kepalanya ke arahku. Sepertinya dugaanku benar. Dia bukan manusia.

Sekolah Cogan✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang