Potret

733 82 6
                                    

Gilang terus melihat jam tangannya. Sudah 7 menit tapi adiknya belum terlihat juga batang hidungnya. Ia menyandarkan punggungnya ke mobil miliknya. Tangannya terlipat didada wajahnya terlihat sangat gusar.

"Duh kemana sih Feyya!"

Rasanya ia ingin menghampiri adiknya itu tapi ia takut kalau-kalau adiknya itu ternyata sudah kembali ke parkiran terlebih dahulu dan mengetahui kakaknya tidak ada di tempat.

Gilang mengeluarkan ponselnya lagi ia menelpon nomor Feyya namun lagi-lagi suara operator terdengar. Handphone Feyya tidak aktif. Gilang menggigit bibir bawahnya, sebenarnya dirinya ingin berhenti secara perlahan namun hal ini sangat sulit.

Pria itu menghembuskan napasnya lalu mengeluarkan bungkus rokok dari kantung celananya. Ia mengatupkan sebatang rokok di bibirnya lalu menyalakan rokok itu. Hisapan dari tembakau itu menghasilkan sebuah asap yang keluar dari mulutnya. Seketika pikirannya sedikit lebih tenang dari sebelumnya.

Gilang masih menghisap rokoknya dan bersandar pada mobilnya. Tiba-tiba mata pria itu menangkap sosok yang tidak asing.

"Oh?"

Gilang membuang rokoknya yang tinggal setengah itu ke tanah dan menginjaknya untuk mematikan api di rokok tersebut padam. Ia berjalan mendekati sosok gadis yang tengah berjalan kearahnya. Bukan menuju kearahnya mungkin kesuatu tempat.

"Lovata?" Panggilnya ketika ia sudah berada di depan gadis itu.

Sosok itu mendongakkan kepalanya untuk melihat siapa yang menghalangi jalannya itu terlebih lagi dia memanggil namanya.

"siapa ya?"

"Lo lovata kan?"

Gadis itu memiringkan kepalanya, alisnya menyatu memandang pria dihadapan ini dengan pandangan bingung. "Itu nama panjang saya. Ada apa ya?"

Hidung gadis itu mengerut saat mencium bau rokok dari tubuh pria itu namun bau itu tercampur oleh wangi mint serta parfum maskulin yang dipakai pria itu. Sebenarnya ia tidak suka dengan bau rokok tapi bau rokok dari pria itu entah kenapa sangat adiktif.

"Oh nama panjang lo lovata." Gilang menganggukkan kepalanya pelan. "Lo fakultas kedokteran?"

Lagi-lagi pertanyaan Gilang membuat gadis dihadapannya itu semakin bingung. Bagaimana pria ini tahu tentang dirinya.

"Oh sorry haha." Gilang tertawa pelan. Ia merogoh kantung jaket yang ia pakai lalu mengeluarkan sebuah gantungan kunci stetoskop dengan sebuah nama disana. "Ini punya lo kan?"

Mata gadis itu membulat seketika dengan cepat ia mengambil gantungan kunci itu dari tangan Gilang.

"Gimana bisaㅡ"

"Weekend gue lihat lo di Gramed dan gantungan kunci lo jatoh. Pas gue mau balikin, lo nya udah gak kelihatan. Yaudah deh." jelasnya panjang.

"Ah gituㅡterima kasih ya. Oh iya, nama saya Nara, Nara Lovata " gadis itu mengulurkan tangannya kepada Gilang.

"Gue Gilang." Gilang pun menjabat tangan gadis itu. Ia memandangi Nara dari atas hingga ujung kaki. Melihat gadis itu dengan secara jelas dari sebelumnya.

Ternyata bukan hanya side profilenya yang terlihat cantik namun jika dilihat secara langsung gadis ini memang cantik. Rambutnya panjang sepinggang, matanya cukup besar dan gadis ini punya senyum yang manis. Dan tubuhnya sangat proposional, mungkin tingginya sekitar 163cm.

Mata Gilang menangkap buku yang dibawa oleh Nara. Sebuah buku sketch, "lo anggota klub lukis?"

Nara dengan refleks melihat buku yang ia pegang lalu tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

Shoot Me StraightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang