Ajakan Kencan

868 89 23
                                    

Dua hari berlalu sejak kejadian memalukan itu bagi Feyya. Walaupun dirinya dan Adrian sering bertemu di dalam kelas, tapi sepertinya Adrian menghindari dirinya. Entah apa alasan pria itu...

Sebenarnya Feyya pun enggan untuk menyapa pria yang sudah mencuri ciumannya dua kali. Satu kali dengan sengaja dan satu lagi memang karena kecerobohannya. Bahkan ia membuat bibir pria itu menjadi jontor. Feyya menolehkan kepala ke sumber suara yang memanggil nama pria itu.

Adrian dihampiri para mahasiswi yang seperti biasa meminta bantuannya untuk memasang kabel proyektor, seperti kegiatan pria itu sehari-hari. Dan mau tidak mau Adrian melewati dirinya.

Helaan napas keluar dari bibirnya, pria itu benar-benar tidak menoleh sedikitpun kepadanya. Entah kenapa itu membuat hatinya terasa sedihㅡmungkin bisa dibilang seperti itu.

"Teman-teman!" Seruan itu membuat perhatian anak-anak di kelas tertuju pada teman sekelasnya.

Biasanya kalau teman sekelasnya itu berdiri di depan kelas. Pasti ada sebuah kabar bahagia. Contoh sajaㅡ

"Pak Leo berhalangan hadir hari iniㅡ"

"Yeeaaaayyy-,"

"Tapi guysㅡPak Leo ngasih tugas sebagai gantinya. Tugas kelompok, kelompoknya sesuai dengan tugas yang kemarin itu. Ini lembarannya soalnya gue taro di meja ya. Di ambil aja satu per kelompok ya."

Feyya beranjak dari duduknya, pergi mengambil lembaran soal itu. Kalau begitu, ia harus mengerjakan ini dengan Adrian?

Dilihatnya Adrian yang ternyata menatap kearahnya. Pria itu beranjak dengan membawa tasnya menghampiri Feyya. Feyya sedikit panik saat Adrian semakin mendekat, namun sebisa mungkin ia menyembunyikan ekspresinya saat itu.

"Heiㅡkita ngerjainnya di perpus aja, mau gak?"

Feyya mengerjapkan matanya, mencerna ucapan yang barusan keluar dari bibir Adrian. Dia langsung mengajak dirinya gitu sajaㅡpadahal mati-matian dirinya berdebat dengan otaknya. Apakah ia harus menghampiri Adrian terlebih dahulu hanya untuk sekedar menyapa.

"O-okay..." Feyya mengulum bibirnya, bodohnya dia sampai terbata seperti itu. Terlihat begitu gugup di depan pria ini.

***

Rasanya situasi sekarang terasa sangat aneh menurut gadis itu. Walaupun, sebelumnya ia sudah pernah merasakan situasi seperti ini. Apa kira-kira yang membuatnya berbeda ya.

Pria dihadapannya ini terlihat sangat serius, melihat poin per poin dari soal yang diberikan Pak Leo itu. Feyya menggigit ujung pulpennya, masih menatap pria didepannya dalam diam. Ayo, coba cari topik pembicaraanㅡAdrian menatap Feyya dengan tiba-tiba.

"Ya?" Pertanyaan itu spontan keluar dari bibir Feyya. Seketika ia menyesal mengeluarkan suaranya.

Adrian melihat wajah gadis kesukaannya itu dengan gemas. Sedari tadi ia memang merasakan gadis dihadapannya ini terus menatapnya. Karena ingin memastikan, tindakan tiba-tiba darinya itu ternyata membuat Feyya gelagapan. Lucunya...

Be cool Ian, be cool. "Untuk poin ketiga lo ngerti gak?"  Adrian menyodorkan lembaran itu pada Feyya.

Feyya membaca soal poin ketiga. "Ngerti kok. Ini kan sama seperti yang kemarin kita bahas di tugas waktu itu."

"Copas aja boleh gak sih?"

"Ya-, boleh sih.. cuma buat sedikit jangan ketara copasnya aja."

Shoot Me StraightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang