"Kenapa membawaku ke sini?" Haneul menyandarkan tubuhnya di dinding pembatas, kedua matanya reflek terpejam begitu angin menyapa wajahnya hingga menerbangkan beberapa helai rambutnya yang mulai mengering.
"Kupikir kau akan merasa sedikit lebih baik jika ke sini. Pikiranmu juga akan lebih tenang," ucap Jinyoung.
"Haahh.." Haneul membuang napasnya. Gadis itu tersenyum tipis, "gomawo." Ia menatap Jinyoung yang berdiri di sebelahnya.
Suasana hening selama beberapa saat. Hanya terdengar suara riuh kegiatan orang-orang di bawah sana.
"Apa matamu ... tidak apa-apa?" Jinyoung akhirnya membuka suara.
Haneul memegang salah satu matanya. "Ah, ya. Masih terasa perih. Aku menyesal mengambil saus yang pedas." Ia terkekeh. "Apa masih merah?"
Jinyoung menoleh. Ia memperhatikan mata Haneul. "Ya, sedikit."
"Apa kau bisa meniupnya?"
Jinyoung mengerjap. "A-apa?"
"Kau bisa meniup mataku? Rasanya panas." Haneul mengipaskan tangannya.
"Kau bisa meminta kakakmu nanti." Jinyoung membuang pandangannya. Namun Haneul malah menarik-narik bajunya.
"Kumohon. Kau hanya tinggal meniupnya. Ayolah, ini panas. Ah!"
Jinyoung kambali menatap Haneul.
"Baejin-"
Ucapan Haneul terhenti saat Jinyoung secara tiba-tiba meraih kedua pipinya. Wajah pria itu mendekat secara perlahan. Tangan Haneul yang semula berada di matanya perlahan turun. Ini pertama kalinya ia menatap seorang lelaki selain kakaknya dari jarak dekat. Terdapat beberapa luka dan lebam di wajah Jinyoung.
Jinyoung meniup mata Haneul pelan, membuat gadis itu terkesiap dan tersadar dari lamunannya.
"Tahanlah," ucap Jinyoung. Ia sedikit melebarkan pinggiran mata Haneul dan kembali meniupnya, membuat gadis itu meringis. Hingga tidak lama kemudian Jinyoung kembali menjauhkan wajahnya.
"T-terima kasih." Haneul membuang pandangannya. "Eum.. lukamu, pasti masih sakit."
Jinyoung tersenyum samar. "Kau khawatir padaku, ya?"
"Apa?"
"Kau. Khawatir padaku. Iya, kan?"
Haneul membulatkan matanya. "Kenapa aku harus khawatir padamu? Kau kan laki-laki. Dan laki-laki sudah biasa berkelahi. Lagipula kau tidak akan mati hanya dengan luka kecil seperti itu. Kau tahu?" cerocos Haneul tanpa jeda.
Jinyoung kembali tersenyum. "Iya, aku tahu." Salah satu tangannya terangkat dan mengacak pelan puncak kepala Haneul. Membuat gadis itu kembali bungkam.
Hingga suara deringan ponsel menyadarkan mereka berdua. Jinyoung menurunkan tangannya. Ia merogoh saku celananya, namun layar ponselnya tidak menunjukan apapun.
"Apa ponselmu berbunyi?" tanyanya pada Haneul.
Haneul menggelengkan kepalanya. "Tidak. Aku bahkan meninggalkan ponselku di kelas," ucapnya.
Mereka berdua terus mencari benda yang terus berbunyi itu, dan menoleh ke arah pintu. Seseorang terlihat berdiri di sana, menatap ke arah mereka. Dengan sebuah ponsel yang berada di genggaman tangannya.
"Sunbae.."
"Turunlah." Orang itu menatap Jinyoung sejenak. "Hanbin mencarimu."
******
"Kau dari mana saja?! Aku khawatir!" Hanbin mengomeli Haneul begitu gadis itu datang ke ruang olahraga.
"Dia berada di atap," ucap Taeyong yang melirik Haneul. "Bersama Bae Jinyoung."
![](https://img.wattpad.com/cover/185789222-288-k335993.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekolah Cogan✔
Fanfiction[𝐅𝐀𝐍𝐅𝐈𝐂𝐓𝐈𝐎𝐍] Kim Haneul adalah satu-satunya gadis yang merasa tidak beruntung ketika dirinya dipindahkan sekolah oleh orang tuanya. Sekolah barunya bukanlah sekolah biasa, karena di sana banyak sekali murid-murid 'luar biasa'. Masalah me...