Mimpi Indah

875 99 9
                                    

Damian terlihat tengah berdiri di depan whiteboard yang berada di ruangan BEM tersebut. Ia menulis sesuatu di whiteboard itu. Sementara para anggota BEM masih sibuk dengan diri mereka masing-masing.

Damian menggebrak papan tulis tidak begitu kencang tapi cukup membuat para anggota memfokuskan pandangannya kepada Damian.

"Waktu kita sampai acara tinggal 3 minggu lagi. Jadi gue harap kalian bisa fokus." ucap Damian dengan tegas.

"Acara kita ini adalah acara penggalan dana yang dananya akan kita sumbangkan ke beberapa panti asuhan dan panti jompo. Jadi, gue punya tugas untuk kalian. Karena kita perlu mengajak mahasiswa setiap jurusan untuk membuka stand. Untuk tema standnya bebas bisa apa saja yang penting halal."

Para anggota terkekeh pelan dengan guyonan Damian. Damian membuka kertas yang ia pegang lalu membacanya.

"Gue akan bagi beberapa grup untuk mengajak mahasiswa per jurusan untuk membuka stand di acara kita." Damian sedikit berdeham sebelum melanjutkan bicaranya.

"Jeremy, Faresta dan Arvin kalian akan mendata fakultas Hukum, Ilkom, dan Desain."

Jeremy dan Faresta menganggukkan kepalanya mengerti tapi tidak dengan Arvin yang menatap Damian penuh tanda tanya. Kenapa dia di kelompokkan dengan dua temannya bukan dengan Feyya. Damian yang sadar dengan tatapan Arvin berusaha menghindari tatapannya itu dengan gugup.

"Feyya dan Adrian kalian akan mendata fakultas kalian ya."

Arvin ingin protes tapi Damian terus mengabsen nama-nama anggota sekaligus memberi mereka tugasnya. Sementara Adrian merasa senang, akhirnya dia bisa mencoba dekat dengan Feyya. Adrian menatap Feyya yang tengah berbicara dengan Ghina namun pandangannya tetap pada Damian.

"Gue harap minggu depan kalian sudah memberikan datanya. Jadi kita bisa menghitung beberapa properti yang kita butuhkan." Damian membalikkan kertasnya. "Sekarang gue bagi kalian ke beberapa seksi untuk acaranya." Damian kembali menyebutkan beberapa nama.

Arvin melipat lengannya di dada dan terus menatap Damian dengan pandangan 'men-judge'. Padahal Damian sendiri yang berjanji kepadanya untuk menaruh dirinya berada di grup yang sama dengan Feayya.

"Feyya, Arvin dan Kirana gue tugas kalian yang akan berkeliling untuk menggalang dana ketika acara berlangsung."

"Oh iya gue mau tambah orang lagi. Jeremy, Faresta dan Adrian kalian masuk ke seksi properti."

Damian menaruh lembaran kertasnya ke atas meja. "Disini ada yang bisa bermain alat musik atau nyanyi? Karena gue pikir acara kita akan lebih baik lagi kalau ada band yang memeriahkan acara." jelasnya.

Jeremy mengangkat tangannya diikuti oleh Faresta disampingnya.

"Gue sama Faresta bisa bang." ucap Jeremy yang dibalas anggukan Damian.

"Yang lain?"

Satu orang anggota laki-laki ikut mengangkat tangannya. "Gue bisa main bass."

"Ok.. jadi kita butuh gitaris dan vokalis."

"Oh iya, Adrian bisa dua-duanya bang!" Sahut Faresta seraya menunjuk Adrian yang terngah terdiam.

Adrian yang ditunjuk hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sebagai arti kata tidak.

"Serius lo?" Tanya Damian kepada Faresta melainkan bukan kepada Adrian yang hendak protes.

"Gue serius bang. Gue udah pernah liat kok!"

Adrian menatap Faresta tidak percaya sementara yang ditatap mengacungkan jempolnya kepada dirinya.

"Ok! Semua udah beres. Untuk hari ini cukup sekian aja. Besok kalian datang lagi untuk meeting. Kita masih harus membuat proposal yang akan kita serahkan kepada sponsor. Thank you atas kedatangan kalian. Sekarang kalian bisa bubar." Damian menutup rapat singkat itu.

Shoot Me StraightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang