Suasana di rumah malam ini tidak seperti biasanya. Begitu hening, bahkan TV pun tidak dinyalakan oleh sang pemilik. Suara teriakan dan omelan para penghuninya pun tidak terdengar sama sekali. Sedari tadi Kim Haneul hanya duduk di anak tangga sembari menatap pintu kamar kakaknya yang masih tertutup rapat. Gadis itu berkali-kali membuang napasnya. Rasanya lebih baik jika mereka setiap hari berteriak dan saling mengomel satu sama lain daripada harus saling mendiamkan seperti sekarang.
Haneul mengerucutkan bibir. Dia memeluk kedua lututnya dan menatap lantai dasar rumah. Saat di perjalanan pulang pun Hanbin tidak berbicara padanya. Haneul pikir karena Hanbin tadi 'membelanya' di depan Jennie, sikap pria itu akan kembali seperti semula. Namun ternyata dugaannya salah.
"Kurasa aku benar-benar harus pindah. Mungkin ucapan Baejin ada benarnya. Aku harus pindah jika ingin semua ini selesai. Tapi—" Haneul menghela napasnya dan kembali berkata, "aku merasa kecewa dengan ucapannya tadi. Kenapa dia menyuruhku pergi dengan begitu mudah? Ah, bukan itu yang ingin kudengar. Apa itu kalimat terbaik yang bisa dia ucapkan?" Mood Haneul seketika semakin hancur. Gadis itu mengacak-acak rambutnya dengan kesal.
"Tidurlah. Kau tidak lihat ini jam berapa?"
Tiba-tiba Hanbin berjalan melewatinya. Pria itu menuruni satu per satu anak tangga dan berjalan menuju dapur. Haneul pun tidak tinggal diam, dia langsung beranjak dan mengikuti kakaknya.
"Oppa masih marah padaku?" tanya Haneul yang berdiri di belakang Hanbin ketika kakaknya itu membuka lemari es.
"Kau sudah makan?"
"Oppa!"
Hanbin menatap Haneul sesaat setelah meminum air mineral dari botol yang dikeluarkannya.
"Kalau sudah, kau harus tidur."
"Hanbin Oppa!" Haneul langsung mencekal tangan Hanbin ketika pria itu hendak kembali melangkahkan kaki.
"Apa?"
"Aku minta maaf. Aku tahu Oppa kesal karena aku sering membuat masalah di sekolah. Tapi aku tidak ingin pindah. Aku—"
"Aku lelah. Kau juga sebaiknya tidur. Ini sudah malam." Hanbin melepaskan tangan Haneul dan langsung pergi meninggalkan gadis itu. Haneul menatap sendu kepergian Hanbin. Tanpa sadar, kedua matanya memanas dan mulai berair. Memang benar, awalnya dia sendiri yang bersikeras ingin pindah. Namun entah kenapa, kali ini pikirannya berubah.
Entah kenapa.
Haneul menangis saat itu juga. Gadis itu terduduk di atas permukaan lantai yang dingin, dan lagi-lagi dia tidak tahu alasannya.
*****
Haneul baru saja berjalan keluar lapangan ketika Doyum memanggil dirinya. Jam olahraga baru saja berakhir, dan satu per satu siswa pergi mengganti baju.
"Ada apa?"
"Aku tadi belum sempat bertanya padamu. Bagaimana kepindahanmu? Apa Hanbin Sunbae—"
"Sudahlah, Hanbin Oppa bahkan masih tidak mau bicara padaku. Pagi ini bahkan dia tidak sarapan dan berangkat lebih dulu." Haneul menggembungkan kedua pipinya. Dia dan Doyum berjalan menuju kantin untuk membeli minum. Namun pandangan mereka tiba-tiba tertuju pada sekumpulan siswa yang sepertinya tengah berkelahi.
"Ada apa itu?" tanya Doyum. Haneul hanya mengangkat bahu, merasa tidak tahu.
Kedua mata Doyum memicing, merasa mengenal siluet salah satu siswa yang menjadi bahan tontonan di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekolah Cogan✔
Fanfiction[𝐅𝐀𝐍𝐅𝐈𝐂𝐓𝐈𝐎𝐍] Kim Haneul adalah satu-satunya gadis yang merasa tidak beruntung ketika dirinya dipindahkan sekolah oleh orang tuanya. Sekolah barunya bukanlah sekolah biasa, karena di sana banyak sekali murid-murid 'luar biasa'. Masalah me...