°20

6.9K 359 15
                                        

Sebuah mobil mewah memasuki pelataran perusahaan besar. Bersamaan dengan itu,  para satpam langsung memberi hormat pada orang yang berada dalam mobil tersebut.

Serta, tak jarang banyak terdengar ucapan selamat pagi yang terucap kala sosok Farrel berjalan melintasi mereka.

"Enak ya jadi pimpinan," ucap Stella.

"Apanya gitu?" Tanya Farrel.

"Disegani, dihormati," balas Stella.

"Nggak harus jadi pemimpin juga kali Stell, biar dihormati," kekeh Farrel.

"Ya, aku tau," ucap Stella.

"Sini, jangan jauh-jauh ya calon isteri," kata Farrel yang merangkul pinggang Stella agar dekat dengannya.

"Rel, ini dikantor," kata Stella sembari menatap sekitar.

"Terus ngapain kalau dikantor? Toh ini juga kantor aku. Bebas dong, mau ngelakuin apa aja," balas Farrel terus berjalan.

"Malu diliatin yang lain," kata Stella.

"Kenapa harus malu, biar semua orang tau kalau kamu milik aku," ucapnya.

"Sejak kapan?" Tanya Stella menghentikan langkahnya.

"Sejak awal kita ketemu," balas Farrel sembari mengecup singkat pipi Stella.

Seolah ada sengatan listrik, tubuh Stella menegang saat itu juga. Bersamaan dengan ribuan kupu-kupu yang saat ini tengah beterbangan di perut Stella.

"Jangan ngelamun terus ah," ucap Farrel yang menyadarkan Stella. Seolah tidak menjadi masalah, Farrel berjalan mendahului Stella yang masih berusaha mencerna perbuatan Farrel yang baru saja membuatnya hampir kehilangan kesadaran.

Farrel sialan! Rutuknya dalam hati.

Mereka berdua kembali melanjutkan perjalanan dengan banyak pasang mata menatap kearah mereka. Seolah hal baru yang baru saja mereka lihat.

"Kamu udah sarapan?" Tanya Farrel.

"Udah," balas Stella disertai anggukan.

"Aku belum nih," rengek Farrel sembari memegangi perutnya dramatis.

"Ga nanya," respon tak terduga keluar dari mulut Stella, dan Farrel sudah kebal akan hal itu.

"Peka dikit dong jadi calon isteri," ucap Farrel sembari mengerucutkan bibirnya kesal.

Ia memang terlihat begitu berwibawa di mata karyawan yang lain. Namun, di mata Stella, Farrel tak jauh berbeda dengan sosok ABG labil yang sering ia temui.

"Kalau laper ya makan lah, emang dengan sambat kamu bisa jadi kenyang gitu?" Ujarnya dengan nada tak bersahabat.

"Sama kamu," kata Farrel manja.

"Jijik, nih aku bawa bekal. Kamu makan, habisin tuh semuanya. Kalau perlu wadahnya juga," kesal Stella sembari memberikan kotak bekalnya pada Farrel.

"Ututu sayangnya," gemas Farrel sembari mencubit gemas pipi Stella. Sontak hal itu langsung mendapat respon tatapan tajam dari Stella, walaupun tatapan itu tak sedikitpun Farrel hiraukan.

"Nggak ada meeting kan hari ini?" tanya Farrel.

"Enggak," balas Stella masih fokus pada langkahnya.

"Kalau besok?" tanya Farrel lagi.

"Nanti coba aku cek dulu," balas Stella masih enggan menatap Farrel.

"Kalau diajak ngomong, liat wajah lawan bicaranya, sebagai wujud menghargai orang yang ngajak ngomong," kata Farrel memberi nasehat. Meskipun nasehat itu tak jauh dari kata modus.

Only You (Ending) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang