Part 8

3.2K 277 2
                                    

Haneul meletakkan sepiring nasi goreng dan telur dadar ke hadapan Hanbin. Gadis itu segera menarik kursi di hadapan kakaknya.

"Kenapa? Apa ada masalah?" Hanbin menatap Haneul sejenak sebelum menyuapkan sesendok nasi goreng buatan adiknya itu ke dalam mulut.

"Tidak," ujar Haneul pelan. Ia menyilangkan kedua tangannya dan menenggelamkan wajahnya di sana.

"Apa ada yang mengganggumu?" Hanbin memakan sepotong telur dadar sembari kedua matanya masih menatap Haneul

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa ada yang mengganggumu?" Hanbin memakan sepotong telur dadar sembari kedua matanya masih menatap Haneul. Namun gadis itu kembali menggelengkan kepalanya.

"Kalau begitu makanlah. Ibu tidak akan suka jika mengetahui ini."

"Nanti saja."

"Kim Haneul.."

Haneul beranjak dari tempatnya dan meninggalkan Hanbin yang masih menatapnya.
"Apa gara-gara berita itu?" ucap Hanbin yang kembali memakan makanannya. Jujur ia memang tidak berniat sama sekali memasukkan adiknya ke sekolah yang sama dengannya. Namun ia juga tidak mau Haneul bersekolah di tempat yang jauh darinya. Hanbin khawatir pada Haneul, tentu saja.

"Ibu akan mendaftarkan Haneul di sekolahmu."

Ucapan ibunya terlintas begitu saja di benaknya. Awalnya ia  menolak, namun mengingat kedua orang tuanya yang terlampau sibuk membuatnya tidak tega membiarkan Haneul sendirian. Apalagi gadis itu sempat berkata kalau ia ingin tinggal saja di Hongkong bersama kedua orang tuanya. Dan itu membuat Hanbin mau tidak mau menyuruh Haneul pulang ke Korea.

Hanbin meletakkan piring kotor di wastafel. Ia mencuci tangannya sejenak dan berjalan ke arah kulkas. Ia mengambil sebungkus snack ukuran besar dan membawanya ke ruang TV.

Ddrrtt.. ddrrtt...

Hanbin menoleh pada ponselnya yang tergeletak di atas meja.

"Ibu?" Ia segera menggeser tombol berwarna hijau.

"Halo?"

"Ada apa?"

"Apa Haneul sudah tidur?"

"Haneul?" Hanbin melirik sejenak ke arah pintu. "Eoh, dia sudah tidur."

"Benarkah? Tidak biasanya. Ini bahkan belum jam 8."

"Dia bilang dia mengantuk. Banyak tugas di sekolah."

"Ah, begitu. Emm.. bagaimana di sekolah? Apa dia menyukai sekolah barunya?"

"Emm.. yah, kurasa begitu. Dia akan terbiasa."

Sekolah Cogan✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang