Kesalahan Fatal (2)

918 95 23
                                    

"Senyum dong Fey." Seru Ghina siap dengan kamera ditangannya.

Ghina memotret sahabatnya itu di sebuah spot foto acara charity ini. Spot foto mawar pink yang dirangkai sedemikian rupa. Ghina tersenyum puas.

"Waahh- kalo kayak gini sih lo bisa jadi model Fey-,"

"Ih apa sih Ghin.. mana ada model pendek kayak aku."

Ghina mencibir jawaban Feyya. Kenapa sih sahabatnya itu selalu rendah diri dan tidak percaya diri, selalu menganggap dirinya itu jelek. Padahal dua cowok ganteng di kampus sedang mendekati dirinya. Ghina geleng-geleng diikuti helaan napasnya.

"Kenapa Ghin?" Feyya melihat Ghina dengan polos.

"Gak- gak apa-apa kok. Cuma bingung aja sama lo-,"

"Bingung kenapa?"

Ghina ingin membuka suaranya namun ia menutup bibirnya kembali.

"Gak apa-apa kok." Ghina tersenyum simpul, menepuk pucuk kepala Feyya. Feyya yang diperlakukan seperti itu menurunkan tangan Ghina dari kepalanya.

"Ih Ghina.. aku kan bukan anak kecil."

"Eh? Emang masih kecil kok."

Feyya memicingkan matanya, membuang mukanya sambil mendengus kesal. Walaupun Ghina adalah sahabatnya, umur mereka juga sepantaran. Tapi, Ghina selalu memperlakukan dirinya seperti adik kecil. Padahal tinggi Ghina lebih pendek darinya.

"Yaudah deh- gue panggil Kakak Feyya aja, Kakak Feyya~" canda Ghina seraya bergelayut dilengan Feyya.

Bersikap sok imut agar sahabatnya itu berhenti merajuk. Feyya menahan tawa saat melihat wajah menggelikan Ghina.

"Sana ih hush-,"

"Ih jahat banget sih Kakak Feyya~" tawa Feyya lepas saat wajah Ghina semakin terlihat lebih menggelikan.

"Ih Ghina geli ah- hahaha."

Ghina ikut tertawa menyudahi akting sok imutnya itu. Entah kenapa hanya dengan bercanda jayus seperti ini dengan Feyya terasa menyenangkan bagi Ghina.

"Ehem.."

Suara baritone itu terdengar familiar. Ghina dan Feyya bersamaan menoleh kebelakang. Sosok Arvin terlihat disana, dengan tangan yang dimasukkan disaku celananya. Wajahnya terlihat datar, satu alisnya terangkat.

"Seru banget.. lagi ngobrolin apa sih?"

Ghina bertukar pandang dengan Feyya lalu kembali tertawa.

"Kepo aja-," ucap Ghina.

"Gak boleh kepo emangnya?"

"Gak."

Arvin kesal dengan jawaban Ghina. Kenapa sih gadis ini selalu membuatnya naik pitam. Tidak bisa apa manis sedikit seperti perempuan biasa.

Feyya melirik Ghina dan Arvin bergantian. Ada apa dengan kedua orang ini? Seperti musuh bebuyutan saja-..

"Yuk Fey.. kita lanjut keliling lagi." Arvin mengulurkan tangannya untuk Feyya datang kepadanya.

"Iya kak. Ghin- aku lanjut keliling dulu ya.. nanti pulang bareng ya." Feyya melambaikan tangannya kepada Ghina. Ia berjalan mendekati Arvin.

"Oke- nanti whatsapp aja ya Fey." Feyya mengacungkan jempolnya tinggi-tinggi pada Ghina.

"Yuk kak."

Gadis itu berjalan mendahului Arvin begitu saja. Arvin masih diposisi dengan tangan yang diulurkan berharap gadis itu menyambut tangannya. Namun, gadis itu berjalan mendahuluinya dengan santai bahkan tanpa menoleh kepadanya.

Shoot Me StraightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang