°06

7.7K 427 13
                                    

"Kakak berangkat dulu ya? Kamu berangkatnya juga hati-hati. Rumahnya jangan lupa dikunci," kata Stella memberi pesan pada Andri.

"Iya Kak. Kakak juga semangat kerja hari pertama ya," balas Andri.

"Jangan nakal-nakal disekolah," kini giliran Farrel memberi wewejang pada Andri.

"Iya-iya Kak," balas Andri yang kemudian Farrel mengacak rambut Andri gemas.

"Kakak berangkat dulu ya? Assalamualaikum," pamit Stella.

"Wa'alaikumsallam Kak," balas Andri.

Farrel tersenyum lalu membantu Stella membawakan kotak berisi kue yang akan Stella jual.

"Seharusnya lo nggak usah jemput gue. Kan gue bisa berangkat sendiri," kata Stella saat mobil Farrel sudah melaju membelah jalanan pagi hari.

"Nggak masalah sih kalau buat gue. Lagian gue seneng kok, bisa main-main sama Andri. Terus bisa nambah ilmu," kata Farrel.

"Ilmu apaan?" tanya Stella.

"Ilmu bungkusin kue hehe. Nanti kapan-kapan ilmu buat kue, biar kalo ortu atau gue and kembaran ultah nggak perlu beli kue," balas Farrel.

"Lo punya kembaran?" tanya Stella.

"Punya," balas Farrel yang masih terus fokus pada jalanan.

"Cowok apa cewek?" tanyanya lagi.

"Cewek cowok," balas Farrel.

"Kembar tiga dong ya berarti? Wahh keren. Gue dulu pengen banget punya kembaran tapi cuma lahir gue aja. Jadi ya udah lah," kata Stella sambil terkekeh. Farrel melirik dan ikut terkekeh. Stella begitu manis, hingga ia harus berjaga-jaga. Takutnya dia terkena diabetes.

"Gue kalau sama adek kembar gue itu mirip banget. Susah bedainnya kalo liat dari muka. Tapi kalau dari sifat ya gampang banget. Kalau yang dingin dan irit ngomong berarti itu kembaran gue, Rafael," kata Farrel menjelaskan. Stella hanya mengangguk paham.

"Kalau yang cewek?" tanyanya.

"Yang cewek mah, nggak mirip banget sama kita. Lebih mirip Mama," balas Farrel. Dan lagi-lagi Stella hanya mengangguk paham.

Tanpa terasa, mereka sudah tiba dikantor. Saking seringnya mereka bertukar cerita, perjalanan terasa menjadi lebih cepat.

"Gue duluan aja. Gue nggak mau karyawan lo mikir yang enggak-enggak tentang lo sama gue," kata Stella yang sudah membuka seatbelt-nya.

"Udah gapapa, bareng aja. Lo nggak sopan banget nyuruh gue, harusnya gue yang nyuruh lo," kata Farrel sembari menahan pergelangan tangan Stella.

"Maaf, tapi gue nggak mau sampe ada orang, mikir yang enggak-enggak," balas Stella sembari menunduk.

"Nggak apa kalau itu mikirnya lo sama gue pacaran. Lebih baik," balas Farrel sembari mengangkat kedua alisnya naik turun.

"Lo gila ya?" sinis Stella.

What? Gue gombalin malah dikatain gila? Padahal kalau cewek lain gue gituin juga langsung jatuh pingsan. Stella-Stella, lo malah bikin gue makin suka~ batin Farrel dalam hati sembari memandangi wajah putih Stella.

"Lo kenapa liatin gue kaya gitu? Udah lah, gue mau turun," kata Stella yang langsung menyadarkan Farrel dari lamunannya.

"Eh-eh. Iya, yaudah bareng," kata Farrel yang kemudian ikut turun.

Aneh, untung bos~ batin Stella.

Dan benar saja, seluruh mata memandang Stella dengan tatapan tak suka. Terlebih lagi para karyawan wanita yang menatap Stella seolah ingin menerkam Stella. Apalagi saat melihat sosok Farrel yang berdiri disamping Stella.

"Tuh kan, gue udah bilang kalau lo bareng gue pasti pada liatin gue seolah gue habis maling baju mereka," kata Stella kesal.

"Gapapa sih udah nggak usah dimasukin hati. Mereka emang gitu, pas mereka nggak tau kalau Kak Rachel kembaran gue. Mereka juga pada natap Kak Rachel sinis pas dia gandeng tangan gue," kata Farrel dengan nada santainya.

"Karyawan lo berjiwa singa semua ya ternyata haha," kata Stella sembari terkekeh.

"Bodinya udah kaya gitar spanyol jadi-jadian gitu. Kadang juga gue jijik liatnya," balas Farrel dengan bergidik ngeri.

"Kalau jijik kenapa diterima jadi karyawan?" tanya Stella.

"Karna terpaksa. Kalau gue nyari yang kaya lo semua yang ada nanti lo kesaing. Kan gue maunya cuma cukup lo yang istimewa," kata Farrel.

"Setress!" kata Stella yang langsung mempercepat jalannya mendahului Farrel.

Stella langsung berjalan memasuki kantor super megah itu. Langkahnya yang begitu berirama menjadi musik tersendiri di telinga Farrel yang dengan setia mengikuti Stella dari belakang.

"Kue lo mending lo jual dulu," kata Farrel dari arah belakang.

"Tapi gimana? Masa iya gue nyamperin ruang kerja mereka satu-satu, yang ada bisa sampe sore," kata Stella yang membuat Farrel terkekeh.

"PERHATIANNYA!!!" pekik Farrel sehingga membuat para karyawan hingga OB mendekat kearahnya dan berkerumun disana.

"Jadi gini, perkenalkan dia Stella. Sekretaris baru saya. Jadi saya harap kalian bisa bersikap baik dengannya, dan satu lagi. Saya mengumpulkan kalian disini karena Saya ingin menawarkan kue pada kalian semua, dijamin enak kok kuenya. Saya sendiri juga sudah mencicipinya," kata Farrel panjang lebar.

Stella hanya dapat menatap Farrel tak percaya atas apa yang ia lakukan saat ini. Seorang CEO berteriak hanya ingin menawarkan sebuah kue yang bisa dibilang tidak setara dengan kue-kue yang terpajang di mall-mall besar?

Para karyawan pun juga tak percaya. Memang kalau Farrel itu mau bersosialisasi dengan para karyawannya. Namun yang mereka herankan, ia bisa menjadi begitu care dengan seorang wanita selain Rachel dan Nia?

"Berapaan Pak?" tanya salah satu karyawan.

"Setiap harga beda, tergantung bentuknya," balas Stella.

"Aku mau deh."

"Aku juga boleh."

"Yang ini aja deh, 5 ya?"

"Aku yang ini 7."

Hanya dalam hitungan menit. Dagangan Stella sudah habis terjual. Dan itu berkat bantuan Farrel.

"Udah habis kan? Yaudah langsung keruang kerja aja, bareng gue. Soalnya ruangan lo disamping ruangan gue," kata Farrel.

"Baik Pak," balas Stella dengan nada hormatnya.

"Jangan panggik Bapak elah, gue terkesan tua," kata Farrel tak terima.

"Tapi tadi mereka panggil Bapak dengan panggilan Bapak juga," kata Stella.

"Itu kalau mereka yang manggil terserah. Tapi kalau lo jangan," kata Farrel.

"Tapi ini dikantor Pak, Saya nggak bisa kalau harus berbicara seperti layaknya dirumah. Jadi izinkan Saya berbicara layaknya atasan dengan bawahan," balas Stella yang justru membuat Farrel mendengus kesal.

"Lo istimewa Stell. Jadi jangan samain lo kaya yang lain, meskipun lo disini jadi sekretaris gue, tapi jangan pernah mikir kalo lo itu bawahan gue dan gue atasan lo," kata Farrel sembari menatap lekat mata Stella.

"Nyatanya kan emang gitu," balas Stella.

"Gue nggak suka pokoknya. Panggil kaya biasa atau mau gue pecat aja?" ancam Farrel.

"Sumpah lo parah ya Rel, cuma gegara panggilan jadi ke masalah pecat memecat. Serah lo deh," sinis Stella yang langsung pergi meninggalkan Farrel.

"Pinter," kata Farrel dengan senyum miringnya.

Ia lalu berjalan menuju ke ruangannya, menyusul Stella yang sudah terlebih dahulu mendahuluinya.









TBC!!
Double update? Tunggu nanti aja ya hehe :p
Jangan lupa vote dan comment :D

Warning!!!
Typo dimana-mana!!

Only You (Ending) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang