Mengenal lebih

710 78 11
                                    

Adrian dan Feyya lebih dulu sampai di tempat berkumpul. Kedua sejoli itu mendapatkan 5 buah bendera putih, hampir seluruh anggota grup yang lain sampai di tujuan. Namun, dua anggotanya masih belum terlihat batang hidungnya.

"Mereka gak kesasar kan?" Tanya Feyya yang khawatir dengan sahabatnya itu.

Tak lama dari Feyya bertanya kepada Adrian, seorang pria sampai di tempat dengan menggendong perempuan di punggungnya. Feyya sangat mengenalnya, gadis itu dengan cepat langsung berlari kearah Arvin yang tengah berjalan mendekat menggendong Ghina.

"Kak Arvin, Ghina kenapa?" Feyya mengecek sahabatnya dengan wajah yang sangat khawatir. Arvin hanya tersenyum menyambut Feyya.

"Tenang aja, dia ketiduran ini."

"Dia tidur?"

Arvin mengangguk sambil mencibir. Dia sendiripun tidak percaya, bagaimana bisa gadis digendongannya ini tertidur dengan nyaman dipunggungnya.

Damian yang melihat mereka langsung menghampiri. "Si Ghina kenapa vin?"

"Tadi keseleo gitu,"

"Serius? Anak medis tolong dong ini."

Feyya mengusap kepala Ghina, rasanya ia ingin memarahi Ghina karena keteledorannya. Tapi, ia juga khawatir kalau keseleo yang sahabatnya alami itu parah. Ghina membuka matanya, mengucek matanya seraya menguap. Arvin yang menggendongnya hanya bisa menghela napasnya.

Bukan karena terlalu lelah menggendongnya, tetapi kehabisan kata karena gadis itu yang dengan nyamannya tertidur dipunggungnya. Entahlah, apapun yang dilakukan gadis itu selalu membuatnya kehabisan kata-kata.

Beberapa anak kesehatan menghampiri Ghina. Arvin perlahan mendudukan Ghina disebuah batu besar, para anak-anak kesehatan mengecek kaki Ghina.

"Ini gak apa-apa kok. Cuma keseleo aja kok. Ini di kompres dikit sama diperban elastis sebentar gak apa apa kok."

Arvin hanya melihat Ghina yang mulai dilakukan pertolongan oleh anak-anak kesehatan, ia geleng-geleng kepala seraya berkacak pinggang. Ia kembali flashback pada kejadian tadi itu.

"Makanya hati-hati lain kali." Ucap Arvin dengan nada menyindir pada Ghina. Hanya dengusan yang keluar dari bibir Ghina.

"Kamu gak apa-apa kan Ghin?" Tanya Feyya yang berada di samping Ghina.

"Gak apa-apa kok, hehehe."

"Ih malah cengengesan."

"Kalo nangis nanti gue yang malu Fey."

Feyya terkekeh pelan dengan Ghina. Damian menghampiri Ghina, seselesainya anak kesehatan memasangkan perban elastis kepadanya.

"Ghin, lo mau balik ke villa aja?"

"Gue boleh balik kak?"

"Ya boleh lah, kalo lo mau balik nanti biar naik motor aja ke bawahnya."

"Boleh deh kak."

"Okay, tunggu sebentar."

Damian menghampiri geng Jeremy yang tengah berkumpul, sepertinya tengah berdiskusi sesuatu.

"Jangan bilang dia nyuruh Kak Arvin lagiㅡ" ucap Ghina pelan, namun Feyya mendengar itu.

"Kenapa sama Kak Arvin emangnya Ghin?"

"Eh?" Ghina gelagapan, ia tidak tahu kalau Feyya juga mendengar gumamannya tadi.

Tak lama Arvin mendekati mereka dengan Damian. Ghina sudah bisa menebaknya dan benar saja. Arvin tersenyum dengan satu sudut bibir terangkat keatas. Lagi-lagi Ia tersenyum nenggoda seperti itu pada dirinya. Sedikit seram, apa yang akan pria itu lakukan kepadanya.

Shoot Me StraightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang