Aku mendudukkan tubuhku di atas sofa di ruang tv. Hah, aku suka suasana rumah seperti ini. Damai tanpa si tukang rusuh Kim Hanbin itu. Aku memakan apel yang baru saja kuambil dari dapur. Lihatlah, semenjak aku pindah ke sini, isi kulkas Hanbin Oppa selalu penuh warna. Tidak pucat, isinya hanya minuman kaleng dan cemilan basi. Ewh, dasar laki-laki.
Ketika aku tengah menikmati acara tv, samar-samar aku mendengar kegaduhan dari luar. Siapa?
Dan aku terkejut begitu segerombol laki-laki memasuki ruang tv. Dan mereka juga nampak terkejut melihatku.
"Oh! Kim Haneul?" Jaebum membulatkan matanya.
"K-kalian!"
"Yakk.. apa selama ini Haneul tinggal denganmu?" Jimin bertanya pada Hanbin Oppa yang kini meletakkan tas miliknya di sebelahku. Sementara teman-temannya duduk di sofa yang lain. Bahkan ada juga yang duduk di lantai.
"Eoh. Ibu tidak akan mengizinkan anak ini tinggal sendirian." Hanbin Oppa melirikku sejenak. "Ibu khawatir. Aku juga. Aigoo.." Ia mengacak-ngacak rambutku.
"Oppa!" Aku segera menyingkirkan tangannya dengan kasar dan kembali fokus pada layar televisi.
"Yakk.. buatkan kami minum."
Aku menoleh pada Hanbin Oppa. "Oppa menyuruhku?"
"Kami haus," celetuk Jimin tanpa dosa. Astaga, lihatlah kelakuan mahluk-mahluk ini. Aku pun segera bangkit dan pergi ke dapur. Mengabaikan mereka yang mulai merusuh di ruang tv. Huft.
Hanya memerlukan waktu kurang dari 10 menit untuk menyiapkan semuanya. Aku pun membawa beberapa cemilan dan minuman ke ruang tv.
"Jangan membuang sampah sembarangan!" ucapku menatap mereka satu per satu tajam. Termasuk Lee Taeyong yang hanya menatapku datar.
"Oppa, nanti malam aku ingin pergi ke luar."
Hanbin Oppa langsung menatapku. "Apa? Kemana?"
"Aku ingin pergi. Aku wanita sendiri di sini dan itu membuatku tidak nyaman."
Ku lihat Jimin tertawa. "Kenapa? Kami tidak akan macam-macam padamu."
"Kau pergilah tidur. Mereka akan di sini sampai malam." Hanbin Oppa berujar sambil mengunyah cemilan yang tadi kubawa.
"A-apa? Sampai malam? Yakk! Apa kau sudah gila?"
"Aish.. mereka sering ke rumahku. Lalu kenapa?"
"M-mwo? Oppa! Aku akan melaporkannya pada Ayah!"
"Astaga, Kim Haneul. Laporkan saja. Ayah tidak akan memarahiku."
"Oppa!"
"Aish.. sudahlah. Aku pusing melihat kelakuan kalian," ujar Jimin. Aku membuang napas kasar dan segera pergi dari sana.
"Kau mau kemana?" Hanbin Oppa tiba-tiba bertanya.
Aku meliriknya sinis. "Bukankah tadi kau menyuruhku tidur?"
"Ah, iya. Pergilah. Jangan lupa kunci pintunya."
"Aku bahkan akan mengunci jendelaku," ujarku pelan dan kembali melangkahkan kakiku. Membiarkan mahluk-mahluk itu menghancurkan isi rumah. Ah, inilah alasannya kenapa awalnya aku menolak satu rumah dengan Hanbin Oppa.
*****
sesang sok moduga
naege deungeul dollin deushae
chorahan nae moseup
haneopsi jagajinedagaol oeroume
samuchyeosseul ttae
nae nunmureul boge doemyeon
budi moreuncheokhae jwoAku bernyanyi mengikuti salah satu lagu milik boy band terkenal iKon yang di putar di ponselku. Jujur sekali aku merasa bosan. Aku hanya tertidur beberapa menit dan kembali terbangun. Jam menunjukkan pukul 7 malam dan aku masih mendengar gelak tawa Jimin di luar sana. Kau tahu artinya apa? Itu berarti mereka masih di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekolah Cogan✔
Fanfiction[𝐅𝐀𝐍𝐅𝐈𝐂𝐓𝐈𝐎𝐍] Kim Haneul adalah satu-satunya gadis yang merasa tidak beruntung ketika dirinya dipindahkan sekolah oleh orang tuanya. Sekolah barunya bukanlah sekolah biasa, karena di sana banyak sekali murid-murid 'luar biasa'. Masalah me...