Pagi ini adalah pagi yang sangat ditunggu oleh Adrian. Namun, pria itu masih saja bergelung didalam selimutnya. Padahal hari ini, gadis kesukaannya itu akan mengunjungi rumahnya untuk mengerjakan tugas melukis bersama.
Sinar matahari memasuki kamarnya dari sela-sela gordyn jendelanya, namun pria itu enggan untuk membuka matanya.
"IAANNN!!" Suara menggelegar itu berasal dari dapur.
Gila aja suara Bundanya itu bisa sampai kamarnya yang terletak di lantai dua. Adrian tidak habis pikir, apa Bundanya itu baru makan toa kali ya?
Alih-alih terbangun, Adrian menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut, menutup telinganya rapat-rapat. Ia hanya ingin tidur lebih lama, mungkin 10 menit lagi. Tetapi tidak dengan Bunda, wanita paruh baya itu membuka kamar Adrian, menarik selimut menutupi tubuh anaknya itu.
"Heh! Bangun. Udah jam berapa nih?" Bunda menepuk bahu Adrian untuk membangunkan dia. Namun masih nihil, "Eh katanya, si Kakak Cantik mau dateng? Gimana sih kamuㅡ"
"Aduh bunnnn, 10 menitan aja ya." Adrian memeluk gulingnya dengan erat. Ia tidak bisa tertidur semalam, karena memikirkan hari ini. Dan juga kemarin malam ia chatingan dengan Feyya cukup lama, kalau Adrian tidak salah ingatㅡmereka chatingan sampai jam 2.
Itu adalah rekor terbaru mereka.
"Mas Iannnnnnn." Kesya berlari masuk ke kamar Adrian. Gadis kecil itu langsung melompat ke kasurnya dan menduduki tubuh Adrian.
"Ya ampun, echa berat nihh."
"Makanya bangun dong mas."
"Mas Ian bangun!!"
Akhirnya dengan terpaksa Adrian membuka matanya, di depannya terlihat Bunda berkacak pinggang dan disampingnya Kesya berderi memeluk Bundanya itu.
"Iya iya ini bangunㅡ" Ia terduduk dengan mata sayunya. Bibirnya menggerutu tidak jelas.
Merasa puas anaknya itu sudah terbangun. Bunda tersenyum, menarik Kesya untuk pergi keluar dari kamar Adrian.
"Kamu jangan tidur lagi loh mas,"
"Iyaa bundaaa."
Kesya terkekeh pelan saat melihat kakaknya terduduk dengan rambut yang acak-acakan serta mata yang memerah.
"Hiii~ monster."
"Sini kamu cha!"
"Wleeee." Kesya memeletkan lidahnya, berlari ke bunda. "Mas ian kayak monster bundaaa."
Adrian geleng-geleng kepala melihat kelakukan adik kecilnya itu. Ia menggapai ponselnya yang berada di meja kecil di samping kasurnya.
Ia melihat satu chat dari Feyya.
Feyya: "Ian, aku ke rumah kamu siangan ya."
"Okay fey :)"
Setelah memastikan balasannya terkirim Adrian beranjak dari kasurnya menuju kamar mandi, sepertinya ia bisa sedikit bersantai sampai Feyya datang ke rumahnya. Cuci muka, sikat gigi lalu menyantap sarapan.
"Bundaaa Ian laparrr."
Bunda menoleh mendapati anak sulungnya menuruni tangga masih dengan baju tidurnya. Wanita itu pikir anaknya sudah mandi ternyata belum,
"Kamu gak mandi?"
"Nanti aja bun, Feyya datengnya siangan ini hehe." Adrian cengengesan, mengambil tempat duduk di samping Kesya yang tengah menyantap sarapan paginya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Shoot Me Straight
Roman d'amourAdrian Elvan Syahreza tidak percaya namanya "Jatuh Cinta". Orang-orang bilang jatuh cinta itu bagai naik roller coaster, kalau kata Adrian jatuh cinta itu bagai jatuh kesandung batu terus nyemplung di got. Deg-degan sih rasanya tapi sakit dan jorok...