Sebuah motor memasuki perkarangan rumah yang terlihat sangat asri dengan cat warna putih gading. Di depan rumah tersebut terdapat taman kecil yang dipenuhi banyak macam bunga-bunga. Adrian memakirkan motornya ke dalam garasi rumahnya.
Akhirnya setelah menempuh perjalanan kurang lebih 20 menit, Adrian dan Feyya sampai di rumah milik Adrian. Feyya turun dari motor besar milik pria itu lalu membuka helm yang ia pakai dan memberikannya kepada Adrian. Feyya tersenyum ketika Adrian menerima helm tersebut.
Feyya mengikuti langkah Adrian menuju pintu utama rumahnya. Matanya menangkap wanita paruh baya yang tengah menyiram bunga-bunga di taman kecil yang berada tepat di depan pintu utama.
"Assalamualaikum bundaa." seru Adrian menghampiri sang Bunda.
"Udah pulang Ian?" Bunda bertanya namun pandangannya masih terarah kepada anak-anaknya (bunga-bunga) yang tengah ia beri minum.
"Iya bun. Bunda, kenalin bun."
"Eh?" Bunda menoleh dan mendapati Feyya tersenyum sopan. Gadis itu melangkah menuju Bunda dan mencium tangan Bunda.
"Nama saya Feyya tante."
"Eh maaf ya bunda gak sadar kalau Adrian bawa temen kesini." Bunda merasa tidak enak kepada Feyya.
"Gak apa-apa kok tante hehe."
"Bunda sih fokus banget nyiramin bunganya." celetuk Adrian kepada Bundanya itu.
Memang sudah kebiasaan Bundanya. Kalau Bundanya tengah berkebun atau sekedar memberi pupuk dan menyirami taman kecil miliknya itu. Bunda sulit menyadari sekitar. Ini sih yang bahaya, gimana kalau maling masuk dan bundanya tidak tahu? Kan bahaya..
"Maaf deh mas, abis kemarin kan bunda sibuk jadi gak bisa nyiramin taman."
"Ian sama Feyya hari ini mau ngerjain tugas di rumah."
"Bener nih cuma ngerjain tugas." Bunda melirik anak sulungnya itu dengan jahil.
"Apa sih bundaaa,"
"Haha iya iyaa, sana mas ajak Feyya masuk. Feyya anggap rumah sendiri aja ya."
Feyya mengangguk masih dengan tersenyum. "Iya tante, Terima kasih."
"Sama-sama~"
Feyya tidak menyangka jika Adrian mempunyai seorang ibu yang sangat ramah dan suka bercanda. Sama sekali tidak seperti anaknya yang lebih terkesan pendiam dan cuek. Tapi, ada satu hal yang sangat mirip. Senyuman manis milik Adrian ternyata diturunkan dari Bundanya. Karena Bunda terus tersenyum kepadanya tanpa sadar Feyya ikut terus tersenyum karenanya.
"Nanti kita ngerjain tugasnya di ruang tengah aja ya?" Tanya Adrian kepada Feyya yang mengikutinya di belakang seperti anak ayam. Padahal dia bisa saja berjalan berdampingan dengannya.
"Oh boleh kok."
Langkah Adrian sekita terhenti, namun itu membuat tubuh Feyya tertubruk oleh punggung Adrian.
"Awㅡ" desis gadis itu karena dahinya tidak sengaja terpentuk punggung Adrian yang menurutnya cukup keras.
"Aduhhhhhh Echaaaa~ kenapa berantakan ginii."
Feyya sedikit terkejut dengan suara Adrian yang meninggi dengan nada merajuk. Pandangannya mengikuti Adrian yang menghampiri seorang gadis kecil. Rambutnya di ikat ponytail dengan sebuah crayon di tangannya dan sobekan buku gambar yang mengelilingi gadis kecil itu. Belum lagi crayon yang berhamburan. Benar-benar definisi dari 'kapal pecah'
"Kamu kebiasaan dehh."
"Hehe mas Ian udah pulang?" Tanya gadis kecil itu dengan senyuman polos dan manisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shoot Me Straight
RomanceAdrian Elvan Syahreza tidak percaya namanya "Jatuh Cinta". Orang-orang bilang jatuh cinta itu bagai naik roller coaster, kalau kata Adrian jatuh cinta itu bagai jatuh kesandung batu terus nyemplung di got. Deg-degan sih rasanya tapi sakit dan jorok...