Saling Percaya

902 102 21
                                    

"Woi Ian!"

Sebuah panggilan itu membuat Adrian menolehkan kepalanya. Adrian menghentikan langkahnya untuk menunggu sosok yang memanggilnya itu.

"Ada kelas pagi lo?" Faresta sudah sampai didepan Adrian. Mereka melakukan tos seperti yang biasa mereka lakukan jika bertemu.

"Iya nih. Lo juga?"

"Gue sih ada kelas jam 10an."

"Lah? Kenapa lo dateng pagi banget?"

"Mau ngerjain tugas dulu di perpus." Faresta cengegesan ketika melihat temannya itu geleng-geleng kepala.

"Nongkrong mulu sih lo."

"Mana nongkrong mulu sih. Lagi sibuk tau gue."

"Sibuk apaan lagi lo."

"Sibuk jadi sopir nyokap gue 2 hari ini."

Adrian hanya bisa menimpalinya dengan tawanya seraya menepuk-nepuk pundak Faresta. Sebagai tanda support 'yang sabar ya'.

"Eh si Arvin gak ngehubungin lo?"

Adrian menggeleng. "Gak ada tuh. Gue chat juga belum dibaca."

Faresta hanya menghela napasnya. Dia sendiri pun sama, chat yang dia kirim kepada Arvin belum mendapatkan balasan. Jangankan balasan, dibaca pun juga tidak.

Sudah 2 hari berlalu sejak acara Makrab BEM itu. Tidak seperti biasanya Arvin tidak pernah muncul di grup chat mereka, dan terlebih lagi chat yang mereka kirim kepada Arvin tidak dibaca sama sekali olehnya.

Jeremy sudah pernah mendatangi Apartemen Arvin. Namun, Arvin tidak berada di Apartemennya. Jeremy juga bertanya pada sequrity disana. Mereka juga belum melihat Arvin sejak 2 hari yang lalu.

Semua itu membuat Geng Jeremy bertanya-tanya. Mereka memang menangkap sesuatu yang aneh sejak malam terakhir Makrab itu. Arvin terlihat lebih menjadi pendiam.

Walau mereka sebenarnya mengetahui alasan Arvin menjadi seperti itu. Itu karena seseorang kembali mengungkit kedua orang tua Arvin. Geng Jeremy sudah mengetahui cerita Arvin. Maka dari itu, salah satu dari mereka pun tidak pernah membahas tentang hal itu kepada Arvin.

Namun, hanya itu saja yang mereka tahu tentang Arvin. Karena pria itu terbilang sangat tertutup.

"Yaudah kalau gitu gue ke perpus dulu ya." Faresta menepuk bahu Adrian yang dibalas anggukan oleh pria itu.

"Semangat ngerjain tugasnya bro."

"Bantuin dong."

"Beda alur kita bro, hahaha."

Faresta hanya mencibir ucapan Adrian sebelum akhirnya berpisah dengan Adrian. Adrian masih terdiam di tempat menatap punggung Faresta yang semakin menjauh. Pikirannya masih tertuju pada sosok Arvin, kemana pria itu pergi tanpa memberikan kabar kepadanya dan teman-temannya.

"Pagi Adrian." Adrian terkejut dengan suara yang menyapanya.

"P-pagiㅡeh Feyya?"

Feyya tersenyum pada dirinya yang terlihat sedikit gugup. Adrian terlihat merapikan rambut belakangnya, tersenyum canggung.

Setelah kejadian menghantar gadis itu pulang hingga bertemu dengan Ibundanya. Hubungannya dengan Feyya semakin menjadi dekat. Bahkan mereka sering mengobrol dichat, membicarakan topik tentang yang mereka pelajari di kelas atau topik random lainnya.

Bahkan Adrian dengan beraninya mengajak gadis itu untuk pergi ke dufan di akhir pekan. Namun, ia masih belum menerima jawaban dari gadis ini.

"Dianterin Bang Gilang Fey?"

Shoot Me StraightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang