Arvin

1K 102 6
                                    

Adrian memasuki kamarnya dan langsung melempar tasnya ke atas ranjangnya. Telinganya cukup panas setelah mendengar perkataan Faresta tadi. Ia teringat akan sketch yang ia buat saat di klub melukis tadi.

Dengan kilat ia mengambil tasnya dan mengeluarkan buku sketchnya. Lalu ia merobek kertas sketch dimana seorang perempuan yang terlihat tengah fokus kepada suatu objek itu dengan hati-hati agar tidak merusak gambar tersebut. Sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman lalu ia menjepit selembar sketch itu di sebuah tali yang menggantung.

Terlihat banyak sekali selembaran sketch seorang perempuan yang terjepit di sebuah tali yang menghiasi seluruh sisi dinding kamarnya. Dan ada sebuah kanvas besar bersama standing / easel yang menopang kanvas besar tersebut.

Lukisan seorang perempuan terlukis di kanvas putih itu. Kali ini bukan dari goresan pensil yang menghasilkan warna hitam saja. Melainkan sebuah lukisan berwarna dan terlihat sangat hidup. Perempuan itu tengah terdiam menatap sesuatu. Bibir tipisnya mengukir senyuman kecil dan rambut panjangnya yang terlihat seperti diterbangkan oleh angin.

Suara pintu terbuka menyadarkannya dari lamunan. Adrian menoleh ke arah pintu tersebut, seorang gadis kecil yang tingginya hanya sebatas perut Adrian memasuki kamarnya.

"Ian~~" panggil gadis kecil itu yang langsung merangkak di kasurnya dan duduk tepat disamping dirinya.

"Echa, mas kan udah bilang panggilnya Mas Ian." Adrian menekan kata 'Mas Ian' . Yang dipanggil dengan 'Echa' itu hanya menyengir.

"Abis bunda juga panggil Ian aja.."

"Ya itu kan bunda. Kalo kamu kan adiknya mas Ian."

Bibir Echa mengerucut lucu lalu mengangguk mengerti. Adrian mengacak rambut Echa dengan gemas dan memindahkan adik kecilnya itu kepangkuannya.

Echa mengikuti arah pandang Masnya ke sebuah lukisan 'Kakak Cantik'  itu sih nama yang dibuat Echa untuk lukisan milik Adrian yang hampir memenuhi kamarnya.

"Sebenarnya Kakak cantik itu ada ndak sih mas?" Tanya Echa tiba-tiba.

"Hmmmmm. Sebenernya ada- tapi kayaknya kakak cantiknya cuma ada di imajinasi mas aja." jawab Adrian yang membuat Echa terbingung-bingung.

"Imajinasi itu apa mas?"

Adrian tertawa pelan menyadari bahwa adiknya ini belum mengetahui banyak kosa kata. Wajar saja, adiknya ini baru saja menginjak kelas 2 SD. Kalian pasti bingung ya?

Sebenarnya Bunda sudah tidak mau menimang anak walau sebelumnya beliau mau sekali memberikan Adrian adik tapi belum mendapat rezeki, sampai saat Adrian berusia 12 tahun tiba-tiba aja Bunda mengandung Kesya / Echa yang sekarang sedang nikmat bersandar di badan Adrian.

Tapi, Bunda, Ayah dan Adrian menyukuri kehadiran gadis kecil ini di dalam keluarga.

"Imajinasi itu hanya ada didalam kepala saja. Hmmm seperti Echa berimajinasi pergi ke Disneyland. Echa belum pernah kesana kan?" Kesya menganggukkan kepalanya sambil mendongak menatap Adrian. "Jadi itu hanya terjadi di kepala Echa saja" jelas Adrian sesimpel mungkin kepada adik kecilnya.

Bibir kesya membentuk huruf 'O' yang Adrian bisa artikan bahwa gadis kecil itu sudah mengerti kata-katanya.

"O iya, bunda tanya.. kata bunda, mas mau makan malam apa?"

"Hmmmmmmm-," ketika sedang berpikir menu apa yang enak untuk disantap malam ini, dering group chat mengalihkan perhatiannya. Adrian mengambil ponselnya yang berada di saku jeansnya.

Jeremy:  "Woi"

Resta: "Oi"

Jeremy: "Malem ini Fable kuy?"

Shoot Me StraightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang