"O-Oppa ... " Haneul terkejut begitu melihat Hanbin yang sudah berada di depan pintu ruang guru. Kedua mata lelaki itu tampak menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
"S-Sunbae ... Kami bisa jelaskan ini." Doyum yang menyadari itu pun segera angkat bicara.
"Kau tak apa?"
Haneul mengerjap. Apa dia baru saja salah dengar? Mana mungkin Hanbin—
"Aku tanya apa kau tak apa? Kau tidak terluka?" Hanbin menangkup wajah Haneul dan menelusuri setiap inci permukaan kulit wajah adiknya itu.
"Eu-eum. Aku baik-baik saja." Haneul berujar pelan ketika Hanbin melepas tangannya.
"Adikmu ini sebenarnya pahlawan. Dia berniat memisahkanku dan Jinyoung ketika kami berkelahi."
Hanbin menatap siswa yang berdiri di sebelah Doyum. Lalu pandangannya teralih pada Jinyoung.
"Kalau begitu aku permisi. Urusanku sudah selesai." Siswa itu membungkukkan badan dan segera pergi dari sana.
"Hei! Kembali kau!" Doyum hampir saja mengejarnya namun Jinyoung langsung menahan lengannya.
"Biarkan saja," ujar Jinyoung. Doyum hanya mendengus. Sejujurnya dia masih ingin memberi pelajaran pada siswa tadi.
"Maaf karena melibatkan adikmu." Jinyoung membungkukkan badannya. "Aku permisi."
"H-Hei, Bae Jinyoung!" Doyum langsung berlari mengejar Jinyoung.
"B-Baejin-ah..." Haneul menatap kepergian Jinyoung dengan sendu. Apa lelaki itu marah padanya?
"Apa kau tidak tahu kalau itu bahaya?" tanya Hanbin.
"Aku hanya berusaha memisahkan mereka. Apalagi setelah aku tahu kalau alasan mereka berkelahi itu adalah aku. Ah, tidak! Maksudku alasan Baejin memukul lelaki tadi."
"Maksudmu?"
Haneul membuang napas. Dia mulai menceritakan semuanya pada Hanbin. Lelaki itu tidak bereaksi sama sekali, kecuali kening yang sesekali mengerut.
"Dan kau membahayakan dirimu sendiri, Kim Haneul."
"Aku hanya berusaha menolong. Baejin itu temanku. Aku tidak mungkin membiarkannya terluka."
Teman?
"Baiklah. Tapi lain kali jangan lakukan itu lagi." Hanbin mengelus puncak kepala Haneul dengan lembut, namun bibirnya masih terlihat enggan menampakkan seulas senyuman. Haneul hanya mengangguk pelan sebagai jawaban.
"Kalau begitu ayo ke kantin. Kau harus makan."
Haneul hanya diam ketika Hanbin menarik tangannya menuju kantin.
"T-tapi aku—"
"Tapi kau belum makan. Iya, aku tahu itu."
Haneul menunduk. Dia hanya menurut saja ketika Hanbin menarik tangannya menuju kantin. Beruntung antrean tidak terlalu panjang, jadi mereka bisa langsung makan.
Tidak ada yang mulai percakapan setelahnya. Haneul dan Hanbin sibuk dengan kegiatan masing-masing, atau mungkin lebih tepatnya sibuk dengan pikiran masing-masing.
"Apa Ibu menelepon?"
Hanbin sempat menjeda kunyahannya sebelum menjawab, "tidak. Kenapa?"
"T-tidak. Hanya bertanya. Kupikir Ibu menanyakan keadaanku." Haneul memasukkan sesendok nasi ke dalam mulut. "O-Oppa ... "
"Kenapa?"
"Aku serius ketika berkata kalau aku tidak mau pindah. Aku akan berusaha agar tidak menimbulkan masalah lagi—"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekolah Cogan✔
Fanfiction[𝐅𝐀𝐍𝐅𝐈𝐂𝐓𝐈𝐎𝐍] Kim Haneul adalah satu-satunya gadis yang merasa tidak beruntung ketika dirinya dipindahkan sekolah oleh orang tuanya. Sekolah barunya bukanlah sekolah biasa, karena di sana banyak sekali murid-murid 'luar biasa'. Masalah me...