Part 16

2.5K 196 10
                                    

Haneul meringis begitu Jinyoung menempelkan sebuah plester di sikunya. Laki-laki itu menatap Haneul, membuat Haneul segera mengatupkan bibirnya rapat-rapat.

"Maaf," gumam Haneul yang sesekali melirik Jinyoung. "Dan.. terima kasih."

Jinyoung membuang napasnya, ia beranjak dari posisinya.

"Tunggu!" sergah Haneul cepat, membuat Jinyoung kembali menoleh padanya.

"Ada apa?"

"Aku akan mentraktirmu minum," ucap Haneul. "Makanan juga boleh."

Jinyoung menyilangkan kedua tangannya. "Kau yakin?"

Haneul mengangguk cepat. "Tentu saja."

"Baiklah. Lagi pula aku lapar."

Haneul tersenyum. Ia lalu berjalan menghampiri sepedanya, namun tangan Jinyoung lebih dulu memegang benda itu. Haneul menatap Jinyoung yang menaiki sepedanya.

"Tunggu apalagi? Naiklah."

Haneul perlu beberapa detik mencerna situasi super langka seperti ini. Gadis itu kemudian tersenyum lebar dan segera duduk di belakang Jinyoung.

"Ayo!" Haneul secara reflek melingkarkan kedua tangannya di pinggang Jinyoung, membuat laki-laki itu mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya sebuah senyuman terukir di bibirnya. Kedua kakinya mulai bergerak mengayuh sepeda.

"Tadi malam kau pergi dengan siapa?" tanya Haneul tiba-tiba.

"Hyewon."

Haneul mengangguk paham.

"Apa... tadi malam Lee Taeyong benar-benar ke rumahmu?"

"Eum. Padahal aku sudah memakai pakaian yang sesuai dengan warna pakaian Hanbin Oppa. Tapi dia malah mengacaukannya. Aish.."

Jinyoung membuang pandangannya ke arah lain. "Baju itu. Apa itu yang diberikannya kemarin?" tanyanya.

"Iya. Kupikir dia akan memberikannya pada Seulgi Sunbae. Tapi ternyata dugaanku salah." Haneul mengangkat kedua bahunya.

"Benarkah?" Jinyoung tersenyum tipis. "Kau terlihat cantik memakainya."

"Apa?"

"Kau cantik."

Haneul terdiam. Seperti sebuah dejavu, saat dimana Taeyong mengucapkan kalimat yang sama padanya. Haneul tersenyum. "Terima kasih. Kau juga tampan."

"Kalian serasi."

Senyuman Haneul perlahan memudar, entah kenapa. "A-ah, benarkah?"

"Lee Taeyong tampan, dan kau cantik. Semua siswa perempuan menatapmu iri. Kau tahu?"

Haneul menatap wajah Jinyoung dari samping. Ia tersenyum lebar. "Lalu bagaimana denganmu? Apa kau juga iri?"

"Apa?"

"Eish, ayolah. Aku tahu kalau sebenarnya kau ingin pergi denganku. Iya kan?" goda Haneul.

"Cih. Untuk apa aku iri? Daripada datang denganmu, lebih baik aku tidak datang ke sana."

Haneul menggembungkan kedua pipinya. "Aku tahu kau bohong." Ia memukul pelan punggung Jinyoung karena kesal.

Jinyoung tertawa pelan tanpa sepengetahuan Haneul. Hingga tidak lama kemudian sepeda mereka berhenti di dekat sebuah kedai.

"Kau ingin makan di sini?" tanya Haneul.

Jinyoung menganggukkan kepalanya. "Hm. Traktir aku makan odeng."

Haneul mengerjap. "Odeng? Baiklah."

Mereka berdua segera masuk ke dalam kedai.

"Woahh.. harum sekali." Haneul menatap sederetan odeng yang masih panas.

Sekolah Cogan✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang