°12

6.9K 366 3
                                    

"Hati-hati. Makasih banyak untuk hari ini," kata Stella saat mengantarkan Farrel sampai depan gang rumahnya.

Mereka berdua pulang terlalu malam hingga membuat Andri tertidur pulas saat perjalanan pulang tadi. Mungkin karena ia kelelahan sehingga ia tertidur setelah mereka makan tadi. Wajar saja karena Farrel mengajak Stella dan Andri jalan-jalan mengunjungi beberapa tempat.

"Iya, jangan tidur malem-malem. Besok, bangun lagi buat masakin gue sama Andri ya? Gue pengen jemput lo besok, sekalian numpang sarapan," kata Farrel sembari menaik turunkan kedua alisnya.

"Yaa," balas Stella tak ingin memperpanjang.

"Yaudah kalau gitu gue pulang dulu ya? Jangan kangen apalagi rindu. Karena--

"Karena apa? Rindu itu berat? Dan gue nggak bakalan kuat? Jadi biar lo aja yang rindu gitu?" potong Stella.

"Bukan, sok tau banget jadi manusia. Jangan kangen apalagi rindu. Karena tugas lo cuma cukup diem dan nunggu. Ikutin kata hati lo sampe hati lo bilang tulus ke elo kalau lo juga rindu sama gue. Bukan sekarang apa besok, tapi nanti. Dan gue bakal sabar buat nunggu itu. Gue pulang dulu, jangan tidur malem-malem. Besok gue kesini lagi," kata Farrel yang kemudian memasuki mobilnya. Lidah Stella dibuat kelu. Ia tak mampu menjawab apa-apa, kenapa bisa dengan tiba-tiba Farrel mengatakan hal sedemikian yang sebelumnya tidak pernah terlintas dibenak Stella?

Klakson mobil, Farrel bunyikan. Stella masih tetap diam tak bergeming. Hingga perlahan tetes demi tetes air hujan turun begitu derasnya. Dengan terburu-buru. Stella langsung berlari agar segera sampai ke rumahnya.

"Jantung gue kenapa jadi lari marathon gini, perasaan tadi gue larinya nggak kenceng-kenceng amat. Palingan juga 2km/jam," gumamnya pelan sembari memegangi dadanya.

Stella langsung menggelengkan kepalanya cepat. Ia tidak ingin menaruh hati pada spesies macam Farrel.

♣♣♣

Tokkk-tokkk-tokkk!!

Suara ketukan pintu terdengar begitu jelas pada pukul 5 pagi. Entah siapa yang berkunjung, subuh saja baru selesai. Dan dia sudah bertamu saja.

Ketukan pintu itu membuat Stella yang tengah memasak menghentikan aktivitasnya. Ia menatap sinis pada pintu itu. Hanya orang terniat dan kurang kerjaan yang bertamu sepagi ini.

"Sebentar!" teriak Stella dari arah dapur. Ia lalu mematikan kompornya, kalau tidak. Bisa-bisa tempenya gosong.

Stella berjalan menuju arah pintu. Mencari tahu siapa sebenarnya tamu yang datang kerumahnya.

Cklekkk!

Pintu perlahan Stella buka. Lelaki tampan dengan balutan jas biru dongker-nya itu tengah tersenyum, memamerkan deretan gigi putih kearah Stella. Siapa lagi kalau bukan Farrel.

"Lo ngapain sih kesini pagi-pagi?" tanya Stella.

"Ada tamu ganteng tuh, harusnya diucapin selamat pagi atau disuruh masuk buat duduk terus dibikinin kopi. Lah ini, pedes banget sambutannya," kata Farrel dengan senyum yang memudar.

"Lo itu kelewat niat tau nggak. Ini baru jam 5 dan lo udah berkunjung kerumah orang?" kata Stella malas.

"Ya gapapa dong. Namanya juga pengen cepet ketemu sama adek ipar," kata Farrel.

"Maksud lo?" tanya Stella memicingkan matanya.

"Gapapa," balas Farrel malas, gadis di depannya ini benar-benar tidak peka sama sekali.

Stella menatap Farrel dengan curiga. "Lo bangun jam berapa sampe jam segini udah sampe sini?" tanya Stella.

"Jam 3 pagi," balas Farrel santai.

"Whatt?! Lo lagi nggak ngigau kan? Lo ngapain jam segitu bangun? Mau saur?" tanya Stella tak percaya.

"Gue masang alarm. Kan ngerebus air panas dulu, keran air hangatnya mati. Kalau jam 3 gue disuruh mandi air dingin. Ohh tidak mau, nanti yang ada gue dingin kaya Rafael," kata Farrel.

"Lo dingin gue malah seneng. Nggak ada yang ngusik kehidupan gue," kata Stella.

"Tragis banget tu mulut kalau ngomong, disaring dulu ngapa sih," kata Farrel.

"Mulut gue bukan jus jambu yang kudu disaring dulu sebelum disajiin," balas Stella acuh.

Farrel mengerucutkan bibirnya. "Lo mau masuk nggak? Gue lagi masak," kata Stella yang mulai beranjak pergi.

"Eh bentar. Gue mau masuk kali Stell," kata Farrel mencegah Stella yang tengah menutup pintu.

"Serah lo," balas Stella yang kemudian masuk untuk segera melanjutkan masaknya yang tertunda tadi.

"Andri belum bangun?" tanya Farrel.

"Belum," balas Stella seadanya.

Farrel hanya manggut-manggut paham. Ia lalu duduk glesoran dilantai sembari menatap Stella yang tengah asyik memasak itu.

"Adem gitu kalau liat cewek cantik yang lagi masak. Serasa lagi nungguin isteri gue. Duhh mau dong ya nikah sama gue.. Yaa Stell yaa? Gue pengen meluk lo dari belakang, cuma gue takut kalo ntar gue malah lo gampar," kata Farrel dengan polosnya.

"Lo diem bisa nggak sih? Mending sekarang lo ngulek tu cabe yang baru gue rebus itu," kata Stella tanpa minat menoleh kearah Farrel.

"Yaudah mana sini," kata Farrel yang saat ini sudah berdiri di belakang Stella.

"Tuh," tunjuk Stella pada cobek disamping kompor.

Farrel tak membalas melainkan hanya mengambil cobek itu dan membawanya. Menaruhnya dibawah untuk segera ia haluskan secara manual.

Duggg!!

Duggg!!

Duggg!!

"Lo ngalusin cabe apa mau bikin lantai rumah gue tambah ancur sih?" tanya Stella kesal saat melihat Farrel yang dengan kencangnya memukuli cabe itu layaknya orang yang sedang memecah batu.

"La emang gimana?" tanya Farrel.

"Makanya kalo emak lo masak. Ikut, perhatiin gimana dia ngalusin cabe," kata Stella sembari mengambil alih cobek itu dari tangan Farrel.

"Ya nggak lah. Kan kalau dapur itu wilayahnya cewek," elak Farrel.

"Ya nggak harus lah. Ntar kalo isteri lo lagi hamil dan dia nggak bisa masakin buat lo. Terus dia minta buat masak, lo cuma bisa cengo gitu? Ya kali lo mau ngundang tetangga buat minta tolong masak," kata Stella sembari menghaluskan cabai itu.

"Lo kalau lagi gini keliatan seksi tau nggak Stell," kata Farrel yang malah ngelantur.

"Tu mata kalo mau gue masukin pake cabe bilang!!" tukas Stella.

"Jangan galak-galak dong. Kasian anak-anak aku nanti, selalu kamu galakin tiap hari," kata Farrel yang justru semakin membuat Stella naik pitam.

Stella memilih diam tak menggubris. "Stell?" panggilnya.

"Paan?" sinis Stella.

"Ajarin gue masak ya? Biar kalau lo nggak bisa masakin buat gue. Gue bisa ganti masakin buat lo, terus kalo lo lagi ngidam minta dimasakin. Gue bisa bikinin lo masakan paling enak sedunia," kata Farrel hingga membuat Stella menghentikan aktivitasnya. Menatap Farrel yang tengah menatapnya seolah ia tidak melakukan salah apa-apa.

Stella tersenyum kearah Farrel hingga membuat hati Farrel menghangat. Dengan senang hati ia membalas senyuman itu. Baru saja Farrel ingin membuka mulut. Namun sudah terlebih dahulu Stella...









TBC!!!

Stella ngapain hayooo!!
Penasaran? Tunggu kelanjutan yaa..
Jangan lupa vote dan comment

Warning!!
Typo dimana-mana!!

Only You (Ending) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang