Undefined Feelings

1K 68 31
                                    

Ghina memakirkan mobilnya di parkiran mobil yang terdapat tidak jauh dari parkiran motor di depannya. Ia juga tidak mengerti kenapa dirinya bisa datang kesini hanya karena chat dari kakaknya, Raditya.

Ghina mematikan mesin mobilnya. Masih terdiam di dalam mobil seraya melihat ke sekeliling parkiran, berharap ia bisa menangkap sosok yang sedang ia cari keberadaannya. Ghina sekarang berada di sebuah Rumah Sakit yang cukup besar di tengah Jakarta. Ia berada disini bukan karena ingin berobat atau sekedar memeriksakan kesehatannya.

Awal mulanya, berawal dari Raditya yang mengirim pesan kepadanya. Menanyakan, apakah ia berteman dengan Arvin. Tumben sekali kakaknya itu bertanya tentang pria yang bernama Arvin itu. Padahal ia sama sekali tidak pernah menceritakan apapun yang berhubungan dengan pria itu kepada kakaknya.

Raditya kini sedang berada di Rumah Sakit Siloam Semanggi. Menemani Ivanka serta calon mertuanya, Ibunda dari pacarnya untuk memeriksakan kesehatan berkala. Ketika tengah menunggu di ruang tunggu, Raditya tidak sengaja melihat Arvin berada di rumah sakit ini juga.

Entah kemana tujuannya, ia melihat Arvin berjalan kearah poliklinik. Yang di pikiran Raditya mungkin saja pria itu sedang sakit dan ingin memeriksakan kesehatannya. Tapi yang membuatnya penasaran hingga memberikan informasi kepada adiknya adalah wajah Arvin yang terlihat berbeda dari biasanya. Tidak seperti yang biasanya ia sering lihat saat di kampus.

Karena informasi dari kakaknya itu lah yang membuat Ghina berada disini. Bukan hanya kakaknya saja yang penasaran, tetapi Ghina juga penasaran. Apalagi, pria itu sudah jarang terlihat di kampus bahkan sekedar mengumpul bersama gengnya itu. Teman-temannya pun tidak mengetahui keberadaannya. Faresta bilang, "Tau deh tuh anak kemana. Palingan cuma males ngampus aja."

Ghina cukup setuju dengan ucapan Faresta. Apalagi setelah mendengar sifat Arvin dari teman-teman satu gengnya. Tapi, kenapa tiba-tiba pria itu berada di rumah sakit?

"Itu anak sakit apa ya, sampai ke Rumah Sakit segala." Ghina bergumam seraya mengetuk-ngetukan jariㅡjemarinya pada setir mobil. Masih memantau sekeliling parkiran, kali saja dia melihat pria itu menuju parkiran.

Kenapa tidak mencari saja ke dalam Rumah Sakit? NoㅡGhina tidak senekat dan seberani itu untuk memunculkan wajahnya secara langsung kepada Arvin. Yang ada pria itu kepedean minta ampun kalau tahu dirinya diam-diam stalking, mungkin bahasa lebih halusnya memata-matai.

Sebentar, dua-duanya terdengar tidak tepat. Ghina hanya penasaran saja kok. Iya, benar. Hanya penasaran saja, that's it.

TOK TOK TOK

"Astagfirullah!"

Betapa terkejutnya Ghina saat melihat wajah orang yang sedari ia tunggu berada di kaca sampingnya. Ghina mengerjapkan matanya tidak percaya, bagaimana bisa pria ini tiba-tiba muncul disamping mobilnya, mengetuk kaca mobilnya dengan wajah datar seperti itu.

Ghina menelan ludah sebelum menurunkan kaca mobilnya, menyambut wajah Arvin dengan lebih jelas. Kaca mobil turun dengan sempurna, memperlihatkan wajah Ghina yang terlihat kebingungan. Sudut bibir Arvin tertarik keatas, menyapa Ghina dengan seringaian khasnya.

"Hai."

"H-h-hai."

Sial, kenapa Ghina jadi gugup seperti ini. Terlihat sekali bahwa ia seperti tertangkap basah.

Shoot Me StraightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang